Mohon tunggu...
Ramdiyah Luki
Ramdiyah Luki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

ordinary person who want to share anything i know, that can be useful for others, no matter how small, no matter how simple

Selanjutnya

Tutup

Money

Memilih Gaya Kepemimpinan

14 Maret 2017   22:00 Diperbarui: 14 Maret 2017   22:06 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

 

 

Kamu pernah nonton film my stupid boss..? Karyawan yg gaul n kekinian pasti sudah nonton film ini.
Film yg bergendre drama komedi ini konon seru banget buat ditonton bareng2 teman sekantor.
Saya bilang konon, karena saya sendiri belum pernah nonton film itu.. he.he. Tapi paling tidak saya sudah baca novelnya. Film My stupyd boss di angkat dari novel karya seorang karyawan yg terinspirasi oleh gaya kepemimpinan boss nya yg arogan dan menyebalkan.
Terlepas dari pro kontra, dampak positif n negatif film ini bagi para karyawan yg menontonya, disini saya melihat suatu cermin besar untuk sebuah gaya kepemimpinan.
Pemimpin yang arogan n powerfull ternyata seringkali menjadi bahan tertawaan para bawahan dan orang lain yg mengamatinya, ini bukan cuma ada di film my stupid boss.
Coba simak percakapan disebuah kantor saat jam makan siang ini..
A : Bro, kira-kira kapan ya boss kita pindah..? Aku mau siap-siap nih.
B : Wih, emang kamu mau apa klo dia pindah..?
A : mau buat syukuran, ngundang anak yatim, minta didoakan supaya kantor kita nggak dapat boss yg model kaya dia lagi...
A,B : ha.ha.ha... (tertawa bersama)
C : Keren juga ide kau bro.., tapi klo dia gak pindah-pindah gimana..?
B : Gampang bro, kau bawa aja garam dapur, taburin tuh dipintu masuk kantor tiap hari, biar dia nggak betah disini.
C : ha.ha.. sama kaya ngusir ular dong.
D : Ah, klo aku pilih resign aja bro. Pokoknya tahun depan, klo dia nggak keluar dari kantor ini, berarti aku yang keluar

Hmmm..bayangkan bila percakapan seperti itu ada dikantor kita. Atau bahkan ditujukan untuk kita. Aduh, hancur deh hatiku, rasanya seperti ketimpa palu godam.
Sayangnya, tidak semua pemimpin peduli dengan hal seperti ini. Ada juga yg berfikir bahwa apa yang bawahan kita ucapkan, itu bukab tolak ukur keberhasilan kepemimpinan kita. Selama target-target yang ditetapkan perusahaan tercapai.. so what gitu loh.
Oke.., kita boleh tak bergeming andaikan 3 dari 20 karyawan kita menilai gaya kepemimpinan kita buruk.
Tapi kalau 17 dari 20 karyawan kita yang menilai buruk, itu berarti keseluruhan.. karena sisanya pasti penjilat dan penakut.

'*_Tapi kenyataanya saya bisa mencapai target dengan gaya kepemimpinan yang seperti ini_*

Baiklah..,
Mari kita perhatikan kuda pacuan, saat dilecut iya akan berlari, bertambah keras lecutan, ia akan berlari semakin keras.. namun ketika lecutan semakin keras dan menyakiti sang kuda, bukanya berlari semakin keras, sang kuda malah lepas kendali.

Filosofi yang dapat kita maknai dari kuda pacuan tersebut adalah, target-target yang dicapai dengan gaya kepemimpinan yang arogan dan powerfull tidak akan bertahan lama.
Kekerasan hanya akan menimbulkan konflik gunung es yang tampak kecil dipermukaan, namun memiliki kekuatan dasyhat ketika meledak, karena konflik yg terpendam jauh kebih besar dari yg tampak.

Lalu gaya kepemimpinan seperti apa yang mampu mengarahkan bawahan kita untuk mencapai target tanpa membuat mereka merasa tertekan dan tersakiti.

Ada banyak gaya kepemimpinan yang dikembangkan oleh para pakar, 3 diantaranya yaitu :
 1. Gaya kepemimpinan kharismatik ,dipopulerkan oleh Ivancevich dan Matteson, thn 1999
 2. Gaya kepemimpinan transaksional dan transfoasional, dipopulerkan olh James MacGregor Burns, thn 1978
 3. Gaya kepemimpinan yang melayani, dipopulerkan olh Collins thn 2004.

Dari ketiga alternatif diatas, gaya kepemimpinan yang melayani,_* servant leadership*_ merupakan gaya kepemimpinan yang masih menjadi unggulan hingga saat ini.
Servant leadership sangat cocok untuk perusahaan yang bergerak dibidang jasa seperti PT Pegadaian (Persero). Gaya kepemimpinan ini juga sejalan dengan konsep marketing _*'everyone is customer_*
Dimana customer terdiri dari. Customer internal dan ekternal.
Eksternal adalah para pelanggan yang membeli produk kita. Internal adalah para karyawan dalam perusahaan.
Pemimpin yg melayani karyawanya dengan baik berarti telah memberikan contoh sekaligus bekal bagi karyawan tersebut untuk dapat melayani costumernya dengan baik pula.
Hal ini pun sejalan dengan teori *_Stephen R Covey-* tentang keseimbangan antara Produksi dan Kemampuan Produksi.
Dalam bukunya yang sangat populer, *_7habit for highly effective people -*
Mr Covey, dengan filosofi telur emasnya, menegaskan bahwa..
Bila ingin angsa itu bertelur dengan baik..(baca: produktif), maka angsa tersebut harus dirawat dengan baik pula.
Bila kita ingin karyawan kita produktif dan memiliki performa tinggi, maka kita harus mentreatment mereka dengan high quality pula.
Lalu bagaimana caranya...? Dan apa indikator kita sudah menjadi pemimpin yang melayani..?
Semua itu bisa dipelajari. Yang terpenting saat ini adalah kemauan utk menjadi seorang servant leadership. Karena dimana ada kemauan, disitu ada jalan..
kamu setuju gak..?
Klo aku sih iyess.. 😄

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun