Mohon tunggu...
dr. Randy Adiwinata
dr. Randy Adiwinata Mohon Tunggu... Dokter -

Youtube channel: docvisor; instagram: @adiwinatarandy, @docvisor . Seorang dokter umum, lulusan Fakultas Kedokteran Atma Jaya, Jakarta. Memiliki minat dalam bidang medical research dan medical writing. Juga, Seorang bassist di tengah kesibukan. Co-founder dari Docvisor yaitu sebuah organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan dokter yang merasa ironi dengan maraknya berita hoax kesehatan. Dan bertujuan untuk menyebarkan edukasi kesehatan berbasis bukti.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kuman yang Kebal Terhadap Semua Antibiotik

16 September 2018   16:35 Diperbarui: 16 September 2018   16:38 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Postingan foto hasil kultur dahak anak (Sumber: Instagram Dokter Parodi)

Halo Sobat Kompasiana,

Baru-baru ini kita dihebohkan dengan postingan foto di media sosial yang menunjukkan kuman dari dahak seorang anak usia 1 tahun 8 bulan yang kebal terhadap banyak Antibiotik. Tentu saja hal ini menjadi ironi karena salah satu faktor dari timbulnya kuman yang kebal dari antibiotik adalah karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat.

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah menyatakan bahwa peningkatan jumlah kuman yang kebal/resisten terhadap antibiotik sebagai suatu masalah dunia yang perlu ditanggapi serius oleh seluruh pihak. Berbagai upaya telah dilakukan oleh WHO dalam berusaha memerangi maraknya resistensi antibiotik, salah satunya melalui edukasi dengan pembuatan infografis yang akan saya cantumkan dalam artikel ini.

Gambar 1. Postingan foto hasil kultur dahak anak (Sumber: Instagram Dokter Parodi)
Gambar 1. Postingan foto hasil kultur dahak anak (Sumber: Instagram Dokter Parodi)
Saya akan coba menjelaskan sedikit tentang apa makna dari data di foto tersebut. Foto tersebut disebutkan sebagai hasil kultur dahak dari seorang anak. Kultur adalah suatu proses menumbuhkan kuman dari bahan tertentu dengan teknik khusus di laboratorium. Bahan dari kultur tersebut tidak harus dari dahak, tapi bisa juga dari darah, air seni (urine), ataupun dari jaringan yang diambil dari tubuh.

Prinsipnya adalah, kultur dilakukan melihat secara spesifik  apa jenis kuman penyebab dari sakit yang diderita pasien. Sebagai contoh, sungguh logis bila seorang pasien dengan infeksi radang paru (pneumonia), untuk mengambil dahak sebagai bahan kultur; dan sebaliknya pada seorang pasien dengan infeksi saluran kencing, maka dokter dapat mengambil urine pasien untuk dilakukan kultur.

Setelah kuman tumbuh di laboratorium (biasanya di tumbuhkan di media Agar), maka akan dilakukan identifikasi jenis kuman; dan setelahnya akan dilakukan tes resistensi antibiotik. Jadi kuman yang telah tumbuh akan diberikan beberapa jenis antibiotik, dan dilihat mana yang kebal dan mana yang masih efektif.

Bila kuman kebal terhadap antibiotik jenis tertentu, akan diberi tanda "R" atau resisten. Sedangkan bila masih sensitif terhadap antibiotik tersebut maka akan ditandai dengan huruf "S" atau sensitif.

Hasil kultur ini sangat membantu dokter dalam menentukan antibiotik yang tepat untuk mengatasi infeksi kuman tersebut. Sekilas dari foto tersebut, semua antibiotik telah resisten atau kebal terhadap kuman yang ditemukan dari kultur dahak. Dalam hal ini, kemungkinan kuman sebagai kolonisasi juga perlu diperhitungkan.

Gambar 2: Uji Kepekaan Kuman terhadap antibiotik di laboratorium. (Sumber: https://reflectionsipc.com/)
Gambar 2: Uji Kepekaan Kuman terhadap antibiotik di laboratorium. (Sumber: https://reflectionsipc.com/)
Salah satu faktor penyebab dari maraknya resistensi antibiotik adalah penyalahgunaan antibiotik. Mungkin Sobat pernah mendengar istilah seperti "Bila Sakit tenggorokan segera minum antibiotik biar cepat sembuh".

Persepsi yang salah tersebut menjadikan penggunaan antibiotik yang luas di masyarakat dan menggunakan antibiotik secara sendiri tanpa memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter. Ataupun perilaku mengulang antibiotik sendiri yang pernah diresepkan dokter karena penyakit yang sama juga menjadi tidak tepat.

Gambar 3. Faktor-faktor penyebab resistensi antibiotik (Sumber: http://www.who.int)
Gambar 3. Faktor-faktor penyebab resistensi antibiotik (Sumber: http://www.who.int)
Beberapa fakta antibiotik yang perlu Sobat ketahui:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun