Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kopi, Kamu, Kita (3 Dari 3)

2 Februari 2023   08:06 Diperbarui: 2 Februari 2023   16:20 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via Pixabay

Rey mendekat. Tak dipedulikannya jaketku yang basah kuyup. Ia berusaha mendekapku seakan-akan perbuatan itu bisa menghangatkanku. "Aku tak peduli kau cewek kelas kopi saset atau cewek kopi permen sekalipun! Aku sangat mencemaskanmu. Aku tak bisa berhenti memikirkanmu, Joy. Aku semakin senang dan bersemangat dalam bekerja sejak bertemu denganmu. Karena berdebat denganmu, aku semakin mengerti jika kopi, berapapun harganya dan bagaimanapun wujudnya, tetap akan dinikmati semua kalangan. Cinta mungkin tak hanya cinta, tetapi kopi adalah kopi! Dan aku mulai suka kamu seperti suka pada kopi... Bisakah kau belajar membuat kopi... uh, maksudku, mulai suka padaku, sedikit demi sedikit saja?"

"Suka?" Kudorong dadanya sekuat yang kubisa. "Uh, menjauhlah dariku, Rey! Aku, aku... belum tahu akan jadi seperti apa hubungan ini. Jangan aduk-aduk hatiku seperti kau aduk kopi-kopi racikan ala kafe ayahmu. Aku sedang pusing, benar-benar pusing!"

"Benarkah kau tak peduli padaku, Joy? Tidakkah kau rindu padaku? Tidakkah kau bisa memaklumi dan memaafkanku, lalu kita coba ngopi dari awal lagi? Bisakah kau bantu aku lepas dari usaha pendekatan keluargaku dengan keluarga Xiao Jie?"

"Ke-ge-eran kamu, Rey! Kau pikir aku mau jadi antek-antekmu agar bisa lepas dari usaha pertunangan kalian? Kau memanfaatkanku! Aku benci kamu! Aku..."

"Aku gak yakin, Joy. Aku tahu kita sama-sama suka kopi. Jawablah aku, Joy. Maukah kau menerimaku? Bukan sebagai Reinhard Darmawan... hanya sebagai Barista Rey saja? Apapun, berteman dulu juga boleh. Asal kau mau memaafkanku!"

Aku kehabisan kata-kata, tak tahu bagaimana perasaanku saat itu. Dalam hujan, kutinggalkan Sang Pecinta Kopi itu, berlari pulang secepatnya. Betulkah Rey mencintaiku, mengapa? Dan apakah aku sebenarnya sudah mencintainya juga? Tidakkah itu seperti pungguk merindukan bulan? Bayangkan, seorang putra pengusaha besar! Belum tentu ayahnya akan setuju, apalagi sudah ada Si Cantik Xiao Jie sebagai calon istri, belum tentu hubungan kami juga akan mulus, belum tentu...

Beberapa hari berlalu sejak kejadian itu. Aku belum lagi singgah ke Kafe Coupee. Aku tahu, Rey masih ada di sana menunggu jawabanku. Apa yang harus kulakukan? Rasanya gengsi banget jika aku tiba-tiba muncul seperti balon karet tipis penuh berisi air dan meletuskan seliter air mata di hadapannya.

Baiklah, keputusan sudah kuambil. Jadi inilah yang akan kulakukan...

***

"Hei, Nona Peminum Kopi!"

"Tuan Pecinta Kopi, aku datang lagi..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun