Mohon tunggu...
Rani Sabila
Rani Sabila Mohon Tunggu... Lainnya - Penuang rasa

"Live as if you will die tomorrow and learn as if you will live forever" (Mahatma Gandhi)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mendadak Terserang Penyakit Jantung

25 Oktober 2020   11:30 Diperbarui: 25 Oktober 2020   12:04 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.pinterpandai.com

Dunia maya memang mengasyikkan, ia mampu membuatku melayang dan mengenal banyak orang dari berbagai kalangan. Tak heran kalau aku menemukanmu di sana. Yah, menemukanmu di dunia maya: dunia yang membuatku sedikit lupa segalanya.

Masih teringat di kepalaku, engkau meminta pertemanan padaku. 'Komeng Adjah Duech,' haha namanya lebai banget  ya. Kupikir itu adalah teman sekelasku yang memang sedikit agak lebay kalau ngomong "Duech."- ternyata aku salah orang, bukan teman sekelasku, melainkan kakak kelasku yang telah lulus satu tahun di atasku. Owh iyah, kala itu aku masih duduk di bangku kelas IX SMP- Akhirnya kita bertemu pada sebuah acara 'jaran kepang' yang diselenggarakan di desa tempat saudaraku tinggal. Bukan ketemu sih, lebih tepatnya hanya saling pandang dari kejauhan.

"Kenapa jilbabnya di lepas? Kamu cantik pakai jilbab." Kata-katanya membuatku sedikit canggung dan merasa malu.
"Hehe, gak papa," sahutku.-

Aku mulai menyukainya, tapi ada kejanggalan dalam diriku. Tiba-tiba dia bertanya, "Kamu anggap aku sebagai apa?"
Aku berpura-pura memendam, "Sebagai kakak."-

Laju dia menceritakan kekasihnya padaku.  Kebayang gak sih kalau orang yang kita suka malah terang-terangan nyeritain kekasihnya. Jangan dibayangin, itu sakit banget, dan biarlah aku saja yang merasakan.
Aku orangnya ga suka kompor, masak aja aku masih pakai tungku dan kayu bakar, jadi aku ga ngomporin dia, malah justru hal itu kutanggapi biasa saja. Anehnya, seringkali aku malah memotivasinya untuk bertahan dengan kekasihnya, walau sebenernya aku menahan lara hiks.    

"Dx, aku mulai ga nyaman sama dia, bla bla bla."
"Kenapa ka?"
"Bla bla bla"
"Jangan gitu,..."

Entah mengapa, setiap kali dia bercerita tentang kekasihnya, hatiku remuk redam, pun seperti terpanggang oleh api yang teramat membara, klo makanan mungkin udah jadi gosong. Entahlah, apa itu namanya aku pun tak mengerti.- Dia putus- mulai mendekatiku-

"Dx, adx mau ga jadi cwe kakak?" Kata-kata yang membuatku luluh dan mendadak memiliki penyakit jantung, sebab ia berdetak begitu hebat dan dahsyat, kalau jantung normal mungkin hanya berdetak sebanyak 60-100 detakan per-menit, kali ini jantungku berasa 150-200 kali per-menit, haha penyakit paling akut.- Aku menolaknya karena ibuku melarang untukku berpacaran.
"Tapi, adk ga boleh pacaran kak."
"Kan bisa diem-diem, gak usah ngomong."
"Tetep aja dosa kak bohongin orangtua." Tanpa sadar, sebenernya dengan aku dekat padanya pun aku sudah berdosa kepada Allah dan termasuk zina, tapi entahlah. "Ya Allah, ampunilah hambamu ini." -

Kala itu kami belum memiliki ponsel android; cengpo dulu itu masihan, sehingganya untuk berkirim pesan pun masih memakai pulsa, kalau gak punya pulsa ya gak bisa chattan. Kira-kira waktu terlama tidak kontek sekitar 10 hari, itu udah paling lama banget dan rindunya sudah menggebu-gebu, haha lebay sekali.

Setelah beberapa hari tanpa kabar.
"Dx."  Ternyata pesan dari dia.
Entah mengapa penyakit jantungku pun seketika kambuh, jedug..jedug..jedug.. seperti orang memukulkan kepalanya ke tembok, begitulah kira-kira bunyinya.-

Tahun lalu, dia berangkat ke Korea, dan akhirnya kami berpisah. Setelah beberapa bulan di sana, dia menemukan kekasih yang juga dari dunia maya. Sakit sekali hatiku, tapi dia masih sering curhat padaku, lagi-lagi menceritakan kekasihnya. Mulai saat itu aku mengungkapkan segala perasaanku padanya dan kuungkap jua rasa sakit itu karena memang sudah menggebu dan tak dapat ditahan lagi setelah bertahun-tahun. Mungkin aku orangnya lebih suka memendam, dan ketika meledak maka keluarlah semua uneg-uneg yang terkumpulkan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun