Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mata Air Eremerasa, Mata Air Kehidupan

18 Desember 2013   21:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:46 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_309721" align="aligncenter" width="466" caption="batu berukuran besar yang berada di kemiringan cukup landai, bagian sisi kiri kolam permandian"][/caption]

Air berasa atau air beras merupakan julukan bagi permandian alam yang bersumber dari mata air pegunungan Lompobattang yang terdapat di kabupaten Bantaeng. Kawasan permandian ini menjadi salah satu andalan pariwisata alam di kabupaten Bantaeng. Selain sebagai kawasan wisata, permandian alam Eremerasa juga termasuk dalam kawasan hutan lindung. Sehingga banyak ditemukan pepohonan besar yang mengelilingi permandian ini.

Sumber air bersih di kabupaten Bantaeng mengandalkan mata air pegunungan. Di lokasi permandian alam Eremerasa, pengunjung bisa melihat langsung mata air tersebut. Pohon-pohon besar yang mengelilingi kolam permandian juga sesekali menyemburkan air dari akar pohon.

Kontur di kawasan permandian Eremerasa tidak berada di dataran, permukaan topografinya menyerupai mangkuk. Bisa dibayangkan pada bagian dasar mangkuk merupakan tempat permandian mata air dan kolam, kemudian dinding mangkuk sebagai tebing dengan kemiringan 8-15% (Landai).

Karena menyimpan potensi pariwisata alam seperti sumber mata air yang tidak pernah kering dan suasana sejuk karena banyak pepohonan rindang maka dijadikanlah kawasan ini sebagai kawasan wisata alam oleh pemerintah Bantaeng. Setiap hari libur, tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh warga sekitar dan dari kabupaten tetangga. Angka jumlah pengunjung di kawasan wisata ini terbilang tinggi setiap tahunnya (13.508-14.420 jumlah wisatawan sejak tahun 2006-2010).

Dulu setiap liburan saya dan teman-teman selalu mengunjungi permandian ini. Saat itu saya tidak mengamati banyak hal seperti dampak lingkungan. Saya memang mengunjungi kawasan ini murni ingin berwisata. Tampaknya apa yang saya alami waktu itu bisa saja sama dengan pengunjung yang lain. Kami berwisata tapi tidak paham masalah lingkungan di tempat kami berwisata.

Tahun berikutnya saya berkunjung kembali ke kawasan permandian Eremerasa dan melihat tidak banyak perubahan kecuali kemunculan air dari akar pohon itu. Saya mencari referensi mengenai daerah rawan longsor ketika mengambil mata kuliah mitigasi bencana. Ciri-ciri daerah rawan longsor salah satunya dijelaskan dengan munculnya air yang keluar dari akar pohon terutama yang berada di kemiringan yang curam.

Di sisi kiri kolam permandian akar pepohonan di tutupi bebatuan, dibagian inilah rembesan air keluar antara batuan dan tanah. kejanggalan lainnya adalah ada batu besar yang terdapat di topografi yang landau tersebut. saya bertanya mengapa batu tersebut ada di tempat itu. Saya tidak menemukan jawaban yang memuaskan selain mitos yang digembar-gemborkan oleh penduduk setempat.

[caption id="attachment_309720" align="aligncenter" width="350" caption="rembesan air yang keluar di antara batu dan tanah"]

13873778611837679844
13873778611837679844
[/caption]

Menyadari dampak lingkungan yang timbul dari aktivitas pariwisata di permandian Eremerasa saya kemudian menjadikan kasus ini sebagai bahan penelitian saya untuk menyelesaikan studi waktu itu. Seperti yang diuraikan oleh Otto Soemarwoto (penulis buku Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan) bahwa lonjakan jumlah wisatawan akan berpengaruh pada daya dukung lingkungan di kawasan tersebut.

Semakin padat maka sumberdaya yang disedot juga semakin banyak. Satu contoh yang terlihat di kawasan wisata Eremerasa, beberapa kios PKL mulai merambah hingga ke tebing. Selain itu, masalah sampah menjadi perlu mendapat perhatian serius di kawasan ini. Dalam memanfaatkan fungsi kawasan dikenal dengan istilah ambang batas. Melebihi ambang batas yang disyaratkan inilah yang menjadi penyebab masalah lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun