Drama korea merupakan serial yang cukup digandrungi di Indonesia. Walaupun didominasi oleh kalangan muda, tetap tidak memungkiri bahwa keberadaan drama korea dapat dimasuki penonton dari kalangan umur.
Secara kualitas, memang drama korea menawarkan seusatu yang tidak ada dalam tontonan Televisi di Indonesia. Mulai dari ceritanya yang unik, cara pengambilan sudut pandang konsepnya yang kreatif dan tentunya para aktor yang membintanginya yang ehem, cakep aduhai.Â
Maka tidak heranlah, jika kemudian eksistensinya tetap kokoh di hati masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun walaupun telah berganti media. Di mana dengan perkembangan teknologi masa kini, siapapun dimanapun dan kapanpun bisa menikmati drama korea dari perangkat canggihnya.Â
Melaui gawai canggih atau perangkat laptop kita bisa jauh lebih cepat untuk terus menerima perkembangan industri drama korea tanpa harus menunggu saluran televisi di Indonesia menyiarkannya. Sangat menyenangkan sekali ketika hal yang disukai menjadi gampang untuk diraih.
Tapi tidak untuk saya,
Saya telah mendisiplinkan diri untuk tidak ikut arus dalam mengonsumsi drama korea sejak kecil. Bahkan sampai sekarang pun saya belum sekalipun menonton satu drama korea yang ada. Makannya ketika ada event menulis mengenai drama korea favorit di Kompasiana saya mengalami kebuntuan yang tragis.
"Bagaimana bisa menulis sebuah hal yang ternyata aku tidak pernah tahu sama sekali rupanya."
Tapi saya tidak menyerah begitu saja. Kucoba menghubungi beberapa kenalanku yang terindikasi sebagai drama korea lovers.Â
"Ya, siapa tahu saja saya mendaptkan ide" Â
Satu balasan muncul di notifikasi, disusul beberapa berikutnya. Pertama-tama, hampir dari mereka menanyakan mengenai genre apa yang kiranya cocok dengan kesukaanku agar direkomendasikan drama yang cocok untuk di ulas.
"Yang muncul di tagun 2020 kemarin, menginspirasi tapi jarang ada yang tahu." Ya, begitulah caraku mencari rekomendasi drama korea yang kemungkinannya ditulis oleh orang lain minim adanya.
"Start Up" adalah jawaban yang paling menyakinkan untuk saya ambil sebagai bahan. Namun karena tidak mungkin saya ngebut untuk menontonya, jadinya saya terpaksa untuk "menodongkan pisau" pada teman saya agar mau memberikan bocoran informasi yang dia tahu mengenai drama Start Up.
Setelah semua data yang kiranya cukup, saya segerakan menyudahi teror dadakan ini dan tidak lupa berterima kasih padanya. Akhirnya setelah bergalau-galau lamanya saya dengan riang hati dapat membuka laptop butut kesayangan untuk menuangkannya dalam bentuk artikel.
Namun, seperti drama murahan pada umumnya. Selalu saja ada masalah yang tiba-tiba datang dikala hati sedang bahagia.
"Aahhh!!!"