Mohon tunggu...
Rangga Hilmawan
Rangga Hilmawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pemikiran adalah senjata Mematikan. Tulisan adalah peluru paling tajam

Seorang Pemuda Betawi - Sunda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sarodi Si Anak eRWe

30 November 2020   17:31 Diperbarui: 30 November 2020   17:37 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : Dictio.id

Warga hanya bisa memberikan rasa empati kepada kakek tua itu, sang kakek menghaturkan terima kasihnya pada orang yang membantu, lalu memutuskan melanjutkan perjalanan pulang dengan menuntun sepeda, sambil tetap membawa bungkusan plastik berisi beras dan telur yang sudah tercampur aduk menjadi satu dengan air selokan.

***

Lelaki sengak itu melintasi jalanan kota hingga berhenti pada sebuah bengkel sepeda motor berukuran cukup besar. Dia masuk pada sebuah pintu dan meniki tangga tempat "area menunggu" para pelanggan yang memperbaiki kendaraan.

Lelaki itu menghampiri seorang lelaki lainnya yang terduduk di bangku pojok, menggeser-geser layar Hp, bersandar ke dinding tembok dan kaki diselonjorkan ke kolong meja dengan rasa malas. Mereka adalah dua orang yang sudah saling kenal, lalu bersalaman ala-ala anak muda gaul jaman kekinian. Mereka bernama Hilman dan sarodi.

Sarodi, merupakan lelaki congkak dan arogan yang berprilaku sengak serta barbar yang tadi melintas di sebuah gang ternyata sopan dan baik kepada setiap orang yang ditemuinya diluar sana, terbukti bagaimana Hilman begitu nyaman ketika berbincang dan bercanda dengan sarodi.

sekitar satu jam mereka ngobrol ditemani dengan kopi dan es teh manis, beberapa teman lain berdatangan satu persatu. Keakraban terlihat pada sekelompok pemuda yang asyik berkumpul di bengkel langganan mereka. 

Menjelang maghrib, Sarodi segera turun sambil berbisik mengajak Hilman untuk shalat dimesjid, Hilman yang mempunyai pemahaman bahwa, ibadah itu tidak harus selalu dari solat, menolak dengan baik ajakan dari Sarodi.

"waduh, duluan aja deh di (panggilan untuk sarodi), nanti gw nyusul, lagi tanggung ini mau menang (game mobile)" sambil terus matanya terfokus pada layar HP yang sedari tadi tidak lepas dari tangannya. 

Sarodi lantas menuju sebuah masjid dibelakang bengkel untuk menunaikan ibadah yang dia yakini benar dalam pemahaman Agamanya, disusul oleh beberapa teman yang sudah tertinggal satu atau dua raka'at.

Malam hari, bengkel tersebut semakin ramai, bukan oleh pelanggan yang datang unruk memperbaiki sepeda motor, tapi untuk sekedar nongkrong dan bercengkrama ringan melepas penat seharian bekerja, ada juga yang masih berkuliah dan sekolah. 

Disini mereka tidak mengenal kasta, status sosial apalagi kedudukan dan jabatan kerja, tidak melihat perbedaan almamater kampus ataupun sekolah tempat mereka mengenyam pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun