Mohon tunggu...
ratih puspa
ratih puspa Mohon Tunggu... Bankir - swasta

suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Memutar Arah

3 Februari 2021   20:40 Diperbarui: 3 Februari 2021   21:12 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
vintagerides.travel.com

Pernah mendengar negara Rwanda? Negara ini terletak di Afrika Tengah, dekat dengan Uganda dan Kongo, serta beribukota di Kigali. Negara ini merdeka dari Beligia pada tahun 1962 dan memiliki tiga suku yaitu Tutsi, Hutu dan Twa, namun suku Twa adalah suku terkecil. Antara Hutu dan Tutsi pernah memiliki konflik yang besar dan menimbulkan korban sekitar satu juta orang.

Ya, meski  mayoritas penduduk Rwanda beragama Kristen, namun konflik yang timbul adalah konflik ras. Meski Hutu adalah terbesar, namun pemerintahan banyak dipegang oleh  suku Tutsi yang lebih kecil. Sejak tahun 1992, konflik antara dua suku itu meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1994 dimana genosida dengan korban satu juta seperti yang sudah dijelaskan di atas. Meski dua ras yang berkonflik, namun korban di kalangan suku Twa (yang banyak hidup di hutan) juga sangat banyak.

Konflik ini mendunia, sampai PBB turun tangan menyelesaikan. Pada akhirnya negara ini bisa hidup dengan tenang meski dengan ekonomi yang cukup rendah. Kini Rwanda menjadikan beberapa tempat yang menjadi saksi bisu genosida itu menjadi salah satu destinasi wisata, suatu masa dimana mereka bisa melampauinya dengan baik. Rwanda memang beruntung karena beberapa negara tetangganya seperti Kongo masih saja memiliki konflik yang sampai sekarang belum terselesaikan dengan baik. Kini promo visit Rwanda ada di berbagai belahan dunia.

Sama dengan kehidupan manusia, kehidupan sebuah negara juga harus melampaui banyak masa. Masa-masa itu bisa saja sulit dan tidak mudah, namun melampauinya dengan baik merupakan satu prestasi. Akan baik jika konflik karena perbedaan ras atau apapun itu, terkelola dengan baik dan satu bangsa bisa melewati hal itu dengan baik.

Begitu juga dengan kita, bangsa Indonesia. Pada masa Majapahit, dimana Nusantara adalah akar dari bangsa Indonesia, Patih Gajahmada berhasil menyatukan perbedaan yang ada. Keragaman atau perbedaan pulalah menjadi salah satu modal mendirikan Indonesia oleh Soekarno Hatta. Perbedaan itu tidak saja ras, namun juga agama atau keyakinan, perbedaan bahasa, perbedaan geografis, sampai perbedaan warna kulit.

Karena itu persatuan yang sudah ada dan kuat itu jangan sampai kendor karena beberapa pihak yang tidak setuju dengan Pancasila dan mengagungkan kelompoknya sendiri. Sikap itu sama saja mengingkari banyak usaha yang pernah diperjuangkan bersama sebagai bangsa.

Jika Rwanda saja bisa mengakhiri konflik ras dan kini bergerak ke arah kemajuan, kenapa kita malah memutar arah ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun