Mohon tunggu...
Ignatius Arden
Ignatius Arden Mohon Tunggu... Mahasiswa - allo

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Erupsi Gunung Semeru: Risiko Erupsi Vulkanik

13 Desember 2021   17:27 Diperbarui: 13 Desember 2021   17:31 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi Gunung Semeru (Sumber: Liputan6.com)

Pada Sabtu, 4 Desember 2021 terjadi Gunung Semeru erupsi dan membawa bencana bagi semua orang yang berada di kawasan gunung. Erupsi gunung di Indonesia bukanlah hal yang mengejutkan, Indonesia sendiri berada di kawasan Ring of Fire yang membuat bencana ini memang rawan terjadi. Hal ini seharusnya mendorong masyarakat Indonesia menjadi semakin waspada dan menyadari akan adanya risiko erupsi vulkanik. Namun, pada kenyataannya masyarakat Indonesia masih memiliki kesadaran risiko yang sangat rendah dan ketika risiko benar-benar terjadi mereka tidak siap menghadapinya dan dampak yang diakibatkan risiko menjadi sangat besar.

Kesadaran risiko ini lebih lagi dibutuhkan oleh orang-orang yang menetap dan hidup di daerah gunung berapi serta pemerintah yang bertanggung jawab untuk kawasan tersebut, karena pada dasarnya mereka dapat disebut risk owner dari risiko erupsi vulkanik. Kesadaran dan pengetahuan akan risiko ini sangat dibutuhkan dan paling berpengaruh bagi mereka yang tinggal di daerah gunung berapi sehingga apabila suatu saat nanti terjadi erupsi vulkanik mereka sudah siap menghadapinya dan dapat meminimalisir dampak yang dihasilkan dari erupsi tersebut.

Erupsi vulkanik sendiri disebabkan karena endapan magma di dalam perut bumi didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Hasil letusan gunung berapi tersebut berupa gas vulkanik, lava, dan aliran pasir serta batu panans, lahar, tanah longsor, gempa bumi, abu letusan, dan awan panas. Awan panas, serta banjir inilah yang membahayakan masyarakat yang ada disekitar Gunung Semeru.

Adapun gunung berapi memiliki beberapa indikator yang menandakan adanya aktivitas vulkanik, indikator tersebut dibagi menjadi 4 tingkatan dan di setiap tingkatan ada beberapa hal yang harus dilakukan masyarakat, yakni:

1. Normal (Level 1): Gunung berapi dengan status normal berarti tidak menunjukkan aktivitas-aktivitas yang berbahaya atau memiliki kecenderungan akan mengalami erupsi. Namun, masih perlu diawasi dan terus dipantau untuk mengantisipasi kenaikan status. Yang harus dilakukan:

  • Lakukan kegiatan sehari-hari
  • Ikuti sosialisasi dan pelatihan penanggulangan bencana gunung berapi
  • Simpan harta, surat-surat penting/berharga di tempat yang aman
  • Catat data harta/kekayaan

2. Waspada (Level 2): Gunung berapi berstatus waspada ditandai dengan adanya aktivitas seismik dan vulkanis, yang berupa perubahan aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal. Yang harus dilakukan:

  • Lakukan kegiatan sehari-hari di luar radius 3 kiilometer dari puncak
  • Ikuti informasi resmi aktivitas gunung berapi
  • Kumpulkan surat-surat penting dan siapkan dalam satu tempat
  • Ikuti sosialisasi dan pelatihan penanggulangan bencana
  • Pahami lokasi titik kumpul dan tempat evakuasi

3. Siaga (Level 3): Gunung berapi berstatus siaga umumnya mengalami peningkatan aktivitas yang tampak kasat mata, berupa peningkatan aktivitas seismik dan vulkanis yang memiliki kecenderungan terhadap erupsi. Yang harus dilakukan:

  • Jangan lakukan kegiatan di tempat berbahaya
  • Dahulukan evakuasi di Kawasan Rawan Bencana III (KRB III)
  • Amankan surat-surat penting/berharga
  • Ikuti informasi resmi terkini, perkembangan akitivitas gunung berapi
  • Siapkan tas siaga (pakaian, senter, obat-obatan sederhana, radio, handphone/HT, makanan ringan, minuman) di tempat yang mudah dijangkau
  • Segera mengungsi bila mulai terlihat guguran lava pijar/awan panas kecil/suara gemuruh yang menerus

4. Awas (Level 4): Gunung berapi dengan status awas diperkirakan akan meletus dalam kurun waktu selambat-lambatnya 24 jam. Bahkan, gunung berapi dengan status awas umumnya telah mengalami letusan awal atau letusan pembuka. Proses evakuasi dan manajemen risiko yang terpadu harus sudah dilakukan. Yang harus dilakukan:

  • Wajib mengungsi bagi warga KRB III yang wilayahnya diperkirakan terlanda awan panas
  • Bawa tas siaga yang telah disiapkan
  • Ikuti arahan koordinator evakuasi desa
  • Ikuti tata cara hidup dalam pengungsian
  • Jangan kembali ke rumah sebelum gunung berapi dinyatakan aman oleh pemerintah
  • Patuhi semua rekomendasi dari pemerintah.

Risiko erupsi vulkanik ini akan menimbulkan dampak yang sangat besar apabila sudah terjadi. Seperti yang terjadi dalam bencana Semeru yang merenggut banyak korban jiwa, dan menghancurkan rumah beserta harta benda di dalamnya. Sehingga sudah seharusnya hal ini harus menjadi perhatian penting bagi masyarakat terutama yang tinggal di daerah gunung berapi.

Apabila indikator-indikator ini dikenali dengan baik dan hal-hal yang harus dilakukan dipahami sepenuhnya oleh masyarakat maka dampak dari erupsi vulkanik akan sangat dapat diminimalkan. Oleh karena itu, sosialisasi terhadap hal yang dijelaskan diatas itu menjadi sangat penting terutama terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar gunung berapi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun