Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna Asli Pelangi, Apakah Telah Pudar & Berganti?

11 Desember 2020   11:46 Diperbarui: 12 Desember 2020   06:44 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentunya kita mengenal kisah Nabi Nuh dan kisah banjir besar, yang bahteranya yang menjadi rumah bagi banyak hewan yang kini menghuni seluruh dunia beserta kita, seluruh keturunan manusia darinya.

Maha Pencipta menaruh busur-Nya di awan, sebagai simbol sebuah janji yang takkan membinasakan kehidupan lagi setelah banjir bandang yang terjadi.

Pelangi, demikian kita sebut namanya. Dan sampai kini, selepas hujan terkadang masih kita lihat kemunculannya, walau sekarang jarang terlihat di langit ibukota yang kelabu karena polusi.

Keindahan 7 warna yang bila berpadu bisa menghasilkan warna putih, menjadi inspirasi banyak orang untuk menuliskannya dalam novel, melukiskan, membuat animasi dan puisi hingga film. Dari My Little Pony dan tokoh Rainbow Dash hingga Laskar Pelangi. Bahkan bisa menjadi lezat dan enak dimakan sebagai rainbow cake dan eskrim aneka warna.

Anak-anak menyukainya, remaja dan orang dewasa juga suka pada 7 warna yang memang indah bila dipadukan bersama.

Sayangnya, entah sejak kapan tepatnya, keindahan pelangi menjadi ambigu sejak dijadikan simbol KEBEBASAN oleh beberapa kalangan, di sini saya netral, jadi tidak ingin menyudutkan pilihan hidup seseorang atau berbagai golongan.

Kekinian, terus terang saja, saya ragu bila ingin mengenakan outfit warna pelangi. Atau menghias kamar dan sebagainya. Bahkan mendesain dalam warna pelangi pun, saya jadi ragu. Bukan karena pelangi terlalu ramai. Namun makna di baliknya kini itu lho.

Ambiguitas dan blunder menjadikan kita rancu untuk menggunakannya semenjak mereka, kaum LGBT mempergunakannya sebagai simbol kebebasan dan keberagaman.

Saya tidak menentang LGBT, tapi juga tidak membela. Suka-suka Anda dan saya sendiri selama saling tidak merugikan dan mengganggu satu sama lain.

Namun, apa daya dan apa salah Sang Pelangi yang tetap setia muncul selepas hujan, walaupun jarang, dengan segala makna luhurnya, yang kini jadi sungguh sangat blunder.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun