Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Perempuan Mengawal Mimpi di Bidang Engineering

3 Mei 2014   23:24 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bersama tim setelah berhasil lolos menjadi pemenang dalam sayembara desain Taman Monjari Surakarta

Kalau April kemarin menjadi momen merayakan pesta demokrasi, maka sebentar lagi akan ada momen tahunan bagi anak-anak SMA, masuk perguruan tinggi. Pesta pendidikan, setiap tahun para siswa-siswi di negara ini merayakan suka citanya berhasil masuk ke universitas yang diidam-idamkan, atau yang lebih membanggakan bagi calon mahasiswa yang berhasil mendapat beasiswa atau bebas tes masuk perguruan tinggi.

Sekitar lima tahun yang lalu, saya juga turut merayakan suka cita ini, tapi tidak berlebihan seperti yang dilakukan lulusan SMA seperti sekarang. Saya dan teman-teman dekat tidak buang-buang waktu, mencari info tentang universitas yang ingin kami tuju.

Saat itu saya tidak punya banyak gambaran akan memilih jurusan apa. Karena saya tidak tertarik sama sekali dengan sekolah kesehatan, maka ibu saya menyarankan memilih keguruan.

Lagi-lagi saya masih setengah hati, maklum di daerah tempat tinggal saya, baru menganggap seorang anak benar-benar kuliah kalau milih jurusan kesehatan atau guru. Kalau punya uang lebih pasti pilihannya langsung sekolah kedinasan.

Saat itu teman-teman saya sudah banyak yang mengambil bimbingan belajar untuk persiapan masuk perguruan tinggi. Saya tadinya mau ikutan juga biar bisa lolos masuk perguruan tinggi. Karena iming-imingnya akan diajarkan cara menjawab soal dengan trik khusus yang beda dengan cara jawab soal pada umumnya.

“Ah tidak usah-mi nak ikut bimbingan, kau belajar sendiri saja, kan uangnya bisa kau pakai nanti beli buku soal-soal, pasti bisa ji, jangan-mi takut.” Begitu kata-kata ibu saya ketika mencoba membujuknya mengikutkan saya bimbingan belajar di Makassar.

Bapak juga mendukung ibu saya, menurutnya, kamu malah makin malas kalau ikut bimbingan, dengan usia yang sudah matang dan menuju tahap mandiri bapak saya berpesan agar tidak gampang ikut-ikutan tren sekalipun di bidang pendidikan.

Akhirnya saya menuruti kata-kata orangtua saya, sebulan penuh saya habiskan untuk fokus belajar dan mengulang pelajaran SMA. Beberapa hari sebelum ujian saya sudah mengambil formulir dan harus mengisi kolom jurusan yang akan saya pilih untuk empat tahun kemudian.

Saat itu yang ada dibenak saya, pertama jurusan sejuta umat (kedokteran), kedua pilihan ibu yakni jurusan keguruan (bahasa Inggris) ketiga saya masih bingung. Persisnya lembar kumpulan daftar berbagai jurusan seluruh universita di Indonesia saya bolak balik, saya lihat ada jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.

Ingatan yang muncul saat itu adalah acara scholarship di salah satu TV swasta dimana salah satu pesertanya berasal dari jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Tanpa pikir panjang saya memilih jurusan PWK atau lebih dikenal dengan nama planologi.

Ternyata setelah pengumuman dimuat di koran nama saya dinyatakan lolos, dan lolos di jurusan planologi. Wah saya malah bingung waktu itu, kalau tidak lolos kedokteran saya masih bisa terima, saingannya seperti yang saya bilang tadi ada sejuta umat.

Bapak ternyata senang dengan pilihan saya, beliau meyakinkan saya agar tetap sungguh-sungguh dan optimis dengan pilihan saya. Menurutnya kalau seseorang selesai tidak akan ditanya asal kampusnya yang terpenting kamu bisa atau tidak mengerjakan bidang ilmumu. Sedangkan ibu saya masih harap-harap cemas juga, maklum baru dengar ada jurusan seperti itu.

Empat tahun kuliah teknik di bidang tata kota saya mensyukuri banyak hal, termasuk hal-hal yang dianggap kebetulan. Entah mengapa waktu itu saya malah ingat acara scholarship di TV swasta tersebut. Intinya pesan bapak, saya ikuti dan amalkan, semuanya berjalan lancar bahkan bisa selesai tepat waktu dengan hasil sangat memuaskan.

Sekarang dengan komitmen dan merasa ilmu tata kota adalah passion saya, maka pikiran sayapun semakin terbuka lebar. Sekarang saya berkesempatan sekolah lagi di kota yang dijuluki tanah para raja. Kota yang selama ini selalu membuat rasa penasaran saya menggebu-gebu.

Sedikit demi sedikit berkat ketekunan dan komitmen saya berhasil membuktikan kepada kedua orangtua tentang pilihan saya empat tahun yang lalu. Tentang apa yang menjadi cita-cita saya kedepannya.

Kebetulan di bidang yang saya geluti tidak begitu banyak perempuan, dan saya hanya bertiga perempuan di kelas magister, sepuluh lainnya laki-laki dengan sejuta pengalaman baik sebagai pejabat daerah dan konsultan. Saya termasuk yang paling muda dan masih minim pengalaman (fresh graduate).

Namun saya tidak pernah kecil hati atau patah semangat, beruntung teman-teman saya pun selalu memposisikan diri sebagai seorang pembelajar sehingga saya tidak passif saja di kelas. Dosen saya selalu memberi motivasi agar perempuan bisa berkiprah banyak dalam bidang teknik khususnya tata kota yang selama ini lebih didominasi oleh laki-laki.

“Mungkin dengan lahirnya perencana kota dari kalangan kaum wanita maka dunia perencanaan kita semakin berwarna”. Begitu kata dosen saya.

Setidaknya sudah cukup terbukti dengan gaya kepemimpinan walikota Surabaya, Tri Rismaharini, yang mengantarkan kota Surabaya meraih banyak penghargaan internasional di bidang tata kota.

Sedikit pengalaman ini, semoga bisa membuka masukan baru bagi teman-teman yang sebentar lagi akan memasuki perguruan tinggi. Jangan buru-buru menyesali pilihan atau jurusan itu, dan yang paling penting temukan minat dan jadikan sebagai passion, alam juga pasti akan mendukung niat kita.

Selamat berjuang ya :D

[caption id="" align="aligncenter" width="467" caption="bersama tim setelah berhasil lolos menjadi pemenang dalam sayembara desain Taman Monjari Surakarta (2013)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun