Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengapa Mempromosikan Diri Penting bagi Penulis?

28 November 2022   14:06 Diperbarui: 29 November 2022   05:19 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via Pixabay

Mempromosikan diri dan karya tulis sendiri seringkali jadi momok bagi banyak penulis. Padahal jika tidak promo, bagaimana pembaca akan tahu tentang diri kita dan bagaimana tulisan kita?

Berikut ini beberapa alasan para penulis 'mengapa tidak ingin promo'.

1. Rasa malu. Tidak ingin karya tulis dibaca rekan kerja atau keluarga. Takut ketahuan, takut dianggap iseng atau kurang kerjaan.

2. Insekuritas. Merasa karya tulis masih kurang bagus atau bermutu. Kalah jauh dengan yang sudah terkenal.

3. Tidak memiliki cukup dana untuk beriklan. Pasang iklan itu ribet, mahal, dan belum tentu balik modal.

Padahal mempromosikan diri untuk seorang penulis adalah kewajiban. Bukan kewajiban editor atau penerbit, melainkan penulis sendiri. Mereka sudah cukup repot, memiliki banyak penulis di bawah asuhan. Memasarkan karya tulis atau endorse sebetulnya bukan kewajiban mereka. Mereka hanya mengedit atau membantu kita dalam urusan literasi dan sama sekali bukan biro iklan kita. Jika ada yang memberikan sarana atau rajin membantu, itu berarti mereka editor dan penerbit jempolan. Asal tidak pilih kasih, tentu saja.

Solusi untuk mengatasi 'momok' dalam melakukan promosi pribadi adalah sebagai berikut:

1. Jika kisah fiksi atau produk kata-kata apapun yang kita tuliskan memang orisinal, buah pena kita sendiri, mengapa harus malu? Ibarat anak kandung kita, bukan anak tetangga, jika memang dari kita sebagai orang tua yang melahirkan, mengapa harus malu mengakui? Apalagi jika memang sudah cukup baik menurut pendapat pribadi dan kata hati kita. Tunjukkan saja. Jangan dulu takut dikritik.

2. Tidak perlu merasa insecure dalam menulis. Semua tulisan itu berharga dan punya pembaca masing-masing. Kebetulan saja jika masih sepi berarti belum 'bertemu' calon pembaca yang tepat. Bagaimana bisa bertemu jika tidak pernah diperlihatkan?

3. Tidak selalu harus melalui metode berbayar yang banyak dilakukan penulis senior berduit, memiliki blog semacam Kompasiana sebenarnya adalah cara beriklan yang efektif, murah meriah dan banyak dibaca. Selain bisa ditemukan dengan mesin pencari, banyak calon pembaca bisa menilai kita dari apa yang kita tuliskan dalam sebuah blog. Syukur-syukur, ada satu dua pembaca blog yang tertarik dan aktif mencari tahu tentang tulisanmu yang lain.

Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun