Mohon tunggu...
Ramona ErfinNur
Ramona ErfinNur Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Semoga informasi yang saya berikan bisa membantu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tidur Siang Bisakah Mengganti Tidur Malam?

16 Desember 2020   06:10 Diperbarui: 16 Desember 2020   06:24 5836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Seperti yang kita ketahui, pandemi ini menyebabkan banyak hal-hal berubah. Mulai dari kita yang seharusnya bisa beraktivitas di luar rumah kini harus terbatas di kamar saja hingga sekolah yang harusnya menggunakan media tulis bergeser menggunakan media digital. Ada perubahan yang signifikan pada pola hidup tiap orang dan hal tersebut bukanlah sesuatu yang dapat dipungkiri. 

Salah satu yang berubah berkat pola aktivitas diam di rumah ini adalah pola tidur. Pola tidur yang awalnya normal berubah menjadi abnormal dikarenakan kebiasaan begadang. 

Bisa karena mengerjakan tugas, bisa juga karena merasa bahwa tidak ada kewajiban untuk bangun pagi sehingga tak perlu takut untuk begadang. Banyak orang mengacaukan pola tidur mereka dan pada akhirnya menggantikan tidur malam dengan tidur di pagi atau siang hari. Kian hari muncullah sebuah pertanyaan, akankah tidur siang mampu menggantikan tidur normal atau tidur malam.

Tidur sendiri merupakan aktivitas yang tak bisa dipungkiri adalah sebuah kebutuhan bagi tubuh manusia. Tidur memiliki dua fase yaitu NREM (Non-rapid Eye Movement) dan juga REM (Rapid Eye Movement). NREM merupakan fase tidur ringan yang nantinya akan secara bertahap berubah menjadi tidur lelap atau REM. 

Manusia butuh tidur untuk bertahan hidup dan kurangnya tidur mampu menuntun pada menurunnya kesehatan seseorang. Manusia dewasa membutuhkan setidaknya 7,5 sampai 8,5 jam tidur setiap harinya (Banks & Dinge, 2011) dan banyak dari kita yang menambal atau mengganti beberapa jam dari kebutuhan waktu tidur tersebut dengan tidur siang--atau mungkin justru secara keseluruhan mengganti waktu tidur tersebut dengan tidur siang. 

Banyak yang beranggapan bahwa tidur siang sama dengan tidur malam dan menyimpulkan bahwa tidur di siang hari mampu menggantikan tidur di malam hari. Namun, apakah hal ini benar adanya? Menurut Howard ME, Radford L, Jackson ML, Swann P, dan Kennedy GA, tidur siang lebih dari tiga puluh menit sifatnya adalah impractical atau bisa dibilang tidak bermanfaat karena tidur siang ini justru akan menuntun pada sleep Inertia (Lovato, 2009). 

Apakah sleep inertia itu? Sleep inertia merupakan kondisi di mana seseorang akan merasa gelisah atau resah saat bangun tidur. Waktu tidur siang yang ideal adalah antara kisaran 30 hingga 40 menit.  Sehingga bisa dibilang tidur siang dalam waktu lama justru merugikan bagi tubuh kita. Memang benar jika tidur di siang hari mampu mengurangi rasa ngantuk yang kita rasakan. 

Namun, penelitian masih menunjukkan bahwa orang-orang yang mengganti tidurnya dengan tidur siang masih menunjukkan gejala kurang tidur. Karena pada dasarnya tidur yang cukup dilihat tak hanya dari segi kuantitatif (jumlah jam tidur) melainkan juga dari segi kualitatif (dalamnya tidur). Hal-hal itu meliputi lamanya jam tidur, waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tertidur, hingga kepuasan tidur.  

Jadi pada dasarnya tidur siang tidaklah bisa menggantikan tidur malam. Selain itu, tidak tidur malam atau kurang tidur juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan kita. Tidak tidur malam menyebabkan kita mengalami kurang tidur dan kurang tidur ini akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi. 

Hal ini tentu saja berpengaruh besar bagi siswa maupun mahasiswa yang tengah mengenyam pendidikan. Kurangnya konsentrasi mampu menghambat proses belajar. Hal ini bisa terjadi karena rasa mengantuk dan juga lelah yang disebabkan oleh kurang tidur. Lelah ini bisa jadi dialami seseorang bukan secara fisik tetapi juga secara mental. Karena selain menurunkan kemampuan otak untuk berkonsentrasi, kurang tidur juga bisa memicu ketidakstabilan emosional dan juga impulsif yang berlebihan (marah berlebihan, sedih dan resah, dan lain lain.). 

Selain itu, kurangnya tidur juga bisa berdampak fisiologis yang salah satunya adalah memicu penyakit seperti hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang amat sering kita temui karena penyakit ini adalah penyakit yang bisa dibilang cukup umum. Hipertensi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan pada tekanan darah seseorang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun