Mohon tunggu...
Ramses Sinaga
Ramses Sinaga Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Seks untuk Menjawab Keingintahuan Anak tentang Seks

6 September 2016   11:10 Diperbarui: 6 September 2016   14:17 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara tentang seks di negeri ini memang masih tabu dilakukan, terlebih jika yang ikut dalam pembicaraan adalah anak usia sekolah, baik itu SD, SMP, SMA. Nah, bagaimana kalau di depan kata seks diawali dengan kata “pendidikan”, apakah masih tabu? Kelihatannya masih. Padahal kata pendidikan seks bukan bermakna pendidikan untuk berhubungan seks atau hubungan badan tapi maknanya secara sederhana adalah pendidikan tentang jenis kelamin. “sex” dalam bahasa inggris berarti jenis kelamin, bukankah begitu?

Kalau yang biasa chatting tentu kenal dengan singkatan “asl” kan? Kepanjangan dari asl itu adalah age, sex, location yang artinya seseorang itu menanyakan usia (age), jenis kelamin (sex), dan posisi atau aktivitasnya dimana (location), bukan seseorang tersebut ingin berhubungan seks.

Seperti dikatakan diatas, pendidikan seks itu berarti tentang pendidikan tentang jenis kelamin. Jadi, sama seperti tanaman, kalau sudah tumbuh besar pasti ada masanya berbuah. Pasti ada masanya matang. Nah, manusia juga begitu. Pasti ada masanya juga akan “berbuah”. Maksudnya adalah pertumbuhan tubuhnya akan berubah dari tubuh anak-anak menjadi tubuh dewasa.

Dewasa dan matang, baik itu secara jasmani dan rohani. Tapi, jangan sampai berbuah sebelum masanya. Itu tidak alami. Itu tidak baik. Sudah menjadi sifat alamiah manusia untuk ingin tahu. Begitu juga keingintahuan akan seks. Ketika seorang anak mendengar kata seks pertama kali dalam hidupnya, ia tentu ingin tahu. Dan anak itu akan bertanya kepada orangtuanya sebagai orang terdekatnya. Hanya saja pada umumnya orangtua tidak akan menjawabnya dengan satu jawaban klise, yaitu “tabu” atau pantang.

Sebenarnya anak itu hanya punya 1 pertanyaan pokok, yaitu “apa itu seks?”. Dengan adanya penolakan dari orangtuanya untuk menjawab pertanyaannya itu membuat si anak bertambah pertanyaan dalam pikirannya. Kalau tadi pertanyaannya hanya “apa itu seks?” maka dalam pikirannya akan muncul pertanyaaan tambahan yaitu “kenapa orangtuaku melarang saya mengetahui apa itu seks?” keingintahuannya semakin membesar. Kemudian ia akan mencari jawabannya ke tempat lain.

Mungkin ke teman-temannya, seniornya di sekolah ataupun orang dewasa di sekitarnya. Ketika anak itu mencari ke lingkungan sekitarnya, hal itu dapat menjadi rawan atau bahaya. Hal itu disebabkan karena mungkin orang tersebut akan memperkenalkan seks dengan dengan cara yang tidak sesuai, misalnya menonton film dewasa. Seks menjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan makna sebenarnya.  Anak itu belum masanya menonton film tersebut tanpa mengetahui pengetahuan dasar tentang seks.

Oleh sebab itu anak tersebut harus mendapat pendidikan seks sejak dini dari orangtuanya untuk dapat membimbing pola pikir anak tentang seks. Berikan kepada anak pengetahuan tentang seks dengan benar dan bertahap. Dan peran orangtua penting disini. Anak hanya akan berada di sekolah hanya sekitar 8 jam, selebihnya peran orangtua untuk mengawasi dan membimbing anaknya.

Jangan langsung memberikan kepercayaan kepada lingkungaannya untuk dapat memperkenalkan seks, apalagi lingkungannya tidak mendukung untuk pendidikan seks yang tepat. Dengan begitu si anak akan mendapat pemahaman yang sesuai tentang seks. Jangan mengatakan tabu lagi, tapi berikan jawaban atas rasa penasaran mereka dengan pemahaman yang benar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun