Mohon tunggu...
Rani Sakraloi
Rani Sakraloi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Student of Communication Science

Passionate about writing and sharing it.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kaitan "Budaya" Konsumtif dan Hedonisme yang Terjadi di Lingkungan Masyarakat Indonesia

24 Januari 2023   00:22 Diperbarui: 24 Januari 2023   00:24 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konsumtif dan Hedonisme (Ilustrasi Pribadi)

'Budaya' konsumtif merupakan suatu kultur atau kebiasaan mudah mengonsumsi atau membeli berbagai produk tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan pengeluaran yang sejajar. Kocek yang dikeluarkan bagi suatu produk tersier ialah yang seringkali disoroti terhadap kebiasaan konsumtif. Di Indonesia, 'budaya' semacam ini lambat laun semakin menggerogoti berbagai elemen masyarakat. Bagaimana tidak? Kecanggihan teknologi dan kemudahannya mampu memperdaya setiap penggunanya untuk terus menerus menggunakan teknologi tersebut dalam jangka waktu yang tidak sebentar.

Dengan banyaknya produk yang dipasarkan lewat media sosial dan online shop, sifat warga Indonesia yang sangat ketergantungan dan kecanduan teknologi ini meningkatkan pola konsumerisme. Berbagai produk lokal maupun impor dipajang dengan sederhana dan tertata sehingga mengajak penggunanya menjelajah lebih jauh ke dalam aplikasi-aplikasi yang mereka gunakan.

Saat ini, bagi kalangan anak muda, smartphone sudah menjadi kebutuhan primer dan sangat krusial dalam pembentukan sikap maupun mental para praremaja dan remaja Indonesia. Kecenderungan pemakaian perangkat elekstronik yang lama digunakan biasanya berpusat pada media sosial, game, platform video, dan aplikasi hiburan lainnya. Remaja di era ini merasa sangat perlu untuk membentuk personal brandingnya melalui internet dan jejaring sosial. Jarang sekali dijumpai remaja yang tidak memiliki media sosial. Setidaknya mereka memiliki satu media sosial.

Sebegitu berpengaruhnya teknologi membuat remaja-remaja Indonesia seringkali mengonsumsi mentah-mentah apapun yang tersedia secara online. Seringkali yang dilakukan oleh masyarakat tipe ini ialah hanya untuk mengikuti trend dan gaya kekinian. Kecenderungan fast fashion juga menjadi fenomena tersendiri di kalangan remaja Indonesia. Untuk membentuk circle pertemanan yang bersahaja dan tidak ketinggalan zaman, remaja memiliki tekanan dalam bidang sosial sehingga membuat mereka sulit untuk berpikir panjang ketika hendak membeli ataupun mengenakan suatu produk.

Tak hanya remaja, anak-anak dan orang tua juga rentan terkena efek kecanduan teknologi modern. Konsumsi yang biasa dilakukan lewat internet semakin berkembang pesat seiring dengan pertumbuhan aplikasi-aplikasi penunjang promosi dan belanja online. Masyarakat yang sebagian besar menghabiskan waktunya dari layar elektronik cenderung mudah tergiur dengan berbagai sajian produk murah, efisien, dan kekinian yang lewat di media elektronik. Para orang tua tidak akan segan merogoh rupiah yang banyak untuk produk di aplikasi belanja.

Selain itu, fenomena yang sangat disayangkan terjadi di Indonesia saat ini ialah anak-anak yang sangat mudah diperdaya oleh bisnis media online yang tersaji melalui video atau games online. Anak-anak yang belum memiliki kematangan berpikir yang baik seringkali membeli apapun yang tersedia di aplikasi online dengan harga yang tidak sedikit.

Mirisnya, apa yang dibeli oleh anak-anak bukanlah penunjang kebutuhan primer atau pendidikan melainkan fitur atau peningkat level di game online yang mereka mainkan. Mereka memaksa dengan cara sedemikian rupa agar pemenuhan kebutuhannya akan kualitas aplikasi onlinenya bisa tercapai.

Adapun hedonisme tidak jauh berbeda dengan konsumtif. Hedonisme merupakan suatu bentuk 'budaya' yang menjunjung kesenangan pribadi dan menganggapnya sebagai tujuan hidup. Pandangan ini dapat mendorong konsumsi yang melebihi batas sehingga terkesan boros dan bisa dilakukan oleh berbagai kalangan.

Orientasi yang hanya menuju kenikmatan dan kesenangan pribadi tanpa kontrol yang baik merupakan pandangan hedonisme. Hal ini dapat terimplementasi dalam sikap boros yang hanya mementingkan keuntungan sendiri dengan mengabaikan risiko di masa depan. Keinginan untuk terus memperindah diri maupun memuaskan hasrat pribadi secara berkala tentunya akan memengaruhi perilaku seseorang dan menimbulkan konsekuensi tertentu yang harus ditanggung.

Para selebriti sering menjadi sorotan akan 'budaya' hedonnya yang berlebihan untuk mencapai taraf personal branding yang megah dan mewah. Seringkali barang-barang branded berharga ratusan juta dikenakan oleh para artis disekujur tubuhnya. Penampilan yang 'wah' dan mempesona menjadi andalan para selebriti. Mereka akan menyesuaikan kebutuhannya untuk tampil di layar kaca tanpa ragu dengan mengeluarkan uang yang banyak.

Sayangnya, tak semua masyarakat mampu untuk mengendalikan dirinya. Kecenderungan hasrat untuk menjadi sama baik dan eloknya seperti para artis, memaksa dompet mereka untuk mengeluarkan rupiah yang lebih banyak dari yang mampu mereka hasilkan. Selain itu, minimnya kemampuan menyisihkan dan menabung penghasilan masih menjadi masalah masyarakat Indonesia di masa modern ini. Sangat disayangkan juga apabila masih banyak masyarakat rela berutang hanya untuk memenuhi ego semata tanpa memperhatikan kebutuhan dan tata kelola pengeluaran uang yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun