Mohon tunggu...
Rania Muzdalifah
Rania Muzdalifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rangking Kenangan

28 November 2024   20:34 Diperbarui: 28 November 2024   20:59 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rangkiang Kenangan

Di bawah langit senja yang memerah, Aisyah duduk termenung di ambang jendela. Pandangannya menerawang ke arah rangkiang tua yang berdiri kokoh di sudut halaman. Rangkiang itu saksi bisu masa kecilnya yang penuh keceriaan.

"Inyiak, kok rangkiang tu nampak sunyi sajo kini?" tanya Aisyah lirih pada neneknya yang sedang menyulam di sampingnya.

Nenek Aisyah tersenyum lembut, "Rangkiang tu sarato jo kenangan nan indak ka hilang, cucu. Dulu, rangkiang tu penuh jo padi nan kunyik. Kite bareng-bareng manumbuak padi, manyanyi lagu-lagu rakyat."

Aisyah mengangguk pelan. Dulu, saat masih kecil, ia sering bermain di bawah rangkiang bersama teman-temannya. Mereka bersembunyi di balik tiang-tiang rangkiang, bermain petak umpet, atau sekadar bercerita tentang mimpi-mimpi mereka.

"Inyiak, apo nan ka kito lakukan jo padi-padi tu dulu?" tanya Aisyah lagi.

"Kito masak nasi, buat lemang, dan kueh-kueh nan lainnyo. Sajian-sajian tu manjadi hidangan istimewa dalam setiap acara di rumah kito," jawab nenek Aisyah.

Aisyah terdiam. Ia teringat akan aroma nasi liwet yang harum, lemang yang gurih, dan kueh talam yang manis. Semua itu adalah kenangan manis yang takkan pernah bisa ia lupakan.

"Inyiak, apo kito indak bisa manumbuak padi lai sajak kini?" tanya Aisyah penasaran.

Nenek Aisyah menghela napas panjang, "Zaman sudah baro, cucu. Urang sudah jarang mananam padi. Banyak nan membeli beras di pasar."

Aisyah merasa sedih mendengarnya. Ia ingin sekali merasakan lagi sensasi menumbuk padi bersama neneknya. Namun, ia sadar bahwa zaman telah berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun