Mohon tunggu...
ratih puspa
ratih puspa Mohon Tunggu... Bankir - swasta

suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkembangan Teknologi Vs Rasa Bijak Kita

22 Februari 2021   11:41 Diperbarui: 22 Februari 2021   11:54 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keniscayaan teknologi memang sesuatu yang harus kita hadapi. Perkembangan yang sedemikian cepat merupakan beberapa puncak dari karya manusia yang harus kita hargai. Pada zaman ini kita menemukan computer, internet dan kemudian sosial media yang sangat memudahkan sesuatu.

Sama halnya dengan pada awal abad ke 19 dimana revolusi industri berkembang, sehingga orang bisa membuat mesin engasah, mesin mobil, dan berberapa teknologi manusfaktur lainnya. Jika pada masa sebelumnya orang perlu kuda, unta atau harus berjalan kaki untuk menempuh perjalan tertentu. Namun setelah mesin mobil dan beberapa mesin ditemukan, membuat situasi dunia berubah. Orang dengan gampang mencapai negara tertentu dengan cepat. Bahkan teknologi dan revolusi industri membuat orang sampai pada bulan.

Situasinya memang juga berubah. Jika pada masa sebelum era 1990-an, orang harus berkirim surat untuk menyampaikan sebuah kabar, juga harus berfoto dan mencetaknya jika ingin mengirimkan foto. Bahkan beberapa generasi baby boomer dan generasi X masih ingat kaset berisi nyanyian biduan dan biduanita pujaan dikemas dalam kaset yang harus diputar dengan tape recorder. Bentuk kasetnyapun cukup besar; begitu juga kaset yang berisi video.

Iklim komunikasi juga lebih "senyap" dibanding masa kini. Dulu, karena harus menunggu pihak atau orang lain berkabar dan kabar itu baru akan mereka dapatkan dalam beberapa minggu, kecuali melalui telegram, maka tak ada sikap lain yang harus ditempuh kecuali menunggunya beberapa hari atau beberapa minggu. 

Situasi itu paling tidak mengasah kesabaran orang-orang yang menghadapinya kala itu. Orang harus menginternalisasi dengan baik selama beberapa hari, atau menyimpan kemarahan dalam beberapa hari, dan karena harus cukup lama, maka kekesalan atau kemarahan itu terlupa. Atau keputusan yang dihasilkan juga bijaksana karena cukup waktu untuk mengendapkannya. Pertentangan juga terjadi untuk hal-hal yang prinsip  dan penting saja. Hal-hal yang kurang penting dan tidak prinsip biasanya di skip atau tidak ada dalam agenda.

Hal ini sangat berbeda dengan masa kini, dimana perkembangan teknologi informasi berkembang dengan cepat bahkan sangat pesat. Orang dengan sekali klik dan dalam beberapa detik, kabar diterima di belahan dunia lain. Begitu juga visual. Tidak perlu ada kaset besar dan kirim berhari-hari ini untuk mendapatkan sebuah gambar. Orang hanya perlu kuota internet dan cuzz....., visual sebesar apapun akan diterima pihak yang menginginkannya. Responpun bisa dengan cepat didapatkan.

Ya, masa kini memang cepat, praktis dan logis. Situasi ini sering membuat orang merasa nyaman, karena banyak data yang berhasil dia kumpulkan sehingga dia bisa mengkalkulasi keputusan dan dampak.

Namun situasi seperti ini membuat kita terjebak dalam kegaduhan informasi. Informasi tak hanya membanjir tapi juga membuat kita terpolarisasi karena respon yang ada membuat kita tanpa sadar berpihak karena tak punya waktu untuk mengendapkannya. Semua respon dikeluarkan tanpa proses internalisasi yang cukup seperti sebelum masa teknologi informasi ini berkembang.

Tulisan ini  tidak bermaksud berpihak pada masa lalu. Seperti kalimat pembuka tulisan ini, keniscayaan teknologi memang sesuatu yang harus kita hadapi. Namun dengan riuhnya jagat informasi yang dihadapi sekarang, kita harus bijaksana dalam menyikapi informasi apapun yang berkembang. Karena itu UU ITE juga diperlukan , terutama bagi pihak yang belum paham dampak informasi palsu dan ujaran kebencian yang mereka lakukan di media sosial. Jika tidak kita akan terjebak pada keriuhan informasi yang tiada henti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun