Mohon tunggu...
Rangga Sugeri
Rangga Sugeri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo perkenalkan saya Rangga Sugeri biasa dipanggil Geri, saya merupakan seorang mahasiswa yang gemar menulis. Jadi jangan lupa baca terus tulisan-tulisan saya. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Feature: Rumah Gerobak Tonang Maulana di Antara Gemerlapnya Rawamangun

28 Januari 2023   18:38 Diperbarui: 28 Januari 2023   18:49 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dok. Rangga Sugreri

(Tonang Maulana pria berusia 53 tahun yang hidup sebatangkara di dalam gerobak berukuran kurang dari dua meter sedang duduk meneduh karna hujan sangat deras di warteg yang terletak  Rawamangun Jakarta Timur. )

Tonang seorang pekerja keras mulai dari tukang koran, pengganti ban truk, hingga mencuci truk ia kerjakan  ia merupakan seorang yang selalu di tusuk oleh temannya dari belakang mempunyai impian memiliki rumah untuk menampung orang orang sepertinya yang hanya tidur di dalam gerobak tentunya hanya teman yang selalu membantunya ketika susah bukan yang menusuknya dari belakang.

Gerobak kayu berwarna coklat pudar yang sudah mulai reyot termakan usia terparkir di bawah pohon rindang pinggir jalan RS Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur, Jum'at (16/12/2022). Terlihat seorang pria tua berambut hitam keputihan dengan celana jeans biru yang sudah mulai pudar serta baju koko putih yang terlihat kusam. Meski hujan rintik-rintik sudah mulai membasahi jalan, Tonang masih sibuk menata barang rongsokan yang dia pungut di sepanjang jalan.

Tampak raut wajah lelah terpancar dari wajah pria asal Medan berusia 53 tahun tersebut. Satu per satu, barang rongsokan seperti kardus, botol plastik, hingga besi ia masukan ke dalam gerobak yang berukuran tak lebih dari dua meter persegi. Biasanya ia berkeliling mencari barang rongsok mulai dari Pasar Enjo, Jl Balai pustaka, lalu kembali ke RS Persahabatan.

 Penghasilan Tonang dari barang rongsok satu hari hanya kisaran 50-70 ribu saja uang itu biasa ia gunakan untuk makan sehari harinya saja, lantaran ia tidak memiliki anak istri. Menurutnya uang tersebut kalo untuk makan sehari hari saja sudah tertutup, tetapi ia masih sering dapat makanan dari orang orang yang lewat sehingga uang tersebut masih bisa ia tabung.

Setelah seharian mencari barang rongsokan biasanya Tonang tidur berpindah pindah tempat mulai dari terminal Rawamangun, hingga di depan Arion Mall, ia tidur selalu membawa gerobaknya karna memang ia biasa tidur di dalam gerobak jika hujan, namun jika tidak hujan Tonang biasanya tidur di kursi kursi terminal Rawamangun.

 Tonang pria 53 tahun yang saat ini sudah tidak menghisap merokok, ia mengaku hampir mati saat itu di terminal Rawamangun karena kecanduan rokok ia muntah darah hampir satu ember yang membuat ia berfikir inilah saatnya ia berhenti merokok jika tidak ingin mati dan dibuang diselokan RS Persahabatan. Karna memang ia hanya seorang diri di Jakarta ini tidak punya anak istri, keluarga maupun kerabat. Tonang mengatakan mungkin jika ia mati jasatnya akan di buang di selokan RS Persahabatan.

Dokpri
Dokpri

Tonang mulai merantau ke Jakarta pada tahun 1982 pada saat pertama merantau ia masih bersekolah SMA hingga tamat. Lalu ia mulai berkuliah di Universitas 17 Agustus 1945. Namun baru 2 semester  ia sudah berhenti dikarenakan ia memiliki masalah dengan keluarganya, Tonang merasa di buang oleh keluarganya sendiri hingga dia memutuskan untuk berhenti kuliah saja. 

Setelah berhenti kuliah Tonang memulai semuanya dari awal lagi dengan berdagang koran dan juga semir sepatu di daerah Grogol, Jakarta Barat. Dari berjualan koran tersebut Tonang memiliki kebiasaan membaca koran setiap pagi, hingga saat ini setiap pagi ia harus membaca koran terlebih dahulu sebelum memulai harinya meski keuangannya mepet ia beranggapan dengan membaca koran dia bisa menambah wawasannya. 

Merasa tidak berkembang jika hanya berjualan koran dan semir sepatu saja Tonang memutuskan untuk bekerja di pangkalan truk Cipinang. Ia bekerja memasang masang ban, dan mencuci truk. Tonang beranggapan bahwa bekerja di pangkalan truk lebih enak karna jika tidak punya uang ia bisa minta dengan temannya 5 ribu 10 ribu bisa ia dapat dari teman temannya, belum dari ongkos jasa pasang ban dan cuci truk. Tetapi Tonang disana tidak lama karna ia ditendang keluar dari pangkalan truk tersebut oleh temannya yang tidak suka terhadap dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun