Mohon tunggu...
Nono Purnomo
Nono Purnomo Mohon Tunggu... Guru - mandiri

Belajar memahami dan merasakan ....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Memandang Kenikmatan Posisi Akar dan Daun

13 Mei 2015   23:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Akar dan daun adalah dua bagian organ tumbuhan yang posisinya berada pada kondisi yang berlawanan. Akar berada di bagian paling bawah sedangkan daun berada di bagian atas. Dua organ ini memiliki fungsi yang sama-sama penting dalam menopang kehidupan tumbuhan. Tanpa akar posisi tanaman tidak akan mampu berdiri tegak, tidak akan ada air yang terserap untuk kebutuhan tumbuhan dan tidak akan ada bahan untuk fotosintesis. Demikian pula keberadaan daun, mampu  membuat tanaman menghasilkan bahan makanan berupa amilum yang di proses dalam kegiatan yang bernama fotosintesis.

Hebatnya lagi mereka tidak pernah meminta berganti peran dan posisi. Akar akan selalu setia pada posisinya di bawah, tanpa punya keinginan sedikit pun menempati posisi daun. Meskipun akar memandang betapa enaknya jadi daun. Dengan posisi yang ada di atas, daun tampak begitu berwibawa dan memesona, daun menjadi primadona tatapan manusia untuk dinikmati keindahannya. Terlebih saat tanaman memunculkan bunga dan buah, sungguh melihat daun tampak semakin begitu menarik dan Indah. Matahari pun hanya merelakan pancaran cahayanya khusus buat daun, karena hanya daun yang memiliki tempat yang cocok bagi cahaya untuk berlabuh yang di sebut klorofil. Dalam hati akar berkata, sungguh enak sekali kau daun berada di tempat yang “sangat mulia”. Andai aku bisa seperti engkau, daun!!!

Namun benarkah semua bayangan yang di pikirkan akar tentang daun sebegitu nikmat buat daun sendiri???

Ternyata, daun yang selama ini dipikirkan oleh akar, dengan posisinya yang begitu nikmat, malah berpikir terbalik tentang enaknya berposisi menjadi akar. Daun berpikir betapa nikmatnya tempatmu akar yang selalu dingin berada dekat terus dengan sumber mata air, tempatmu yang tertutup dan terlindungi oleh tanah, engkau tidak merasakan betapa panasnya  diriku setiap hari terkena paparan cahaya matahari, 10 jam dalam sehari. Hanya waktu-waktu tertentu awan menolongku dari sengatan cahaya matahari yang cukup panas. Dalam hati daun berkata, sungguh enak sekali tempatmu yang selalu sejuk dan dingin. Andai aku bisa seperti engkau, akar!!!

Dan...sampai kapan pun akar tidak akan menempati posisi daun, tidak akan menggantikan peran daun. Demikian pula daun sampai kapan pun daun tidak akan menempati posisi akar dan menggantikan peran akar.

Yah ..itulah gambaran bagaimana peran kita masing-masing  dalam kehidupan ini. Terkadang kita memandang orang lain lebih enak dan lebih bahagia, serta lebih nikmat kehidupannya  dari kita. Padahal belum tentu yang kita pikirkan benar adanya. Ada kalanya kita mengeluh dengan keberadaan kita yang dianggap tidak nikmat dan membahagiakan. Padahal bisa jadi orang lain melihat kita dengan ngiri betapa enaknya hidup yang kita jalani.

Jalani kehidupan kita dengan penuh semangat dan dedikasi, tetap bangga dengan posisi masing-masing. Berikan peran terbaik kita maka kenikmatan posisi itu akan kita rasakan. Tidak perlu memikirkan kenikmatan posisi orang lain apabila kita tidak paham dengan “kesengsaraan” yang mendampinginya.

Tetaplah menjadi akar yang tidak pernah mengeluh sedikit pun dengan posisi paling bawah, pada “kasta” terendah, dengan peran yang begitu penting dan mulia mampu memperkokoh kehidupan dan kelanggengan tanaman. Tetaplah menjadi daun yang terus berwarna hijau, meski pancaran cahaya matahari dengan teriknya yang terus menerus menembus dan mengenainya.

Hingga waktunya tiba, saat tanaman pada akhir peristirahatan, akarlah yang masih bertahan di tanah, tanpa sehelai daun pun yang masih menemaninya. Dan daun sudah jauh terbawa angin terbang jauh.......entah kemana!!!

Nono Purnomo

Rabu, 13 Mei 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun