Mohon tunggu...
Raisa Putri Herjayanti
Raisa Putri Herjayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang sedang KKN

Hi saya mahasiswa semester 6 Pendidikan Teknik Arsitektur di Universitas Pendidikan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Cara Mengatasi Burnout Syndrome pada Siswa akibat Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19

26 Juli 2021   23:58 Diperbarui: 27 Juli 2021   00:01 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pandemi Covid-19 masih belum berakhir, virus ini semakin luas dan cepat penyebarannya diikuti oleh kemunculan varian-varian COVID-19 yang lebih ganas. Hal ini tentu memberikan dampak negatif pada berbagai sektor, salah satu sektor yang terkena dampak negatif pandemi COVID-19 adalah sektor pendidikan. 

Pada awalnya pembelajaran dilakukan secara tatap muka antara guru dan siswa di sekolah. Akibat dari pandemi COVID-19, pembelajaran menjadi dilakukan secara daring dari rumah masing-masing menggunakan alat elektronik seperti telepon genggam, komputer, maupun laptop yang terhubung dengan jaringan internet. Tentu saja hal ini menimbulkan polemik di masyarakat, karena tidak semua siswa memiliki fasilitas tersebut. Sementara siswa adalah individu yang memiliki karakteristik dan kebutuhan yang beragam, maka diperlukan perlakuan sedemikian rupa sehingga siswa dapat secara optimal mengembangkan potensinya. 

Sebelum pandemi, sekolah dapat memfasilitas kebutuhan pembelajaran siswa seperti ruang kelas, komputer, lapangan olahraga, perpustakaan, ruang BK, ruang guru, taman, kegiatan ekstrakulikuler dan lain-lain.  

Karena pandemi COVID-19, siswa tidak bisa  mendapatkan fasilitas tersebut secara optimal. Dari yang awalnya segala kegiatan pembelajaran dilakukan di lingkungan sekolah dengan segala  fasilitasnya, menjadi pembelajaran dirumah dengan hanya menatap layar monitor sepanjang hari tanpa bisa secara langsung bercengkrama dengan teman dan guru. 

Tugas pun yang awalnya dapat dikerjakan bersama seperti kegiatan olahraga yang menyenangkan harus dilakukan sendiri di rumah. Semua  hal itu dapat mempengaruhi produktivitas siswa, siswa akan rentan mengalami stress dan kelelahan karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan di rumah dirasa monoton dengan beban tugas yang berbeda pula. Jika hal ini terus berlangsung dan tidak diatasi dengan baik, siswa dapat mengalami burnout syndrome karena beban pembelajaran selama pandemi COVID-19 berlangsung.

A. Apa itu Burnout Syndrome?

Burnout syndrome adalah kondisi dimana tubuh mengalami kelelahan baik secara fisik, mental, maupun emosional akibat stress yang berlebihan dan berkepanjangan yang tidak terselesaikan dengan baik.   Burnout syndrome pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog bernama Herbert J. Freudenberger padad tahun 1974.  Burnout syndrome tak hanya dialami oleh pekerja, tetapi siswa pun dapat mengalami hal tersebut karena pembelajaran secara daring dirasa lebih berat dibanding pembelajaran tatap muka. Bisa dikatakan burnout syndrome adalah  sinyal dari tubuh kita untuk beristirahat dari semua kegiatan yang kita lakukan.

Burnout syndrome terdiri dari tiga dimensi yaitu emotional exhaustion (kelelahan emosi), depersonalization (depersonalisasi), dan personal accomplishment (capaian diri).

  • Emotional exhaustion (kelelahan emosi). Ketika siswa mengalami kelelahan emotional, mereka tetap merasa  lelah bahkan ketika  sudah beristirahat dengan cukup.
  • Depersonalization (depersonalisasi).  Depersonalisasi merupakan cara untuk terhindar dari rasa kecewa, siswa akan bersikap dingin, acuh, mudah marah, dan cenderung menjaga jarak serta tidak ingin terlibat dengan lingkungannya ketika  mengalami hal ini.
  • Personal accomplishment (capaian diri). Siswa akan kehilangan semangat, penurunan protuktivitas, dan kurangnya kemampuan beradaptasi.  Penurunan capaian diri juga ditandai dengan perasaan tidak berdaya, merasa semua tugas yang diberikan berat dan sulit sehingga tidak mampu untuk mengerjakan.

B. Apa penyebab Burnout Syndrome pada siswa?

Banyak hal yang mungkin menjadi penyebab burnout syndrome terjadi pada  siswa di masa pandemi COVID-19. Contohnya seperti siswa akan merasa stress ketika ia akan mengerjakan tugas tetapi tidak didukung fasilitas yang memadai, padahal siswa tersebut memiliki ide yang luar biasa tapi tidak dapat terealisasikan karena ada batasan fasilitas. Siswa akan merasakan ketidakmampuan dan kekurangan dalam pembelajaran, sehingga ia  akan merasakan tekanan pada saat pembelajaran.

Lalu suasana, di sekolah lingkungan didesain khusus untuk pembelajaran sehingga siswa akan mudah mendapatkan fokus pada saat kegiatan berlangsung. Sementara rumah yang biasanya dipakai untuk beristirahat setelah pulang sekolah, lalu kini dipakai penuh untuk kegiatan pembelajaran akan membuat siswa mudah lelah sehingga membuyarkan fokus siswa dalam belajar. 

Suasana rumah yang monoton akan memberikan rasa bosan bagi siswa, sementara disekolah ia dapat  beraktivitas bersama teman-temannya seperti bermain bola atau melakukan kegiatan ekstrakulikuler. Kemudian siswa mengeluhkan bahwa pembelajaran daring dirasa  lebih berat karena beban tugas yang diberikan selama pandemi bertambah banyak. Kelebihan beban kerja ini yang memicu terjadinya stress pada siswa. Stress berkepanjangan yang dirasakan siswa akibat pembelajaran daring berpotensi mengakibatkan burnout syndrome jika stress pada siswa tidak diatasi dengan baik.

C.  Apa dampak Burnout Syndrome pada siswa?

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, seseorang yang mengalami burnout syndrome akan menjadi kehilangan semangat atau putus asa, pesimis, produktivitas menurun, sulit berkonsentrasi, melakukan kesalahan dalam pekerjaan, apatis, mudah marah kepada teman atau keluarga, mudah letih, tidak mau menerima perubahan dan kehilangan kreativitas.

Jika siswa sudah mengalami burnout syndrome, materi yang dipelajari tidak akan masuk ke dalam otak secara maksimal bahkan tidak akan masuk sama sekali. Terjadi penurunan capaian yang rendah sehingga siswa merasa tidak berdaya dan akan selalu merasa bahwa tugas  yang diberikan berat,  tidak mampu dikerjakan, dan terasa sulit.

D. Bagaimana Cara Mengatasi Burnout Syndrome pada siswa di masa pandemi covid-19?

Terdapat berbagai macam cara untuk mengatasi burnout syndrome, yaitu;

  • Istirahat sejenak selama 10-30 menit sebelum kembali melakukan aktivitas.
  • Belajar dengan metode yang bervariasi sehingga tidak dirasa  monoton.
  • Siswa dapat melakukan hobi yang disukai.
  • Mengadakan perubahan fisik diruang belajar dan menciptakan ruang belajar yang nyaman.
  • Menciptakan suasana baru dilingkunan belajar.
  • Melakukan rekreasi dan hiburan
  • Berjalan-jalan sebentar di dalam rumah atau disekitar komplek.
  • Siswa  dianjurkan untuk makan-makanan yang bergizi dan beristirahat dengan cukup.
  • Membuat time schedule yang baik.
  • Memberikan apresiasi terhadap diri sendiri, contohnya dengan membeli barang yang disukai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun