Mohon tunggu...
Randi Rastiya
Randi Rastiya Mohon Tunggu... -

Mahasiswa jurusan pendidikan yang tertarik mengkaji akhlak serta perilaku milenial dan topik-topik menarik dari sudut pandang berbeda :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Amalan-amalan Keliru di Bulan Syaban

20 April 2019   11:37 Diperbarui: 20 April 2019   13:18 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : kaltim.tribunnews.com

Memasuki pertengahan bulan Sya'ban, sudah lazim di masyarakat kita akan hadits-hadits lemah (dhaif) dan palsu (maudhu) banyak tersebar dan sering disebarkan di Nusantara.

Mulai dari amalan-amalan dan kutipan-kutipan ucapan yang dianggap berasal dari Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Salam, dimana hal-hal tersebut sangat ditentang dan diingkari oleh ulama-ulama besar yang peduli akan kemurnian ajaran Islam baik ulama terdahulu maupun sekarang.

Apa itu Hadits Lemah dan Palsu?
Hadits lemah (dha'if) secara singkat adalah hadits yang pada jalur (sanad) periwayatannya terputus (tetapi tidak semua yang terputus dianggap dha'if), perawi hadits tidak dikenal (majhul), atau perawi hadits memiliki riwayat yang buruk.

Sedangkan Hadits palsu (maudhu) adalah hadits yang secara sengaja dipalsukan oleh kaum-kaum zindiq (perusak Islam) atau bahkan dapat secara tidak sengaja karena adanya suatu kebiasaan yang dianggap baik lalu menganggap itu adalah perbuatan yang berasal dari Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Salam

Penyebaran hadits-hadits lemah dan palsu sangat berdampak buruk bagi masyarakat, mereka akan langsung menyerap dan mengamalkan hal tersebut tanpa perhitungan lagi, padahal mungkin hal yang mereka lakukan itu bertentangan dan tidak ada contohnya di dalam Syari'at dan Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Salam sehingga sia-sia lah ibadahnya dan tidak menutup kemungkinan akan mendatangkan murka Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Tidak peduli keotentikan Hadits
Masalah terbesar di negara kita ini adalah, masyarakatnya masih terlalu mudah menelan segala sesuatu yang disampaikan oleh da'i-da'i / imam / ustadz-ustadz tanpa mengecek kebenaran dan keshahihan dari hujjah (argumen) serta fatwa-fatwa yang dikeluarkan serta kurangnya kepedulian akan status hadits.

Bukan bermaksud berprasangka, tetapi umat haruslah kritis dan lebih cerdas dalam menyikapi sesuatu yang baru didapatkan.

Dari kitab Ash Shahih, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam bersabda,

"Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu tiba-tiba, tetapi mencabutnya dengan mewafatkan para ulama, sampai tidak tersisa seorang berilmu. Akhirnya manusia menjadikan orang-orang bodoh (sebagai ulama), akhirnya mereka (orang-orang bodoh tadi) memberi fatwa tanpa ilmu dan mereka menyesatkan".

Di sini Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Salam mewanti-wanti kita untuk selalu berhati-hati dalam menerima sesuatu apalagi mengenai ibadah.

Tidak Apa-Apa, yang Penting Baik
Salah satu kaidah pemahaman di masyarakat kita yang sangat keliru adalah menganggap suatu amalan atau ibadah dengan penafsiran bahwa 'tidak mengapa suatu amalan dikerjakan, selama itu baik'.

Jika begitu, mengapa tidak sekalian shalat maghrib 4 raka'at, shalat Isya 5 raka'at, bukankah itu baik, kan shalat itu baik, bukan maksiat...???

Tentu anda akan menjawab bahwa itu keliru bukan? Yaa, begitupun kaidah 'Tidak Apa-Apa, Yang Penting Baik' sangat keliru untuk diterapkan, karena segala sesuatu amalan dan ibadah harus sesuai dengan yang telah disyari'atkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui Al-Qur'an dan dicontohkan Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Salam dalam sunnah/haditsnya sama seperti kasus shalat tadi yang saya singgung di atas.

Amalan-Amalan di Bulan Sya'ban yang Keliru

1. Mengkhususkan Puasa & Shalat Malam Nisyfu Sya'ban
"Jika malam nisfu Sya'ban, maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah pada siangnya. Karena Allah Azza wa Jalla turun pada saat matahari tenggelam, lalu berfirman, "Adakah orang yang memohon ampun lalu akan saya ampuni ? adakah yang memohon rizki lalu akan saya beri ?"
(HR. Sunan Ibnu Majah)

'Yang benar, hadits itu maudhu' (palsu), karena dalam sanadnya terdapat Abu Bakr, Abdullah bin Muhammad, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Abi Bisrah. Imam Ahmad rahimahullah dan Yahya bin Ma'in rahimahullah mengatakan, 'Orang ini pernah memalsukan hadits."
(Majmu Fatawa Syaikh Utsaimin 5/622)

2. Membacakan Surah Yasin Tiga Kali di Malam Nisyfu Sya'ban

Hadits seputar keutamaan surah yasin adalah dha'if dan maudhu, yang banyak disinggung di kitab-kitab 'hadits dha'if dan maudhu' karya ulama-ulama besar.

"Siapa yang membaca surat Yasin satu kali, seolah-olah ia membaca Al-Qur'an dua kali." (Hadits Riwayat Baihaqi dalam Syu'abul Iman).

Keterangan: Hadits ini Palsu.

(Lihat Dha'if Jamiush Shaghir, No. 5801 oleh Syaikh Al-Albani).

Itu adalah satu dari banyak hadits palsu seputar keutamaan Surah Yasin.

Adalah keliru menganggap Yasinan 3 kali adalah amalan yang berasal dari syari'at maupun sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Salam.

3. Menganggap doa di Nisyfu Sya'ban Akan Menentukan Apa yang Terjadi Pada Tahun itu

Ini kabar yang bathil. Malam penentuan takdir kejadian selama setahun itu yaitu pada malam qadar (lailatul Qadar).

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

"Haa miim. Demi Kitab (al Qur'an) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah". [ad-Dukhan/44:1-4] 

***

Sesungguhnya tulisan ini dibuat sebagai pengingat, renungan dan bukan untuk didebat. 

Karena sudah jelas dan banyak ulama-ulama yang menyatakan bahwa hadist-hadits seputar Nisyfu Sya'ban adalah lemah dan palsu sehingga tidak tepat untuk kita amalkan.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa menetapkan kita dalam hidayahnya dan menjauhkan kita dari segala hal-hal yang mengada-ada dalam agama...

Wallahu A'lam Bisshawab

Bantuan Referensi :

  • Almanhaj.or.id
  • Muslim.or.id
  • Kitab Hadits Dha'if & Maudhu (1) Karya Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun