Mohon tunggu...
Prayogo Kusumaryoko
Prayogo Kusumaryoko Mohon Tunggu... Penulis - Semua tentang tulis-menulis, diklat guru, penerjemahan, bahasa asing, musik, dan IT,

moderat, rasional, objektif, mencerahkan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pelatihan Guru Berbasis MOOC untuk Mengatasi Learning Loss Akibat Pandemi Covid-19

1 Februari 2022   22:30 Diperbarui: 1 Februari 2022   22:31 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

C. Dampak Learning Loss

Learning loss telah sejak lama menjadi perhatian para praktisi (guru dan dosen) dan peneliti. Hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa peserta didik mengalami penurunan prestasi seusai menikmati libur musim panas. Penurunan nilai Matematika lebih besar daripada nilai membaca. Di tingkat perguruan tinggi, angka penurunan itu bahkan lebih besar lagi (Quinn dan Polikoff, 2017). Dalam konteks pandemi Covid-19, pemberlakuan PPKM, locked down, penutupan sekolah (school closure), atau kebijakan sejenis lainnya dapat menimbulkan learning loss secara signifikan. Hasil penelitian Dorn et al (2020) menunjukkan bahwa peserta didik yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah, berkulit hitam, dan berasal dari ras Hispanik memiliki risiko paling tinggi terhadap learning loss. Chetty et al. (2020) dalam Hanushek dan Woessmann (2020) menemukan fakta bahwa kemajuan belajar peserta didik dalam pelajaran Matematika mengalami penurunan tajam selama krisis pandemi Covid-19.

Dampak learning loss tidak hanya berkaitan dengan prestasi belajar peserta didik. Learning loss juga dapat mengganggu pertumbuhan GDP nasional jangka panjang. Dorn et al. (2020) membuat skenario estimasi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh learning loss. Menurut estimasi mereka, selama 12,4 bulan belajar di rumah, terjadi angka putus sekolah sebanyak 1,1 juta, hilangnya GDP hingga tahun 2040 sebesar 306-483 milyar dollar, dan kehilangan penghasilan tahunan sebesar 169-221 milyar dollar.

E. Peran Guru dalam Mengatasi  Learning Loss

Lalu, bagaimana cara mengatasi learning loss? Learning loss dapat diminimalkan dengan mengidentifikasi terlebih dahulu penyebab-penyebabnya. Seperti dijelaskan sebelumnya, learning loss disebabkan banyak, antara lain, faktor guru, faktor peserta didik, faktor orang tua, faktor sumber belajar, faktor infrastruktur wilayah, faktor budaya, dan faktor-faktor lainnya. Dalam kaitannya dengan pandemi Covid-19, learning loss disebabkan terutama oleh terbatasnya interaksi guru-peserta didik, kurangnya bimbingan langsung guru, lemahnya bimbingan orang tua, kurangnya sumber belajar, ketiadaan perangkat pengakses informasi, kurangnya infrastruktur internet, dan rendahnya motivasi belajar peserta didik. Namun, faktor yang paling dominan adalah peran guru selama pembelajaran jarak jauh. Harus diakui bahwa dalam tradisi pendidikan di Indonesia kehadiran dan bimbingan guru masih memegang peran penting dalam mendukung kemajuan belajar peserta didik. Dalam hal belajar, tak jarang peserta didik lebih patuh pada gurunya daripada pada orang tuanya. Akibatnya, tanpa kahadiran guru secara fisik, peserta didik mengalami banyak kesulitan belajar yang tidak mampu dipecahkan meskipun sudah melalui bimbingan orang tua. Apalagi, tidak semua orang tua peserta didik memiliki kemampuan untuk membimbing belajar anaknya. Oleh karena itu, peran guru menjadi sangat sentral dalam meminimalkan learning loss selama masa pandemi  dan bahkan setelah pandemi berakhir. Tanpa memberikan penguatan pada peran guru, upaya untuk mengatasi learning loss akan berakhir sia-sia.

Learning loss dapat diminimalkan dengan meningkatkan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh sering diidentikkan dengan penggunaan teknologi canggih. Padahal, pembelajaran jarak jauh pun dapat diselenggarakan dengan cara-cara yang lebih sederhana, terutama bagi wilayah-wilayah yang jaringan komunikasi dan akses informasinya terbatas. Sayangnya, tidak semua guru memiliki kemampuan untuk mengelola pembelajaran jarak jauh. Apalagi, tidak pernah ada penyiapan atau pembekalan khusus bagi guru-guru untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Sebagian besar dari mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang pembelajaran jarak jauh, terutama, melalui kegiatan belajar mandiri, mengikuti webinar, bimbingan teman, dan sejenisnya yang dilakukan secara insidental dan terbatas.  Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh guru-guru melalui sejumlah kegiatan itu tentunya masih terbatas. Hanya sedikit guru yang memperoleh kesempatan untuk mengikuti pelatihan khusus tentang pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itu, perlu ada satu bentuk pelatihan yang dapat diikuti oleh ribuan guru dengan materi yang benar-benar dibutuhkan dan terkait dengan pembelajaran jarak jauh. Semua guru dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan tersebut secara mudah dan dapat belajar kapan saja dan di mana saja tanpa terkendala keterbatasan jaringan komunikasi dan akses informasi. Karakteristik pelatihan seperti itu terdapat pada platform pelatihan yang disebut Massive Open Online Courses (MOOCs).

F. Pelatihan Guru Berbasis MOOC

Agar dapat memainkan peran sentral dalam mengatasi learning loss, guru harus memiliki kompetensi pembelajaran jarak jauh yang memadai. Jika ingin kompetensi guru Indonesia meningkat, perlu ada jenis pelatihan yang dapat diikuti secara terbuka oleh semua guru. Pelatihan konvensional berbentuk tatap muka terbukti tidak dapat menjangkau 2-3 juta guru Indonesia karena, salah satunya, anggaran Kemdikbudristed untuk peningkatan kompetensi guru sangat terbatas. Namun, sebenarnya terdapat solusi yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kompetensi guru, yaitu dengan pelatihan guru berbasis MOOC. Mengapa MOOC? MOOC menawarkan banyak keunggulan  yang tidak dimiliki platform lain. Apa saja keunggulan MOOC? Berikut ini dipaparkan secara umum ikhwal MOOC.

G. Definisi MOOC

Apa itu MOOC? Istilah MOOC diciptakan oleh Stephen Downes dan George Siemens. Definisi MOOC dapat dirunut dari kata-kata yang menyusun akronim tersebut. Massive berarti pelatihan/kursus ini dimaksudkan untuk dapat diakses oleh sejumlah besar peserta. Open artinya peserta tidak perlu membayar biaya atau persyaratan khusus apa pun untuk masuk, mendaftar, dan mengikuti pelatihan/kursus. Online berarti didasarkan pada pola e-learning yang dapat diakses melalui laman internet. Course berarti kursus, pembelajaran, atau pelatihan. MOOC dapat dilihat sebagai pengembangan sumber daya pendidikan secara terbuka dengan membawa beberapa karakteristik baru.

MOOC adalah platform pembelajaran/kursus jarak jauh yang memungkinkan siapa pun mengikuti secara gratis, terbuka, daring, dan non-kredit yang tersedia di internet. MOOC dapat diikuti oleh peserta dalam jumlah peserta besar yang terlibat dalam kegiatan mingguan dengan tujuan mempelajari sesuatu yang baru. Siapa pun yang tertarik untuk belajar hal-hal baru dapat masuk dan mendaftar di platform MOOC. Para peserta dapat meningkatkan keterampilan mereka sekaligus berkesempatan mendapatkan sertifikat dan terhubung dengan peserta lain (Pedagogis, 2015). MOOC pertama kali diperkenalkan pada tahun 2008. Pada tahun 2012 MOOC populer sebagai moda pembelajaran jarak jauh (Kim et al., 2015). Perkembangan MOOC berakar pada cita-cita keterbukaan pendidikan yang menekankan bahwa pengetahuan harus dibagikan secara bebas dan keinginan belajar harus dipenuhi tanpa terkendala demografis, ekonomi, dan geografis. Kemudahan akses selama 24 jam, pembelajaran mandiri, dan efektivitas biaya telah menarik minat jutaan orang di seluruh dunia untuk mengikuti pelatihan/kursus/perkuliahan berbasis MOOC.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun