Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta-cinta Pertama Joy (1 dari 3)

16 Februari 2023   11:53 Diperbarui: 17 Februari 2023   05:13 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi edit pribadi

Jatuh cinta?

Oh, no.

Pernah suka sama cowok, tapi dulu aku tak tahu jika itu namanya jatuh cinta. Siapa gerangan cowok itu? Tolong jangan ditertawakan. Ialah Pangeran Tampan alias Prince Charming di pawai parade tokoh kartun Dunia Fantasi, kira-kira pertengahan tahun 1980-an. Belum lama buka, aku diajak papi dan mami ke Dufan. Umurku baru kira-kira tujuh atau delapan tahun, masih murid sekolah dasar, bocah ingusan yang masih suka dongeng-dongeng putri dan peri ala Disney. Saat itulah aku terpesona untuk pertama kalinya kepada seorang pemuda tampan. Ya, aku tidak seperti anak lain yang tertarik pada bling-bling maupun gaun cantik si Cinderella. Kedua mataku yang berada di balik sepasang kaca mata plastik minus dua terpacak pada pemandangan di sebelah Sang Putri Bule cantik bemata biru berambut panjang pirang disanggul tinggi-tinggi. Sang pendamping, Pangeran Tampan yang memang tampan, gagah bersinar. Dengan sarung tangan putihnya ia berhenti di sisiku dan menyalamiku. Tangannya hangat, senyumnya ramah sekali. Wajahnya maskulin namun teduh, seperti almarhum River Phoenix. Aku tak seberapa ingat apakah ia menyapaku. Yang jelas, aku membeku di sana. Aku jatuh cinta.

Aku tumbuh besar di bawah tumpukan buku-buku Enid Blyton dan Disney, film animasi Donal Bebek dan Miki Tikus, serta Candy-candy dan Doraemon. Imajinasi dan fantasiku benar-benar jalan. Aku senang sekali membaca buku di perpustakaan, apalagi membawa buku pulang. Aku bisa membaca di mana saja termasuk di kamar mandi, ups. Aku suka membaca di meja makan, hal yang biasanya tidak boleh dilakukan gadis kecil seusiaku.

"Joy, ayo, jangan baca sambil makan, nanti bukumu kotor!" demikian peringat mami.

Namun tidak kuhiraukan, hanya menjawab, "Sebentar Mami, Joy mau ambil minuman dan cemilan dulu!"

Akhirnya aku malah duduk membaca sambil makan di teras rumah. Alangkah nikmatnya, apalagi jika ditemani rintik gerimis air hujan, sejuk. Tentu saja sambil membayangkan sosok Prince Charming yang waktu itu masih jadi misteri, mengapa aku bisa suka pada cowok yang tidak pernah ada?

Sejak pertemuan pertama dan terakhir dengan sosok Pangeran Tampan di Dufan itu, aku jadi gemar mengoleksi segala kisah bergambar tentang Cinderella. Kutonton film kartunnya berkali-kali di video kaset ala zaman dahulu, masih kadang buram dan kresek-kresek namun mengasyikkan. Tidak, aku tak suka Cinderella-nya. Aku hanya mau melihat Pangeran Tampan lagi dan lagi.

Putri Tidur (Sleeping Beauty), Little Mermaid, dan Putri Salju (Snow White) juga punya sosok pangeran. Namun entah mengapa mereka bukan favoritku. Tetap saja Prince Charming yang paling kusuka. Mungkin karena kostum pangerannya, mungkin karena senyumnya nan ramah. Entahlah, aku belum yakin benar. Hingga akhirnya aku bertemu sosok cinta pertama sungguhan sekitar tahun 1990-an.

Cowok itu anak tetanggaku, namanya Kyo. Pada awalnya semua biasa saja, dia sering bermain sepeda denganku. Mami berteman dengan mamanya. Aku dan Kyo bersama beberapa anak laki-laki lainnya sering main bersama. Diriku memang Si Tomboy. Mainan anak laki-laki semuanya kucoba dan kumiliki. Robot, mobil-mobilan, pedang-pedangan. Karena itulah mereka suka bermain denganku.

Kyo termasuk paling tinggi dan paling tampan di antara anak lainnya. Perawakannya yang mirip anak Jepang membuatku teringat pada sosok Pangeran Tampan. Ia punya senyum manis dan ramah, sering duduk berdua denganku di jok belakang mobil saat mama-mama kami membawa kami ke mal di bilangan Jakarta Selatan.

Kami sebagai anak-anak baru gede sering bermain rekam-rekaman ala sandiwara radio. Ceritanya tentang apa saja, biasanya meniru sinetron yang waktu itu mulai menjamur di televisi. Maklum, TV swasta pertama Indonesia, RCTI, baru saja meluncur. Sarana main rekam-rekaman kami sederhana, hanya sebuah tape recorder plus kaset kosong yang bisa dibeli dengan harga hanya empat ribuan Rupiah di toko-toko kaset yang menjamur waktu itu. Main rekam-rekamannya juga hanya di jok belakang mobil, sambil tertawa-tawa geli saat dengar ulang suara-suara kami sendiri.

"Joy, aku suka kamu! Kamu mau jadi pacarku?"

"Oh, te, te, tentu saja, Kyo! Aku juga suka kamu!"

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun