Mohon tunggu...
Prayogo Kusumaryoko
Prayogo Kusumaryoko Mohon Tunggu... Penulis - Semua tentang tulis-menulis, diklat guru, penerjemahan, bahasa asing, musik, dan IT,

moderat, rasional, objektif, mencerahkan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pelatihan Guru Berbasis MOOC untuk Mengatasi Learning Loss Akibat Pandemi Covid-19

1 Februari 2022   22:30 Diperbarui: 1 Februari 2022   22:31 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

PELATIHAN GURU BERBASIS MOOC 

UNTUK MENGATASI LEARNING LOSS AKIBAT PANDEMI COVID-19

Suasana pandemi akibat menyebarluasnya virus Covid-19 yang diikuti dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sepanjang tahun 2020 dan 2021 menyebabkan interaksi guru dan peserta didik dalam pembelajaran tidak lagi dapat dilakukan dengan moda tatap muka penuh. Pembelajaran jarak jauh, baik secara daring maupun dengan cara-cara lainnya, menjadi pilihan utama untuk mencegah guru dan peserta didik terjangkit virus Covid-19. Beragam aplikasi manajemen pembelajaran (learning management system) dan tatap muka virtual (video conference) pun digunakan guru dan peserta didik. Namun, setelah moda pembelajaran tersebut berlangsung sekian lama, muncul kekhawatiran sebagian kalangan tentang kemungkinan terjadinya kemunduran akademik (learning loss) pada diri peserta didik. Logikanya,  seorang peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran selama satu bulan pasti akan mengalami banyak kesulitan belajar, apalagi jika selama kurang lebih dua tahun ia tidak pernah mengikuti kegiatan tatap muka penuh. Tulisan ini memaparkan secara singkat definisi learning loss, penyebab, dampak, dan alternatif pemecahannya melalui pelatihan guru berbasis MOOC.

A. Definisi Learning Loss

Secara harfiah learning loss diartikan sebagai ‘kehilangan belajar’. Namun, secara pedagogik learning loss dimaknai sebagai ‘kemunduran akademik’ atau ‘penurunan prestasi belajar’, yakni penurunan prestasi peserta didik akibat menurunnya pertumbuhan akademik yang dipicu oleh hal, masalah, atau situasi tertentu (Betebenner dan Wenning, 2021). Istilah learning loss mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan, baik secara spesifik maupun umum, atau kemunduran dalam kemajuan akademik, yang paling sering disebabkan oleh kesenjangan berkelanjutan atau diskontinuitas pendidikan peserta didik (https://www.edglossary.org). Pembelajaran pada hakikatnya merupakan sebuah proses pertumbuhan peserta didik, baik intelektualitas maupun perilaku. Pertumbuhan itu harus terus berjalan agar potensi, minat, bakat, dan kompetensi peserta didik mencapai kemajuan yang optimal. Gangguan terhadap proses pertumbuhan itu, baik berupa disrupsi, interupsi maupun diskontinuitas pembelajaran secara individual maupun klasikal, dapat memicu terjadinya learning loss. Di masyarakat kita learning loss lebih dikenal dengan istilah ‘tertinggal pelajaran’. Misalnya, peserta didik yang tidak masuk selama 2 minggu karena sakit dapat tertinggal pelajaran dibandingkan teman-teman sekelasnya.

B. Penyebab Learning Loss

Tidak ada yang pernah menyangka bahwa situasi pandemik itu akan berlangsung sedemikian lama (sekitar 2 tahun, bahkan mungkin lebih). Merebaknya pandemi Covid-19 dan pemberlakuan PPKM membawa implikasi luas bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Pembelajaran dengan moda tatap muka penuh tidak lagi diijinkan. Akibatnya, sekolah-sekolah yang memiliki sarana memadai langsung mengalihkan pembelajaran tatap muka penuh menjadi tatap muka virtual dengan aplikasi Google Classroom, Whatsapp, Telegram, Zoom, Google Meet,  atau aplikasi lainnya. Sekolah-sekolah yang guru dan peserta didiknya tidak memiliki gawai, tablet, laptop atau sejenisnya mengupayakan cara-cara lain yang meminimalkan kontak fisik guru dan peserta didik. Ada pula yang memberikan penugasan harian atau mingguan (setiap hari tertentu orang tua peserta didik harus ke sekolah untuk mengambil tugas dari guru), bahkan program kunjungan guru (home visit).

Pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi Covid-19 berpotensi menimbulkan learning loss. Sebagian guru memang telah menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran jarak jauh. Sebagian orang tua juga telah memberikan bimbingan pada anak-anak mereka saat belajar di rumah. Namun, tetap saja  pertumbuhan sikap dan pengembangan keterampilan tidak akan dapat mencapai taraf optimal jika pembelajaran hanya dilakukan secara muka virtual (vicon), melalui LMS, atau dengan media sosial. Kekhawatiran akan terjadinya learning loss itu sesungguhnya sangat wajar karena pada kenyataannya strategi guru dalam berinteraksi dengan peserta didik selama masa pandemi sangat beragam. Sebagian guru memang sudah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Namun demikian, sebagian lainnya (dan jumlahnya justeru lebih banyak) masih menggunakan cara-cara biasa tanpa banyak melibatkan penggunaan perangkat teknologi dan informasi.

Hasil survei nasional tentang dampak Covid-19 terhadap anak (Usnadibrata, 2020) mendukung kekhawatiran tersebut. Data hasil survei menunjukkan fakta bahwa 73% orang tua mengatakan anak-anak mereka belajar jauh lebih sedikit, 26% orang tua mengatakan bahwa guru sama sekali tidak memantau anak-anak mereka, 79% peserta didik tidak dapat mengakses bahan ajar yang memadai, 35% orang tua mengatakan sangat memerlukan materi belajar buat anak-anak mereka, dan 20% orang tua mengalami kesulitan membeli materi belajar bagi anak-anak mereka. Hasil survei lain (Woessmann, 2020) menunjukkan bahwa selama pandemi peserta didik di Jerman menghabiskan waktu sebanyak 3,6-7,4 jam untuk kegiatan yang berkaitan dengan sekolah, 74% peserta didik belajar selama lebih dari empat jam sehari, dan 38% peserta didik belajar selama lebih dari 2 jam sehari. Sementara itu, aktivitas menonton TV, bermain game komputer, dan menggunakan ponsel meningkat hingga 5,2 jam per hari.

Secara umum, learning loss disebabkan oleh gangguan, baik berupa disrupsi, interupsi maupun diskontinuitas, selama proses pembelajaran sehingga kemajuan belajar peserta didik terhambat. Learning loss dapat timbul, misalnya, akibat peserta didik sering tidak masuk kelas, liburan yang terlalu lama, penutupan sekolah, kurangnya kehadiran guru di kelas, rendahnya interaksi guru dan peserta didik, dan sejenisnya. Libur akhir semester yang terlalu lama dapat menimbulkan learning loss. Jika selama liburan peserta didik sama sekali tidak belajar atau tidak diberi penguasan tertentu, kesiapan belajar mereka pada awal semeser berikutnya menjadi menurun. Akibatnya, prestasi akademik mereka pun menurun. Learning loss juga dipengaruhi oleh budaya lokal. Pada masyarakat tertentu terdapat adat istiadat yang mengharuskan peserta didik membantu orang tuanya atau masyarakat tempat ia tinggal selama beberapa hari, misalnya saat musim panen, pesta adat, hajatan, atau semacamnya. Selama itu pula ia tidak dapat masuk sekolah. Learning loss juga dapat terjadi pada peserta didik yang sempat putus sekolah dan kemudian memutuskan untuk kembali bersekolah.

Namun,  learning loss tidak selalu disebabkan oleh faktor peserta didik. Metode pembelajaran yang kurang efektif dan pengaturan jadwal pelajaran yang kurang tepat juga dapat mendorong terjadinya learning loss. Peserta didik yang selama bertahun-tahun diajar oleh guru yang kurang berkualitas akan mengalami penumpukan learning loss. Inilah salah satu alasan mengapa guru sebaiknyanya tidak mengajar peserta didik yang sama tiap tahun. Jadwal pelajaran dengan sistem blok juga dapat memicu learning loss bagi sebagian peserta didik. Dengan sistem blok, materi pelajaran yang biasanya harus dipelajari selama 1 semester dapat diatur jadwalnya (dipadatkan) sehingga selesai, misalnya, dalam satu bulan. Jika jadwal blok itu ditaruh di awal semester, jarak dengan semester berikutnya terlalu jauh sehingga berpotensi menimbulkan diskontinuitas pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun