Mohon tunggu...
Raptanta Hanantara Namariyan
Raptanta Hanantara Namariyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan penikmat karya visual

Seorang mahasiswa rantau yang berusaha menyelesaikan pendidikannya di Universitas Indonesia demi menggapai impiannya menjadi kriminolog. Kini, mencoba untuk kembali menulis sebagai cara mengasah kemampuan dan menuangkan isi pikiran. Sebagai seorang mahasiswa kriminologi, tentunya saya tertarik dengan tema terkait kejahatan dan isu sosial. Namun, kecintaan dan kekaguman saya dengan film akan menjadi hal menarik untuk selalu dibahas dalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Irregulars", Sherlock Holmes Juga Manusia Punya Rasa Punya Hati

15 April 2021   01:08 Diperbarui: 15 April 2021   01:25 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah sebelumnya saya memberikan penilaian atau first impression saya untuk series ini, hari ini saya akan memberikan review keseluruhan setelah saya menyaksikan series yang ditulis oleh Tom Bidwell. 

Sekali lagi saya ingatkan, review ini mengandung spoiler dan berisikan penilaian subjektif saya. Jadi teman-teman bisa menonton terlebih dahulu di sini.

Jika sudah mari kita masuk ke pembahasannya..

  • Latar Belakang

Series yang mengusung tema supernatural dan detektif ini cukup membuat saya tertarik untuk menontonnya. Apalagi, series ini sudah keluar semua episodenya pada tanggal 26 Maret 2021. 

Tentu tak ada alasan lain untuk saya menunggu lebih lama. Jujur-jujuran saja, saya paling enggan untuk menonton series yang masih on going. 

Akhirnya 2 hari yang lalu saya putuskan untuk menonton episode pertama nya dan alhamdulillah sudah saya review di postingan sebelumnya. Hari ini saya akan memberikan review, pembahasan, sampai score keseluruhan untuk series ini. Format pengetikan saya akan sedikit berbeda dari biasanya. Jika teman-teman punya saran, masukan, dan pendapat silahkan tuliskan di kolom komentar dibawah.

  • Cast / Pemeran

Awalnya saya merasa tidak cocok dengan cast series ini. Saya tidak munafik dan iya, cast series ini merupakan pendatang baru. Tentu saja sebagai penonton saya tidak ingin melihat peforma cast yang belum matang. Untungnya setelah saya menonton episode berikutnya mulai nampak chemistry antar pemainnya. Walau dirasa masih kurang, tapi ini jauh lebih baik. Paling tidak saya tidak jengah menonton series ini.

  • Character Development

Ini adalah bagian yang paling menarik menurut saya. Semua tokoh yang saya kenal di film atau series Sherlock Holmes sebelumnya nampak jauh berbeda di universe ini. Sherlock versi Robert Downey Jr. memiliki pembawaan tokoh yang nyeleneh, sombong, tapi memiliki karisma dan wibawa. 

Sherlock versi Benedict Cumberbatch menggambarkan sosok Sherlock yang sociopath dan merupakan seorang pecandu. Meskipun begitu, Sherlock versi ini dapat menunjukan dengan jelas sosok "detektif jenius" yang selama ini melekat pada karakter ini. 

Terakhir sosok Sherlock yang bisa menjadi perbandingan adalah versi Henry Cavill. Versi ini yang terlihat perfect menurut saya. Bagaimana tidak? Aktor Superman ini berhasil memerankan detektif dewasa yang jenius, gagah, berkarisma, dan berwibawa. Benar-benar versi idaman kaum hawa. 

Sekarang, di "The Irregulars" tepatnya, sosok detektif jenius ini diperankan oleh Henry Lloyd-Hughes yang dengan mengejutkannya menggambarkan sosok Sherlock Holmes sebagai manusia terlampau biasa. 

Di series ini kita ditunjukkan bagaimana Sherlock Holmes yang dulunya adalah detektif jenius berubah menjadi pecandu yang urak-urakan dan terjebak dalam kesedihan yang mendalam. Bahkan, diakhir cerita Sherlock ini tak ada bedanya dengan karakter sampingan yang mau diperalat dan termakan oleh rayuan antagonisnya. 

Jika Henry Cavill menunjukan sisi terbaik Sherlock, maka Henry Llyod menunjukan sisi terburuk dan terendah dari Sherlock. Kecanduan yang tak terkendali, meninggalkan anak-anak nya, haus akan pengakuan, hilangnya kemampuan deduksinya, sampai rela memasuki celah dimensi hanya untuk bersama dengan kekasihnya. Semua itu hanya menunjukan bahwa, "Sherlock juga hanya manusia biasa yang bisa hancur karena cinta." 

via screenlately.com
via screenlately.com
Tak hanya Si Detektif Jenius, Si Dokter pun tak lebih baik dari partnernya di series ini. Saya bisa saja memberikan pernyataan, jika semua bencana supernatural di London kian menjadi-menjadi, karena obsesi berlebihan John Watson pada Sherlock Holmes. Di sini kita ditunjukan betapa rusaknya moral John Watson hingga rela menyinggirkan kekasih Sherlock Holmes. Alice.  

Saya sendiri tidak masalah dengan Sherlock Holmes dan John Watson versi ini. Hanya saja saya sedikit kaget dan kecewa melihat salah satu karakter kesukaan saya ini berubah menjadi sosok yang terpuruk dan menyedihkan. 

Tak banyak komentar yang bisa saya berikan untuk Mycroft Holmes, tapi yang pasti karakter ini adalah karakter yang tidak berbeda jauh dari versi pendahulunya.

Untuk 5 remaja ini; Bea, Jessie, Billy, Spike, dan Leo semuanya memiliki character deveopment yang cukup baik. Walau demikian, saya pribadi masih mengharapkan perkembangan lebih untuk karakter Spike. Potensinya sebagai karakter yang bisa menyatukan "The Irregulars" terasa kurang maksimal tanpa story background yang memadai. Semoga saja di season berikutnya karakter Spike mendapatkan porsi dan perkembangan lebih.

  • Alur

Tak banyak komplain untuk alur series ini dan tak banyak pula pujian yang bisa saya berikan. Alurnya menurut saya cukup klise dan kian menyebalkan saat mendekati akhir cerita. 

Terlihat jelas penulisnya hanya ingin memperpanjang durasi dan konflik yang ada. Padahal, konflik tersebut bisa diselesaikan dengan lebih cepat. Saya sempat gregetan sendiri dengan keputusan karakternya dalam menyelesaikan masalah yang ada. Ingin rasanya saya berteriak ke telinga mereka, "TEMBAK DONG! KAU KAN PEGANG SENAPAN JANGAN DIEM AJA!". 

Di luar itu satu hal yang harus saya acungi jempol adalah endingnya. Sherlock dan Alice akhirnya terjebak di 'Robekan' dimensi. John Watson akhirnya mendapatkan ganjaran atas obsesi dan kelakuan bodohnya selama ini. Billy yang masih patah hati, karena Bea lebih memilih Leo dan Bea yang sakit hati, karena Leo yang harus menikahi putri kerajaan lain. Ya, paling tidak Spike dan Jessie mendapatkan ending yang layak untuk semua kerja keras mereka selama ini.

Score

Di situs IMDB series ini mendapat rating 5,7 / 10. Di Rotten Tomatoes series ini mendapatkan 55% dari audience score dan 78% dari tomatometer. Untuk saya pribadi series ini mendapatkan nilai 7,5 / 10. Masih layak dan cukup menghibur untuk menemani ngabuburit teman-teman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun