Mohon tunggu...
Rama Irmawan
Rama Irmawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

tercatat sebagai mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. I've loved MANCHESTER UNITED since I was a kid !!! follow @ramairmawan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Andai Saja Indonesia..............

5 Januari 2013   15:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:28 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13573982821207815134

Sepakbola, siapa yang belum tahu olahraga ini?

Semua orang pasti mengenal olahraga ini, tidak pandang usia dari anak - anak hingga orang tua, tidak pandang jenis kelamin baik laki - laki atau perempuan. Sepakbola yang sering disebut - sebut sebagai olahraga pemersatu bangsa, namun kenyataannya justru sering menimbulkan perpecahan. Apalagi di Negara Indonesia tercinta ini.

Andai saja sistem persepak bolaan di Indonesia seperti di negara – negara Eropa, seperti di Inggris, Jerman, Spanyol, Italia dan negara lainnya. Mungkinkah semua ini hanya akan menjadi angan – angan semata ? Menjadi mimpi bagi bangsa yang ingin melihat Indonesia lebih baik.

Diawali dari dualisme liga yang terjadi di Indonesia. Semua merasa paling benar, semua merasa paling berkuasa, tetapi apa hasilnya untuk persepak bolaan Indonesia? Raihan gelar di ajang internasional? Nihil bung !

Bukan berarti tidak bangga dengan Timnas Indonesia, bukan berarti juga ingin mengolok – olok persepak bolaan Indonesia, tetapi inilah realita yang ada di Indonesia. Kami hanya ingin TIM NASIONAL INDONESIA satu, mampu mengibarkan sang MERAH PUTIH di kancah Internasional, mengepakkan sayap GARUDA dengan kepala tegak ! Kami rindu mendukungmu.

Sisi lain sepakbola Indonesia adalah finansial. Dimana sulitnya mencari sponsor dan larangan menggunakan dana daerah membuat klub – klub mengalami masalah finansial. Bahkan akhir – akhir ini ada kasus pemain asing Diego Mendieta yang meninggal karena sakit. Terkuak bahwa dia belum menerima gaji dari klub yang dibelanya. Betapa mirisnya persepak bolaan Indonesia dengan adanya kasus seperti ini. Keterlambatan gaji bukan yang pertama kali dan satu – satunya. Andai saja Indonesia bisa seperti Inggris (ambil contoh saja), gaji pemain tertunda sangat jarang sekali ada di pemberitaan media, bahkan tidak ada. Selain gaji, masalah kontrak pemain, Indonesia kebanyakan hanya mengontrak pemain dalam kurun waktu satu musim atau dua musim saja, sedangkan di Inggris sampai kontrak 5 musim. Bahkan sepakbola di Eropa seperti dijadikan industry yang justru menghasilkan uang.

Warna lain sepakbola Indonesia adalah mentalitas. Baik mental pemain atau suporter. Ketika melihat pertandingan – pertandingan di Liga –Liga top Eropa, bisa kita bandingkan dengan di Indonesia, sangat jauh sekali. Kalau di Indonesia bangku penonton seperti di luar, bisa – bisa wasitnya jadi bulan – bulanan supporter dan harus memakai baju besi kali ya. Ini semua kembali ke mentalitas.

Melihat pertandingan pembukaan Indonesian Super League antara tuan rumah Sriwijaya FC menjamu Persiba Balikpapan, ketika wasit memberikan keputusan dan menurut pemain tidak sesuai, pemain bisa sampai menyentuh wasit, bahkan sempat terjadi lemparan botol mineral ke lapangan karena terjadi pelanggaran. Fenomena seperti ini bukan sekali dua kali terjadi di Liga Indonesia. Jika dibandingkan lagi dengan liga di Eropa, pemain ataupun supporter menerima dan menghormati apa yang menjadi keputusan wasit. Memang pernah ada kejadian supporter yang mentalnya buruk dan melakukan tindakan anarkis, maka supporter itupun akan mendapat hukuman dari pihak federasi sepakbola negara tersebut.

Alat komunikasi antar wasit, jika di Indonesia masih manual alias wasit perlu mendatangi assisten wasit ketika terjadi keraguan ataupun keputusan yang membutuhkan pendapat dari assisten wasit, maka di luar seperti di liga – liga Eropa sudah menggunakan alat komunikasi dengan microphone, sehingga wasit bisa berdiskusi tentang keputusan yang akan diambil tanpa harus mendatangi sang assisten wasit. Dengan alat seperti ini akan meminimalisir miss komunikasi antar wasit dan assistennya.

Semua kembali ke federasi sepakbola kita, entah PSSI ataupun KPSI. Bagaimana persepak bolaan di Indonesia ini bisa lebih baik. Jangan hanya karena kepentingan beberapa pihak mengorbankan semangat dari bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia berharap Indonesia lebih baik, tidak ada dualisme di Indonesia, dan perbaikan sistem yang ada.

Andai saja sepakbola Indonesia seperti di Eropa. Semoga lekas membaik dan selesai polemik yang terjadi di Indonesia. Amin .

SALAM INDONESIA !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun