Mohon tunggu...
Ramdiyah Luki
Ramdiyah Luki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

ordinary person who want to share anything i know, that can be useful for others, no matter how small, no matter how simple

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tips Mengatasi Candu Piknik dan Selfie

18 Desember 2017   11:41 Diperbarui: 18 Desember 2017   12:07 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ada orang top yang bilang, kalau kita rajin selfie dan sering piknik bisa bikin hidup lebih bahagia. Begitu di realese, jargon tersebut itu langsung viral. Awalnya saya menduga cuma sekedar lucu-lucuan untuk menghibur diri saja, tapi setelah diamati ternyata pengikut aliran ini makin hari makin buaaanyak , termasuk saya..hadeuhhh.

Tapi.., betul gak sih rajin selfie dan sering piknik bikin hidup kamu lebih bahagia.

Coba direnungkan dan dijawab dalam hati ya.

Sewaktu kita ber -selfie-ria, kita memang merasa happy jika mendapat hasil jepretan yang sesuai dengan keinginan, tapi jika hasilnya kurang ok, kita merasa kecewa dan langsung nge-delete tuh foto... betul kan?

Masalahnya dari puluhan foto hasil jeprat-jepret dengan berbagai ekspresi, paling hanya 1 atau 2 yang kita anggap pas dan membuat kita happy. Itu artinya lebih banyak  yang bikin bete-nya dari pada happy -nya. Betul apa betull..?? Disamping itu, saat foto selfie tersebut diupload di media sosial, menurut pak ustad itu bisa menimbulkan fitnah. Apalagi kalau njepret nya pakai kamera 360, bukan cuma fitnah tapi juga penipuan.. hiks.

So, Bagaimana halnya dengan piknik..??

Piknik or rekreasi. tentu saja mendatangkan kebahagiaan, terutama yg  punya hobi travelling,  tapi keseringan pinik juga bikin bisa kamu susah, karena piknik membutuhkan waktu dan biaya , jika kita nggak pandai mengatur waktu dan anggaran, 'perekonomian dalam negri' bisa kacau dan masa depan bisa berantakan.

Saya sampaikan hal tersebut, karena saat ini, piknik sepertinya sudah bukan lagi menjadi kebutuhan tersier, tapi sudah naik levelnya jadi kebutuhan sekunder bahkan ada yang memposisikanya sebagai kebutuhan primer..haduuuh

Saat saya masih ikut tergabung dalam beberapa group travelling,  saya menjumpai banyak pemuda jaman now yang menjadikan piknik or travelling sebagai  kehidupanya. Mereka tinggal disatu tempat, bekerja serabutan disektor informal  untuk bisa eksplore tempat-tempat  wisata di daerah tersebut, kemudian pindah ke daerah lain dan melakukan hal yang sama, tanpa memikirkan apa yang harus diperbuat untuk membangun masa depan, waktu muda yang terbuang percuma, Tidak sedikit pula yang mati '_*konyol-*' saat berada dilokasi wisata karena nekad berfoto diempat-tempat yang berbahaya tanpa pengamanan atau memaksakan diri ke tempat  yang ekstrim padahal tidak mempunyai persiapan yang matang dan kondisi kesehatan tang prima.

Dulu orang menabung untuk membeli rumah, mobil dll yang menjadikan mereka hidup lebih layak. Namun sekarang banya orang terutama kaum muda menabung untuk travelling tanpa memikirkan masadepan dan hierarki kebutuhan hidup. Yang sudah mapan pun banyak yang ikut terjerumus oleh candu piknik.., alhasil anggaran keuangan rumah tangga kacau balau. Tak lagi tersisa anggaran untuk menabung atau berinvestasi. Apalagi untuk bersedekah. Smoga kita tidak termasuk didalamnya.

Fenomena ini tentunya bukan tanpa sebab. Saat ini media televisi dipenuhi oleh beragam acara yang berisikan tentang indahnya berwisata. Group-group travelling pun banyak bermunculan laksana cendawan dimusim penghujan. Foto-foto  keindahan suatu daerah yang diupload di medsos juga menjadi racun ganas yang membuat kita begitu ingin bisa sampai kesana. Group travelling pun banyak bermunculan laksana cendawan dimusim penghujan. Foto-foto  keindahan suatu daerah yang diupload di medsos juga menjadi racunyang sangat menggoda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun