Mohon tunggu...
Randy Ramadhan
Randy Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Randy Ramadhan adalah seorang penulis, podcaster, programmer dan suka Filsafat. Penulis buku Surat Untuk masa depan (Penerbit El-Markazi, 2021) dan Bertanya tentang hidup (Penerbit El-Markazi, 2022). Kegiatan aktif di bidang Podcast Hidup dan Waktu, eksperimen projek dan untuk melatih logika berpikir dan merefleksikan dalam hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sugesti Manusia adalah Segalanya dari Kehidupan Ini

2 Oktober 2022   10:44 Diperbarui: 2 Oktober 2022   10:53 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia selama ini terpengaruh pada kegiatan sugesti, dan kita tidak pernah sadar akan hal itu. Segala faktor diluar dari diri kita menjadi sebuah trigger untuk jadi pengaruh psikologi. 

Misalnya seperti melihat hantu di hutan, ketika kita bahwa hutan identik dengan hantu, akhirnya ketika kita di hutan, kita serasa ada dalam kondisi itu yang akhirnya kita merasa di ikuti, atau seperti ada orang lain di depan kita, padahal kenyataannya tidak ada. Psikologi seperti ini akhirnya membuat orang terpengaruh dengan apapun diluar kita. Ini bisa saja menjadi faktor positif atau faktor negatif.

Misalnya kita dalam keadaan sakit, sugesti bawaan kita pasti selalu akan bilang bahwa kita akan terus sakit, butuh istirahat, butuh apapaun itu yang membaut ktia menjadi melemah dan mengikuti kekuatan sugesti. Sehingga, semakin kita tersugesti, maka kita akan benar benar sakit parah dan terus parah tidak pernah sembuh, padahal misalnya kita hanya sakit flu ringan saja. Ini lah bentuk psikologi yang dapat mempengaruhi fisik manusia.

Atau hal hal yang lebih spiritual, misalnya kita ke "orang pintar" untuk mendapatkan kekayaan yang lebih banyak, dan setelah keluar dari sana, seketika kekayaan kita lebih cepat bertambah, itu terjadi bukan karena keajaiban, namun karena ketika kita datang ke "orang pintar", maka kita sudah tersugesti untuk mendapatkan kekayaan yang lebih banyak, dan ketika selesai dari sana, kita merasa lebih fresh untuk bekerja dan akhirnya mendapatkan kekayaan yang banyak. 

Namun bagaimana dengan air doa, benda sakral, dan lain sebagainya? ini pula adalah masalah sugesti, sebuah sugesti bahwa air doa akan membuat sembuh, benda sakral akan melindungi kita, karena fokus kita sebenarnya bukan ke sana melainkan pada hasil dari objek objek itu. Sehingga sugesti kita sembuh karena air doa, itu akan sembuh karena kita percara kita akan sembuh, bukan masalah airnya atau benda sakralnya.

Sugesti ini adalah hasil dari persepsi manusia saja, cara sudut pandang manusia. 

Misalnya seperti rokok, ketika kita merokok, kita akan lebih tenang dan lebih berfikir jernih, mengapa? tidak lain karena persepsi kita terhadap ketenangan dan berfikir jernih harus lewat rokok sehingga dengan alat itu kita tersugesti untuk berfikir jernih dan lebih tenang dalam melakukan sesuatu. 

Selama ini kita bukan kecanduan rokok, kecanduan doa untuk sembuh, kecanduan perlindungan dari benda sakral, namun hanya karena dari sanalah kita bisa tersugesti mewujudkan keinginan kita. Sehingga secara alam bawah sadar, kita membutuhkan objek di luar diri kita untuk bisa mencapati sebuah kebahagiaan atau hal abstrak lainnya. 

Ini mukin bagus, kita dapat menjadi lebih produktif karena benda A, atau kita dapat tidur pulas karena benda B, semua ini tidaklah kekal, dan tidaklah bertahan lama. Dan terkadang akan membuat kita kecewa jika benda atau objek itu hilang atau diluar ekspetasi kita.

Sehingga saya berasumsi bahwa sugesti dengan objek diluar dari diri kita adalah sebuah tanda kita tidak pernah mencapai kebahagiaan sejati, dan kedewasaan. Dengan rokok kita menjadi lebih tenang, namun itu bukan lah ketenangan sejati. Inilah bentuk ketidak dewasaan manusia, ketidakdewasaan kita. 

Agama adalah candu yang disampaikan Marx itu benar. Ketika kita merasa diri kita sedang bersedih, sedang jatuh, kita mencari alat berupa agama untuk menutupi kegelisahan dan kesedihan kita. Hanya itu yang kita lakukan. Agama tidaklah salah, namun kitalah yang menyalahgunakan agama.

Mengapa saya memasukan agama disini? tidak lain karena kebanyakan sugesti berasal dari agama. Dengan agama kita dapat melakukan apapun, menjadi manusia super, kaya raya dan selalu termotivasi dalam hidup, inilah bentuk sugesti paling besar untuk setiap individu. Saya tidak menyudutkan agama namun kebalikannya, Saya memuji kekuatan agama yang dapat mempengaruhi sugesti manusia.

Namun cara kita menggunakan agama inilah yang merusak agama sendiri, dengan dibungkus budaya, radikasisasi dan hal yang sejenisnya, sugesti yang dikeluarkan agama sangat berbahaya dan malah merusak diri atau bahkan lingkungannya. 

Misalnya seperti terrorisme bom bunuh diri, dengan embel embel sugesti bahwa akan mendapatkan kebahagiaan di alam abadi nanti, maka mereka melakukannya, sehingga banyak korban berjatuhan. Inilah dampak sugesti manusia dengan agama.

Inti dari hal ini adalah bagaimana cara kita bersugesti, sugesti dengan apa diluar dari diri kita tidak dapat diketahui kebenarannya, terlalu banyak pilihan dan terlalu banyak pilihan yang teradikalisasi menyebabkan orang orang terus menerus masuk kedalam jurang yang sama, yang disugestikan bahwa itu baik.

Sehingga bagaimana cara menyelesaikan masalah ini? filsafat filsafat seperti stoikisme dan minimalisme adalah awal yang harus kita coba, memisahkan segala bentuk alat dan melepas kebergantungannya pada diri kita, sehiggga kita dengan mungkin dapat pelan pelan menjadi dewasa sejati.

Dewasa sejati dalam lingkup ini artinya, kita telah lepas dari segala faktor emosi, seperti kebahagiaan dan kesedihan, sehingga kita tidak perlu kecanduan dengan segala hal di luar dari diri kita. 

Dan kitalah yang mengatur kapan kita bahagia dan kapan kita sedih, bukan dari faktor eksternal. Namun bukan berarti dewasa tidak membutuhkan apapun, namun dewasa tau bahwa itu alat, tidak kekal dan itu bukanlah sumber kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun