Siapa sangka bocah 13 tahun dari St. Louis, Amerika Serikat ini melewatkan sebuah malam Halloween horor yang sekaligus merenggut nyawa remaja ini di ranjang rumah sakit setelah berjuang melawan Covid-19. "Ibu, aku akan meninggal." katanya beberapa saat sebelum benar-benar pergi untuk selamanya. "Tidak nak, kau takkan mati." ujar sang ibu mencoba menguatkan.
Peringatan keras bagi para orangtua yang masih mengizinkan anak-anaknya bermain bebas di luaran.
Sang ibu, Stephanie Franek, 44 tahun, tentu tak pernah menyangka, ABG yang  memiliki penyakit bawaan tiroid dan asma ini, yang biasanya selalu sehat dan riang gembira, akan memburuk seketika tak lama setelah dinyatakan positif Covid-19 pada 25 November 2020. Keadaan yang langsung menurun drastis disertai happy hypoxia dengan kadar oksigen 44 persen menyebabkan  Peyton harus dibantu tim 4 dokter dan 10 suster di saat kritis, berakhir dengan kegagalan. Tragisnya, segar darah menyembur keluar dari paru-parunya yang gagal saat dilubangi tim bedah guna memasukkan oksigen ke dalam darahnya, membasahi sekujur ruangan SSM Cardinal Glenon Children's Hospital tempat Peyton berjuang melawan maut selama 1 jam 15 menit, dilansir dari the-sun.com.
Konon, Peyton sempat kembali ke bangku sekolah beberapa minggu sebelumnya. Bocah periang ini aktif membuat video youtube dan bermain game, sebelum kembali diisolasi karena mendadak jatuh sakit dan harus dibawa ke RS. Ia adalah korban jiwa Covid termuda di negara bagian Missouri, Amerika Serikat.
Bukan hanya putranya, Stephanie juga harus kehilangan saudara perempuannya Cindy, 57 tahun, hanya beberapa minggu kemudian akibat Covid-19.
Sementara di sini, di Indonesia, masih sangat banyak anak-anak bermain bebas tanpa masker di jalan-jalan sempit, main layangan bersama-sama, dan bayi-bayi kecil yang baru lahir dijemur di belakang pasar dekat tempat tinggal penulis. Sering penulis saksikan sendiri, betapa kurang waspadanya, betapa lengah dan tak perdulinya ibu-ibu di negeri kita ini. Bagaimana bila ada satu  saja anak yang terkena, atau jadi orang tanpa gejala, lalu menyebar kepada anak-anak lainnya?
Yang notabene sering berbagi makanan, bercanda, bisik-bisikan, dorong-dorongan, kumpul di teras main game online atau belajar online bareng.
Mungkin mereka bosan di rumah, bosan pada PJJ, namun bermain bebas di luar rumah tentu bukan solusi.