Mohon tunggu...
Randy Jullihar
Randy Jullihar Mohon Tunggu... Scientist -

A scientist, Father, Husband,Writer, Story teller, Analizer and Open minded reader

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bekantan Si Monyet Berhidung Besar

8 November 2017   16:34 Diperbarui: 8 November 2017   17:07 1500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasal adalah seekor bekantan yang sedang mencari jati dirinya. Hidung nasal berukuran besar seperti badut, sehingga kadang-kadang menjadi bahan ejekan teman-teman nya. Nasal ingin teman-teman nya menghargai dan menyukainya, Dia tidak mau terus menerus mendapat julukan si hidung besar. Nasal ingin mendapatkan julukan baru yang baik dan iya sukai, tetapi iya tidak tahu bagaimana caranya. Lalu dia berfikir untuk menjadi seperti teman-teman nya. Dia lalu memutuskan untuk menjadi sosok pekerja keras seperti berang-berang yang giat membangun bendungan di sungai dekat dearah nasal tinggal agar hutan tidak banjir.  

"Mudah-mudahan aku bisa seperti mereka" harap Nasal dalam hati. Nasal akan senang sekali teman-temannya mengganti sebutan 'Nasal si Hidung besar' menjadi 'Nasal si pekerja keras', seperti berang-berang. Nasal bersemangat mendatangi sungai tersebut, dan mencari berang-berang yang ada di sana. Setelah berada di tepian sungai, Nasal melihat dua ekor berang-berang yang sedang giat bekerja. Mereka tak pantang menyerah, menaiki pohon dan memotongi kayu-kayu pohon tersebut kemudian menyelam dan meletakan potongan kayu tersebut untuk membendung aliran sungai yang deras tersebut. Nasal mendekati salah satu berang-berang yang sedang bergerak ke arah salah satu pohon dekat Nasal.


"Pak berang, boleh kah aku ikut melakukan apa yang kalian lakukan?" Tanya Nasal
"Oh Silahkan nak, kau tinggal mencontoh kami dan menirunya" Jawab Pak Berang ramah. Lalu Nasal dengan semangat ikut menaiki pohon dan mematahkan beberapa ranting untuk dijadikan bahan bendungan sama seperti yang Pak Berang contohkan. Lalu dia turun dan mulai menyelam. Nasal memang bisa berenang, tapi dia tidak suka air. Nasal hanya beberapa kali menyelam saja sudah kelelahan. Dia lalu duduk di pinggir sungai. Pak Berang yang melihatnya kemudian bertanya pada Nasal

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Pak berang merasa kasihan

"Aku tidak apa-apa, hanya saja aku tidak bisa lama-lama berada dia air seperti kalian. Aku tidak cocok berada disini" Jawab Nasal sedikit menyesal
"Tidak apa-apa, pulanglah dan istirahat saja sejenak dirumah mu" Kata Pak Berang memahami kondisi Nasal

Nasal pun berayun kembali dari pohon ke pohon meninggalkan tempat tersebut. Dia menyesal tidak bisa menjadi sosok pekerja keras seperti para berang-berang itu, tapi dia masih semangat untuk tetap menjadi diri yang mempunyai karakter yang bagus. Lalu dia teringat teman nya Jalu, seekor ayam jantan yang terkenal disiplin membangunkan warga hutan setiap harinya. "Wah, mungkin aku akan menjadi Bekantan yang disiplin" Katanya berbicara sendiri sambil tersenyum. Dia bergegas berayun kembali menerukan perjalanan menuju rumahnya Jalu. Sesampai di depan rumah Jalu, Nasal memanggil teman nya tersebut dengan semangat.
"Jalu..Jalu...ini aku nasal" Panggil Nasal
"Nasal, apa kabar? Apa yang membawamu kemari?" Tanya Jalu sedikit heran
"Aku ingin mengikutimu membangunkan warga hutan ini setiap hari" Kata Nasal masih dengan semangat yang tinggi
"Oh begitu! baiklah, tidur lah di rumah ku malam ini" Jalu menyarankan


 Subuh dini hari Jalu membangun kan Nasal karena sudah waktunya Jalu bersiap-siap berkokok membangunkan warga hutan. Nasal yang tidak terbiasa bangun pagi, tidak sanggup membuka matanya di waktu yang masih gelap tersebut karena masih sangat ngantuk. Karena takut terlambat akhirnya Jalu menyerah membangunkan Nasal dan berangkat keluar rumah untuk berkokok membangunkan semua warga hutan. Beberapa jam kemudian Nasal pun terbangun. Dia kembali merasa menyesal karena tidak bisa mengikuti sosok baik berupa disiplin dari teman nya itu. Dia mencoba kembali tidur dirumah Jalu dan minta dibangunkan untuk ikut membangunkan warga hutan bersama Jalu. Akan tetapi sama saja seperti hari sebelumnya, Nasal tetap bangun siang. Akhirnya Nasal dengan perasaan kecewa berpamitan dan pergi meninggalkan Jalu.

Nasal tidak patah semangat, dia memutar otaknya untuk mencari hewan lain yang bisa diikuti sifat baik nya. Diapun teringat teman nya yang lain yang bernama Sumba, Kuda hitam yang gagah dan kuat yang terkenal pintar melayani warga hutan. Dia biasa membawa beberapa warga hutan ke tempat tujuan yang mereka ingin kan. Dengan tenaga nya yang kuat Sumba berlari sangat lincah dan enerjik tidak mengenal lelah walau tempat yang ditujunya sangatlah jauh. "Mungkin bila aku bisa sepertinya, aku tidak akan mendapatkan julukan 'monyet si hidung besar lagi', tapi mereka pasti akan memanggilku 'monyet gagah yang pintar melayani warga' seperti Sumba. Nasal yang melihat Sumba hendak berangkat bersama sekeluarga tupai dipunggung nya segera memanggilnya."Sumba...sumba" Teriak Nasal yang berhasil menghentikan perjalanan Sumba

"Oh Nasal! Sedang apa kau disini?" Tanya Sumba
"Aku ingin mengikutimu membawa warga ke tujuan yang mereka inginkan" Kata Nasal sangat yakin
"Benarkah? Kalau begitu, bawalah anak tupai ini dan berlarilah bersama ku" Kata Sumba sambil memberikan anak tupai kepada Nasal, sedangkan iya akan membawa Ibu dan Bapak tupai di punggungnya. Nasalpun menerima saran nya dan menggendong anak tupai yang mungil di punggun nya. .

Sumba mulai berlari diikuti Nasal di belakangnya. Sumba cepat sekali larinya, sampai Nasalpun mulai tertinggal dibelakang. Semakin lama jarak mereka semakin jauh, dan Nasalpun semakin merasa kelelahan. Dia tidak biasa berlari di atas tanah, dia lebih senang berayun di pepohonan. Karena sangat capek dan merasa sangat tertinggal jauh maka Nasalpun berhenti untuk beristirahat. Anak tupai yang ada digendongan nya kemudian menangis karena terpisah dari ibu bapak nya. Nasal merasa bersalah dan berusaha menenangkan si bayi tupai tersebut. Beberapa lama kemudian, Sumba datang kembali menghampiri mereka.

Sumba sengaja berputar kembali untuk menemui Nasal yang tertinggal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun