Mohon tunggu...
Rappi Darmawan
Rappi Darmawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - saya pekerja baik-baik

punya seabrek cita-cita, belum taat beribadah, ingin memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pria Baik, Bantu Keluar dari Kubangan Lumpur

19 Juni 2020   16:12 Diperbarui: 19 Juni 2020   16:16 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kejenuhan yang ditimbulkan oleh pandemi virus covid 19 sudah memuncah. Kami tidak betah lagi berdiam diri tanpa melakukan aktivitas out door yang memang sering kami lakukan dihari-hari biasanya. Wajar saja, karena sejak Maret 2020, kami hanya beraktivitas di kantor saja. Itu pun hanya dua hari dalam satu minggu. Selebihnya bekerja dari rumah. 

Terima kasih, pria baik hati yang sudah bersedia menjadi penunjuk jalan dan terima kasih juga kepada warga yang sudah memberikan air ledengnya untuk kami membersihkan tanah liat yang lengket diban motor. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Aaminn. 

Sudah sepekan ini cuasa cukup terik. Tidak ada hujan. Ide cemerlang datang dari seorang teman. "Bagaimana kalau besok kita memancing ikan," ujar teman tadi. Kami pun langsung menyatakan setuju. Karena sudah teramat bosan dengan suasana yang monoton. Maklum, kami memang lebih banyak bekerja diluar ruangan. 

Teman tadi punya spot baru untuk memancing. Lokasinya tidak terlalu jauh dari kantor. Yakni kolam-kolam penampungan air dalam perkebunan sawit yang sudah tidak diurus lagi. Lahan tersebut akan dibangun perumahan elit yang sebagian area sudah diratakan untuk jalan mobil pengangkut bahan bangunan. 

Untuk sampai ke lokasi kami harus naik sepeda motor, karena harus masuk dalam perkebunan sawit dan karet. Perjalanan cukup menyenangkan. Menempuh jarak tiga kilometer dari jalan aspal, selepas jalan kompleks perumahan yang cor beton, kami harus melintasi jalan tanah merah yang baru saja diratakan. 

Jalannya berdebu. Untuk saja, kami memakai masker semua. Rombongan kami hari itu enam orang. Kami pergi ke lokasi pemancingan menggunakan tiga sepeda motor. Semuanya motor matic. Kebetulan motor teman yang saya tumpangi keluaran terbaru, tenaganya lebih kuat dibanding dua motor yang dikendarai teman lainnya. 

"Hore...." kami langsung berteriak kegirangan begitu tiba dipinggir danau buatan ditengah perkebunan sawit yang sudah tidak terurus lagi. Ada banyak danau-danau kecil diantara galangan tempat tumbuh pohon-pohon sawit yang sudah mulai berbuah tersebut. 

Ikan yang hidup dalam danau-danau ini adalah ikan liar. Bukan sengaja ditebar oleh pemilik kebun sawit sebelumnya. Ya, ikan sepat, tembakang, gabus dan ada satu lagi ikan yang masuk langkah. Yaitu ikan putak, yang mirip dengan ikan belido. Ikan-ikan liar ini harganya cukup mahal dipasaran. Jualannya juga jarang ada. 

Ikan sepat misalnya. Per kilo bisa mencapai Rp 40.000 itupun kalau lagi musim. Lebih mahal lagi ikan putak. Anakannya saja bisa Rp 30 ribu per ekor. Karena bentuknya yang pipih memanjang ikan ini banyak dipelihara dijadikan penghuni akuarium. Kami pun tambah bersemangat untuk berburu ikan-ikan predator tersebut. 

Saya bawa dua stik pancing, teman-teman juga ada yang bawa tiga stik pancing. Duh, sepertinya kami serakah ya. He he he. Tapi tidak demikian adanya, membawa lebih supaya masih ada cadangan ketika terjadi masalah dengan stik yang pertama. Biar tidak kalah sebelum perang usai. Sering kali harus berhenti ditengah jalan karena stik patah sementara waktu sudah masih banyak.

Kail pun dilempar. Untuk lempar pertama ini saya menggunakan udang kecil sebagai umpan. Teman-teman yang lain juga langsung tancap gas lempar pancing. Berselang hitungan detik, pelampung pancing saya bergerak-gerak, tanda ada ikan yang mendekati umpan. Saya mulai mengambil kuda-kuda untuk menarik stik. 

"1,2,3....... dapat.......," teriak saya. Ikan betok yang lumayan besar berhasil saya angkat dari danau. Teman-teman jadi tambah bersemangat. Beberapa menit kemudian, satu persatu ikan sepat dan betok berhasil dipancing. Namun, apa hendak dikata teriakan kami harus berhenti, karena turun hujan. Cukup lebat, sehingga kami harus berteduh dipondok tua dikebun karet persis disamping kolam. 

Penasaran, kami kembali lempar pancing begitu hujan mulai reda. Rintik hujan tidak dihiraukan lagi. Ikan sepat juga mulai memakan umpan yang kami lempar. Seorang teman mengingatkan untuk berkemas pulang karena sudah sore dan takut hujan lebat lagi. Mengingat jalan tanah yang tadi dilalui akan berlumpur kalau diterpa hujan lagi. Sepertinya kami terlena.

Sekitar pukul 16.30 Wib, kami keluar dari lokasi pemancingan. Jalan setapak menuju jalan tanah cukup licin, sehingga harus berhati-hati. Tiba di jalan tanah, kami mendapati rombongan lain yang juga hendak pulang. Mereka kelihatan kesulitan untuk memacu kendaraanya. Kami mencoba memutar otak, namun tidak ada jalan lain yang bisa dilalui untuk keluar ke jalan aspal. 

Kami mencoba menembus jalan tanah tersebut. Namun apa daya, hanya beberapa meter saja, ban motor sudah lengket dengan tanah liat kemerahan itu. Coba dibersihkan dengan mencongkel tanah, tapi tanah kembali lengket dan kali ini ban motor benar-benar tidak bisa bergerak. Hampir 1 jam, kami hanya bisa bergerak beberapa meter saja. Begitu juga dengan rombongan lainnya yang ada didepan kami. 

Kami hampir putus asa, namun disisi lain sangat tidak mungkin bermalam didalam perkebunan tersebut. Sementara baju dibadan sudah basah kuyub dan tidak ada makanan yang tersisa. Bagaimana caranya, kami harus keluar dari kubangan lumpur tersebut. Hari mulai gelap, tiba-tiba datang serorang pria dari kebun sawit yang ada disebelah kiri jalan. 

Pria baik hati tersebut memberi tahu kalau ada jalan lain yang tidak begitu parah. Yakni melintasi kebun sawit dari mana tadi dia datang. Kami punn sedikit lega, apalagi pria tersebut bersedia memandu agar tidak tersesat. Karena jalannya banyak cabang dan ada beberapa titik yang berlumpur. 

Dua jam berjalan mendorong motor dalam perkebunan sawit yang penuh jebakan. Kami berhasil sampai diperkampungan penduduk. Beruntung lagi, warga tersebut bersedia memberikan air ledeng untuk membersihkan ban motor yang lengket oleh tanah. Satu motor terpaksa dititipkan dirumah warga karena rusak, ban belakang tidak bisa bergerak. 

Terima kasih, pria baik hati yang sudah bersedia menjadi penunjuk jalan dan terima kasih juga kepada warga yang sudah memberikan air ledengnya untuk kami membersihkan tanah liat yang lengket diban motor. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Aaminn. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun