Mohon tunggu...
Ratna Dee
Ratna Dee Mohon Tunggu... Mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir

Ibu rumah tangga yang juga mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir di STAI Tasikmalaya, mempunyai hobi bersepeda dan juga menulis, menulis apa yang ingin ditulis...trip, pendidikan, sosial budaya, karya sastra, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tafsir Ilmi : Menjembatani Al Quran dan Sains Modern dalam Analisis Surah An Naba'

19 Maret 2025   21:32 Diperbarui: 19 Maret 2025   21:32 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Tafsir Ilmiah Oleh Tim Salman ITB

Tafsir 'Ilmi: Menjembatani Al-Quran dan Sains Modern dalam Analisis Surah An-Naba'

________________________________________
Pendahuluan
Al-Quran, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya dipandang sebagai sumber spiritual, tetapi juga diyakini mengandung isyarat-isyarat ilmiah yang relevan dengan perkembangan sains. Upaya mengungkap hubungan antara teks suci dan ilmu pengetahuan melahirkan pendekatan tafsir 'ilmi, sebuah metode penafsiran yang menggali keselarasan ayat-ayat Al-Quran dengan temuan ilmiah modern. Namun, pendekatan ini menuai kontroversi: di satu sisi, ia dianggap memperkaya pemahaman agama, di sisi lain, dikritik karena berisiko mereduksi makna Al-Quran menjadi sekadar pembenaran sains. Essay ini akan menganalisis dinamika tafsir 'ilmi, khususnya dalam penafsiran Surah An-Naba' (78:1-8), serta merefleksikan tantangan dan relevansinya di era kontemporer.
________________________________________
Sejarah dan Kontroversi Tafsir 'Ilmi
Tafsir 'ilmi berakar dari gagasan Imam Al-Ghazali (w. 505 H) yang menekankan pentingnya ilmu empiris dalam memahami Al-Quran. Meski Al-Ghazali tidak menulis tafsir secara lengkap, idenya dilanjutkan oleh ulama seperti Fakhruddin al-Razi yang memasukkan kajian astronomi dan kedokteran dalam tafsirnya. Namun, momentum tafsir 'ilmi modern dimulai ketika Maurice Bucaille, dokter Prancis, menerbitkan buku La Bible, le Coran et la Science (1976). Bucaille mengklaim bahwa Al-Quran selaras dengan fakta ilmiah modern, seperti proses embriologi dan struktur geologi bumi.
Karya Bucaille memicu dua reaksi:
1.Dukungan: Dianggap sebagai bukti kemukjizatan Al-Quran yang bisa diterima akal.
2.Kritik: Ziauddin Sardar menyebutnya "bucailisme"---sebuah pendekatan apologetik yang memaksakan kesesuaian sains dengan Al-Quran, tanpa mempertimbangkan bahwa sains bersifat dinamis dan bisa berubah.
Kritik lain datang dari Syaikh Thantawi Jauhari yang menilai tafsir 'ilmi seperti Al-Jawahir cenderung menjadi "ensiklopedia sains" yang mengabaikan konteks spiritual dan linguistik Al-Quran. Di sinilah ketegangan muncul: apakah tafsir 'ilmi justru mengaburkan pesan utama Al-Quran sebagai petunjuk hidup, atau justru memperkuat keyakinan melalui pendekatan rasional?
________________________________________
Surah An-Naba' (78:1-8): Analisis Tafsir 'Ilmi
Surah An-Naba' membahas pertanyaan manusia tentang "berita besar" (hari kiamat) dan mengajak refleksi atas penciptaan alam. Tim Tafsir Ilmiah Salman menganalisis surah ini dengan pendekatan multidisiplin, menghubungkan pertanyaan filosofis (ayat 1-5) dengan bukti ilmiah (ayat 6-8).
Ayat 1-5: Pertanyaan Filosofis dan Nalar Kritis
1.Ayat 1: "Tentang apakah mereka saling bertanya?"
oKonteks: Masyarakat Arab pra-Islam mleragukan kebenaran hari kebangkitan.
oTafsir 'Ilmi: Pertanyaan ini mencerminkan nalar kritis yang menjadi dasar metodologi sains. Al-Quran mendorong manusia untuk bertanya, mirip cara ilmuwan merumuskan hipotesis.
2.Ayat 2: "Tentang berita besar yang mereka perselisihkan."
oMakna: "Berita besar" merujuk pada hari kiamat.
oRelevansi Kosmologi: Teori Big Crunch (penciutan alam semesta) atau Heat Death (kematian panas) dalam fisika modern selaras dengan gambaran kehancuran kosmis dalam Al-Quran.
3.Ayat 3-4: "Sekali-kali tidak! Kelak mereka akan mengetahui."
oPeringatan: Allah menegaskan bahwa keraguan manusia akan terjawab dengan bukti nyata.
oPrinsip Ketidakpastian: Dalam fisika kuantum, prinsip Heisenberg menyatakan bahwa partikel subatomik tidak dapat diprediksi secara absolut. Ini paralel dengan keterbatasan manusia dalam memahami akhir zaman---sebuah batasan yang menguatkan konsep iman.
4.Ayat 5: "Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan?"
oTransisi: Ayat ini menjadi jembatan antara pertanyaan metafisik dan bukti penciptaan.
oKonteks Geologi: Kata "hamparan" (mihadan) merujuk pada kestabilan litosfer (lapisan bumi) yang memungkinkan kehidupan, sesuai teori lempeng tektonik.
Ayat 6-8: Bukti Penciptaan dalam Perspektif Sains
5.Ayat 6: "Dan gunung-gunung sebagai pasak?"
oTafsir Kebahasaan: Kata autad (pasak) menggambarkan fungsi gunung sebagai penstabil bumi.
oTeori Isostasi: Akar gunung yang masuk ke mantel bumi menyeimbangkan pergerakan lempeng tektonik, mencegah gempa dahsyat.
6.Ayat 7: "Dan Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan?"
oDualitas Alam: Azwajan (pasangan) tidak hanya merujuk pada manusia, tetapi juga fenomena alam seperti gerakan lempeng (divergen/konvergen) yang membentuk pegunungan.
7.Ayat 8: "Dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat?"
oBiologi Manusia: Tidur terkait dengan siklus sirkadian yang meregenerasi sel dan menguatkan memori, sesuai temuan neurosains modern.
________________________________________
Refleksi: Kelebihan dan Kelemahan Tafsir 'Ilmi
Kelebihan
1.Integrasi Iman dan Ilmu: Surah An-Naba' menunjukkan bagaimana pertanyaan filosofis (ayat 1-5) dijawab melalui bukti empiris (ayat 6-8), menegaskan bahwa iman dan sains bukanlah dua kutub yang bertentangan.
2.Motivasi Penelitian: Ayat-ayat tentang alam mendorong ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina dan Al-Biruni untuk mengeksplorasi astronomi, kedokteran, dan geologi.
Kelemahan
1.Risiko Reduksionisme: Fokus pada tafsir ilmiah berpotensi mengabaikan pesan utama Surah An-Naba', yaitu pertanggungjawaban manusia di akhirat.
2.Dinamika Sains: Teori ilmiah seperti geosentrisme yang pernah dianggap benar terbukti salah. Jika tafsir 'ilmi kaku mengikuti teori usang, ia justru merusak kredibilitas Al-Quran.
________________________________________
Tafsir 'Ilmi dalam Konteks Kekinian
Proyek Tafsir Ilmiah Juz 'Amma oleh Tim Salman ITB merepresentasikan pembaruan tafsir 'ilmi. Dengan menganalisis Surah An-Naba', mereka menghubungkan:
*Kosmologi: Tafsir "berita besar" (ayat 2) dengan teori evolusi alam semesta.
*Ekologi: Fungsi gunung sebagai pasak (ayat 6) dikaitkan dengan peran ekosistem pegunungan dalam menjaga keseimbangan iklim.
*Neurosains: Tidur (ayat 8) dipahami sebagai mekanisme biologis yang kompleks.
Pendekatan ini tidak hanya mencari "kesesuaian harfiah", tetapi juga menekankan pesan universal Al-Quran tentang tanggung jawab manusia sebagai khalifah---misalnya, menjaga lingkungan dari kerusakan geologis akibat eksploitasi berlebihan.
________________________________________
Kesimpulan
Surah An-Naba' (78:1-8) menjadi contoh sempurna bagaimana tafsir 'ilmi menjembatani pertanyaan metafisik dan jawaban ilmiah. Lima ayat pertama menantang manusia untuk berpikir kritis tentang "berita besar" (kiamat), sementara ayat 6-8 memberikan bukti penciptaan alam yang terukur. Namun, pendekatan ini harus dijalankan dengan bijak: tafsir 'ilmi bukan alat untuk membuktikan Al-Quran, melainkan sarana memperdalam penghayatan atas kebesaran Allah melalui hukum alam yang Ia ciptakan.
Sebagaimana firman-Nya:
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar." (QS Fussilat: 53).
Dengan demikian, tafsir 'ilmi mengajak kita tidak hanya melihat alam sebagai objek penelitian, tetapi juga sebagai ayat-ayat Allah yang menuntun pada kesadaran transendental.

Sumber : Tafsir Ilmiah Juz 'Amma Oleh Tim Salman ITB 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun