Mohon tunggu...
Abdurrahman al Rasyid
Abdurrahman al Rasyid Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mahasiswa

Hanya manusia biasa yang mengabadikan diri lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aisyah, Antara Cinta dan Cita-cita

3 April 2020   01:40 Diperbarui: 3 April 2020   01:52 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trending Youtube minggu ini sedang ramai dengan cover lagu Aisyah, cover lagu itu pun mengalahkan trending Covid-19. Mulai dari Anisa Rahman, Nisa Sabyan, dan sederet Youtuber lainnya mulai mengcover lagu tentang istri Rasulullah tersebut. Saya pun tergugah untuk menuliskannya.

Dia bernama Aisyah binti Abu Bakar. Semua orang pasti mengenal siapa ayahnya itu. Orang yang paling dekat dengan Nabi, yang pertama kali beriman dengan Nabi, menemani Nabi tatkala Hijrah, dan menjadi khalifah sepeninggalan Nabi. Maka, tak heran kelak putrinya memiliki perangai seperti ayahnya, dah menjadi pendamping Nabi.

Aisyah tercatat satu-satunya istri Nabi yang dinikahi saat gadis. Ia banyak menghabiskan waktu bersama Nabi. Hal inilah yang menjadikan ia banyak menyerap ilmu dengan Nabi.

Dr. Badar bin Nashir al-Badar dalam bukunya menyebutkan beberapa riwayat tentang keutamaan Aisyah. Nabi pernah bersabda, “keutamaan seorang Aisyah dibandingkan dengan wanita lain itu seperti keutamaan tsarid (roti kuah daging, yang merupakan kesukaan Nabi) dibandingkan makanan lainnya,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Amru bin Ash suatu ketika pernah bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, siapa wanita yang paling engkau cintai?” beliau menjawab, “Aisyah.” Ia bertanya kembali, “lalu siapa dari kaum prianya?” beliau menjawab, “Ayahnya (Abu Bakar).” (HR. Bukhari). Dua hadis yang telah disebutkan di atas terlihat bagaimana kecintaan Nabi kepada Aisyah.

Riwayat lain dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, ia pernah menuturkan penguasaan pengetahuan Aisyah. Di antaranya meliputi sejarah turunnya ayat Alquran, kewajiban seorang muslim, sunnah-sunnah yang harus diamalkan, syair-syair Arab, sejarah bangsa Arab, garis keturunan orang Arab, undang-undang Islam, bahkan ilmu pengobatan sekalipun. Selain itu, beliau juga menguasai ilmu faraidh (warisan) dan banyak lagi. tampak kehebatan seorang Aisyah mampu menguasai pengetahuan umum dan agama.

Melihat track record Ummul Mukminin, Aisyah, tentu menepis anggapan bahwa perempuan masa Periode turunnya Islam kurang mendapat perhatian. Keadaan ini berbeda pada masa pra Islam –Jahiliyah- yang cenderung patriarki dan menempatkan perempuan sebagai kelas kedua. Kenyataan pahit ini didasari bahwa perempuan dianggap tak dapat diandalkan dan membawa beban keluarga. Apalagi saat itu perang sangat mudah diletuskam

Memasuki era Nabi Muhammad dengan visi menyempurnakan akhlak, semua perilaku amoral Jahiliyah berhasil diubah. Perlahan namun pasti, ada yang langsung, juga ada membutuhkan tahapan. Reformasi hak-hak perempuan menjadi konsen sepanjang karir Nabi. Ini terlihat bagaimana Nabi menempatkan posisi perempuan dalam Islam seperti pengaturan harta warisan dan jumlah istri, serta hak-hak perempuan lainnya.

M. Quraish Shihab menjelaskan terkait Hak-hak perempuan dalam bukunya “Membumikan Alquran.” Bahkan, beliau menulis buku khusus yang berjudul “Perempuan”. Beliau mengatakan bahwa perempuan masa Nabi banyak terlibat dalam berbagai bidang baik politik, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.

Dalam hal politik misalnya, peristiwa yang paling terkenal dalam sejarah umat Islam yaitu Perang Jamal atau perang Unta (656 M). yakni pasca wafatnya Ustman bin Affan, terjadi perselisihan antara kelompok Ali bin Abi Thalib dan Aisyah. Terlepas dari perbedaan pendapat di antara para sahabat. Menariknya, justru Aisyah menjadi pemimpin dari ribuan pasukan di belakangnya. Ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kepemimpian hanya masalah gender.

Selain itu, terdapat juga sahabat perempuan nabi yang turut secara langsung dalam peperangan. Misalnya Ummu Salamah (istri Nabi), Shafiyah, Laila al-Ghaffariyah, Ummu Sinam al-Aslamiyah, dan lain-lain. Begitu pula, yang memilki profesi di bidang tertentu. Seperti Ummu Salim binti Malhan sebagai perias pengantin, Zainab bin Jahsy yang pandai menyamak kulit binatang. Ada pula al-Syifa yang pandai menulis lalu diamanahkan Umar sebagai petugas yang menangani di pasar Madinah. Tentu masih banyak lagi.

Apabila dikontekstualisasikan sekarang, tentu sangat relevan saat ini. Perempuan tidak melulu mengurusi urusan domestik rumah tangga. Lebih dari itu, perempuan memiliki peluang sama dalam berkiprah di pelbagai bidang yang ia tekuni. Setiap orang berhak atas bidangnya selama memilki kapabilitas yang dimiliki. Bukan karena gender tertentu. Seperti Aisyah, ia membuktikan kepada kita semua bahwa kualitas seseorang menentukan tempatnya di masyarakat. Seseorang tidak menjadi siapa-siapa kalau tak memiliki apa-apa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun