Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Penulis - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai.Jangan berhenti, jangan merendah, selesaikan pertandinganmu. Kita berkarya untuk keabadian. Sesungguhnya karya adalah anak. Biarkan ia berproses, tumbuh dewasa dan menemukan jodohnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selamat Ulang Tahun

29 Juli 2019   07:53 Diperbarui: 29 Juli 2019   08:06 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menit dan detik diam-diam sepakat membuat jam berdentang malam ini

Selamat.... Mereka ucapkan itu padaku.Mata saja masih enggan menyapa surya
Mereka mengatakan itu sebelum giliran fajar
Tentu saja aku tak berasa apa-apa

Detik membawaku berkeliling mengitari angka-angka
1,2,3 Ah ini masih terlalu buta.
3,4,5 pikirku mungkin disana akan ada kotak  kejutan
5,6,7 Huh, ternyata tak kunjung ada juga
7,8,9 mulai ada ucapan, mulai ada jabatan. Ini biasa
9,10,11 Semua terasa biasa. Terlalu biasa
Seperti tak ada apa-apa.
11,12, hingga kembali ke 1, Baiklah. Ini waktunya bersikap biasa.

Menit kali ini angkat suara
Ia mengajakku berdiam menunggu detik memerintahkannya maju selangkah
Sedangkan detik, ia masih terlalu asik menikmati perjalanannya
Menit menyuruh aku berdiam diri sebentar

1,2,3 kupejamkan mata, kutarik napasku lalu kuhembuskan lagi. Tenang
3,4,5 kupandangi awan, dedaunan, dan bangunan. Tersenyum
5,6,7 Kulipat tangan, menghampiri-Nya. Bersyukur
7,8,9 ucapan, jabatan, sekarang terasa luar biasa.
9,10,11 ada lilin, ada kue. Kejutan

Sebelum 12 kehabisan waktu, menit berbisik pelan
Selamat, 20 tahun sudah Tuhan besertamu
Hanya karena kemurahan dan anugerahNya
Ambil setiap waktu bersama Dia baik dalam suka dan pergumulanmu
Akhirnya detik datang membawa menit pergi pertanda hari ini benar-benar pergi
Ia masih sempat berbisik, Selamat menikmati kebaikan Tuhan dalam hidupmu
Lalu Ia telah benar-benar pergi.
 Hari baru akan segera menyapa pagi.

Puisi ini adalah puisi ulang tahunku yang ke-20. Aku benar-benar menyadari bahwa aku ada saat ini, memiliki komunitas, memiliki keluarga, memiliki sahabat. Itu tak lepas dari kasih Tuhan yang selalu tercurah setiap waktu. Terkadang mudah sekali berpengharapan pada manusia yang mana kita selalu ingin menyenangkan orang lain dan orang lain menyenangkan kita. Tetapi apa benar harus demikian? Ketika kita menuntut orang lain menyenangkan kita, apakah Tuhan juga akan senang? Atau ketika kita ingin selalu menyenangkan orang lain, apakah Tuhan akan senang? Kasih itu memberi memang. Tetapi sudahkah kita benar-benar memberi? Atau hanya ingin menerima tetapi bersembunyi dalam kata memberi?
Diumur yang ke 20, aku ingin benar benar bisa mengasihi diriku dan orang lain dengan menyadari kasih Tuhan dalam hidupku. Bukan kasih transaksional. Tetapi kasih yang benar-benar tulus. Seperti IA yang benar-benar tulus. Tanpa Dia apa jadinya aku. Aku hanya akan mengandalkan diriku sendiri hingga suatu saat aku lelah dan tak berpengharapan. Tetapi dalam Dia, aku ada pengharapan bahkan saat pergumulan hidup terberat sekalipun, aku ingin tetap bisa bersyukur.
Ulang tahun memang sekali setahun. Namun bukan itu yang penting. Hal terpenting adalah, apa yang akan aku lakukan kedepannya? Apakah semua akan tetap biasa? Apakah aku akan berusahan hanya untuk pencapain pribadi? Atau ada komitmen untuk kemuliaanNya melalui segala tindakanku? Apa yang akan berbeda dari diriku yang katanya bertambah dewasa? Apakah aku akan mengandalkan diriku sendiri atau mengandalkan Tuhan?  Kuharapa aku akan terus menggumulkan hal-hal ini dan maju selangkah demi selangkah bersama Dia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun