Mohon tunggu...
Rasuna Siswodiharjo
Rasuna Siswodiharjo Mohon Tunggu... -

Mencoba beraktivitas dan berlatih untuk menulis wacana, opini, dan reportasi. Karena masih belum menjadi wartawan, copywriter, atau pun profesi penulis lainnya. Masih belum yakin dengan kemampuan menyusun kata yang seharusnya mulai dicobakan. Apakah ada yang tertarik menggunakan jasa menulis saya yang belum berpengalaman ini dengan harga bersaing?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pria Impoten Cenderung Gay

6 Oktober 2010   05:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:41 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Secara umum, normalnya manusia dibagi menjadi dua jenis kelamin, yaitu pria dan wanita. Segala aturan sepanjang budaya manusia juga diciptakan dengan mengasumsikan dua jenis kelamin tersebut. Perbedaan jenis kelamin terutama karena bentuk fisik dan orientasi seksualnya.

Namun kenyataannya, yang dinamakan pria pun bermacam-macam bentuk fisiknya, terutama yang berhubungan dengan bentuk dan kemampuan alat seksualnya. Untuk dianggap sebagai pria yang "normal", diharapkan mempunyai alat berukuran memadai dan kemampuan untuk ereksi dalam waktu yang cukup, yaitu sekitar 5-15 menit.

Meski pun begitu, sebagian pria belum tentu mempunyai bentuk dan kemampuan yang "normal". Beberapa kasus menunjukkan fenomena gunung es, yaitu adanya pria yang mempunyai ukuran yang tidak normal, atau terlalu kecil, yaitu kurang dari 10 cm. Selain itu juga sebagian pria tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk melakukan aktivitas seksual, karena sering loyo alias impoten.

Bagi pria yang bermasalah karena ukuran mau pun loyo, tentunya menjadi masalah besar dalam melakukan aktivitas sosial untuk berhubungan dengan wanita. Mereka tidak akan mampu membahagiakan wanita, karena ukuran dan kemampuan mereka yang secara fisik dan fisiologis. Jika dipaksakan bahkan akan menimbulkan dampak psikologis bahkan psikiatris, terutama karena rasa malu yang mendalam terhadap pasangan wanitanya.

Pria-pria bermasalah tersebut tentunya akan mengalami masalah jika berhubungan fisik dengan wanita, sehingga mereka akan cenderung untuk menghindari wanita sehingga kemampuan seksualnya tidak dipertanyakan. Sebagai alternatif, karena permasalahan tersebut, maka mereka akan cenderung menyenangi sesama jenis. Dengan begitu, kemampuan pria bermasalah tersebut tidak menjadi kendala sehingga mereka tetap dapat melakukan aktivitas seksual, meski pun bagi sebagian besar masyarakat dianggap sebagai perilaku yang menyimpang.

Penyimpangan perilaku ini tentunya terutama dipicu oleh permasalahan fisik dan fisiologis, dimana mereka mendapat kesulitan untuk dapat melakukan aktivitas kebersamaan dengan wanita. Dalam norma-norma agama dan budaya, masih belum terdapat celah untuk memberi kesempatan bagi pria-pria bermasalah dalam ukuran dan kemampuan alat seksualnya, karena norma agama dan budaya hanya memberikan peluang pada dua jenis kelamin saja, yaitu pria dan wanita.

Lalu bagaimana dengan permasalahan pria-pria tersebut? Apakah tega kita biarkan saja mereka merana tanpa cinta? Bagaimana solusi norma agama dan budayanya? Mari kita bahas bersama-sama dengan kepala yang jernih dan pikiran yang tenang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun