Mohon tunggu...
Rama Guna Wibawa
Rama Guna Wibawa Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis terus sampe lupa caranya berhenti, kecuali adzan, makan dan Bucin

Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Isalam Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Bedah Buku: Sang Pemusar Gelombang

2 Desember 2021   08:35 Diperbarui: 2 Desember 2021   08:40 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasan Al-Banna | Sumber: Wikipedia.org

*Bidang Politik
1. Timbulnya kesadaran regionalisme, yang dapat melahirkan kekuatan ekonomi

Kedua, bagian yang paling saya sukai dan menarik ketika membaca buku Sang Pemusar Gelombang ketika membaca di halaman 48 yang begitu memperhatikan masyarakat kecil "Dan itu semua nyata sekali pada lingkungan seperti tempat Hasan saat ini berada. ia tidak pernah mengerti bagaimana orang dengan mudahnya mengeluarkan uang untuk sesuatu yang harganya selangit padahal di trotoar masih banyak orang yang membeli roti pun dirasakannya sangat mahal". 

Saya begitu terharu atas pemikiran Hasan, meskipun hidup nya terbilang enak, namun tetap memikirkan orang-orang kecil yang tertindas tersebut. Tidak semua orang mempunyai pemikiran seperti Hasan. Kebanyakan orang ketika hidupnya terasa enak lebih mementingkan kepentingan dan kepuasan pribadinya saja. Seharusnya pemikiran tersebut hadir bukan hanya pada Hasan seorang saja, melainkan harus hadir pula pada semua orang, setiap kalangan dan setiap golongan, apalagi dari pihak pemangku kebijakan. sudah seharusnya pihak pemerintah sadar betul akan kondisi dan situasi masyarakat kecil yang kurang diperhatikan. Saya begitu miris melihat pemangku kebijakan di media-media lokal maupun nasional yang seharusnya membela, melindungi dan mensejahterakan masyarakat, malah menipu, memanfaatkan dan menyengsarakan rakyat. 

Menurut laporan Indonesian Corruption Watch (ICW) menunjukkan kerugian negara akibat korupsi mencapai Rp. 26,83 triliun pada semester 1 tahun 2021. Sedangkan jumlah kasus korupsi yang berhasil ditemukan aparat penegak hukum pada periode tersebut sebanyak 209 kasus dengan jumlah 482 tersangka yang diproses hukum. Artinya bahwa bagaimana masyarakat Indonesia akan sejahtera, adil dan makmur, damai dan tentram. sedangkan sebagian oknum penguasa masih banyak yang memanfaatkan kekuasaannya hanya untuk kepentingan dan kepuasaan perutnya saja.

 semoga dengan membaca pernyataan tersebut di halaman 48 ini mampu meningkatkan rasa kepeduliaan saya khususnya, umumnya untuk kita semua terhadap masyarakat-masyarakat kecil yang tertindas. Saya berharap kedepannya Pihak pemerintah dan masyarakat saling bahu-membahu  mewujudkan Indonesia yang lebih bermutu dan sejahtera.

ketiga,
saya begitu tertarik ketika diskusi Hasan dan teman-temannya mengenai bagaimana rasanya jika kalian diperlakukan seperti hewan, teman-temannya mulai kebingungan dan  Temannya sangat kesal dengan pertanyaan tersebut. 

lalu temanya itu berpendapat bahwa jelas tidak ada seorang pun yang mau dan suka diperlakukan seperti hewan. " Pertanyaan macam apa itu san, ?" Tanya leo (Halaman 342).

 "Itu pertanyaan konyol, tentu nggak ada orang yang suka diperlakukan seperti binatang." Sambar temannya (Halaman 342). 

Lalu Hasan menjawab dengan mengutip pernyataan tokoh Karl Marx soal manusia, bahwa manusia itu adalah makhluk bertanya, bahkan mempertanyakan dirinya sendiri dan seluruhnya. Misalnya, Siapakah saya ? untuk apa saya diciptakan ? apa tujuan hidup saya? apa yang harus saya lakukan ? hal apa yang harus saya tinggalkan ?. Hasan mempertegas pernyataan itu bahwa hal tersebutlah yang menjadikan kenapa manusia lebih tinggi dari pada binatang.

 Manusia itu nalurinya tetaplah manusia, tak bisa diubah atau berubah jadi naluri binatang, sekalipun berkelakuannya seperti binatang dan saat manusia melakukan sesuatu yang enggak sesuai dengan kodratnya, batinnya bakal goyah dan berusaha menjadi kebenaran.Ujar Hasan (Halaman 344). 

Saya sepakat hal apa yang menjadi pemikiran Hasan mengenai manusia lebih tinggi dari pada binatang dalam segi derajat, karena yang membedakan manusia dan binatang itu adalah akal. Akal tersebutlah yang menyebabkan zaman semakin berkembang, sedangkan binatang tidak memiliki akal dan hanya mengandalkan insting, kepekaan dan komunikasi sesama jenisnya saja. 

Senada pula dengan apa yang disampaikan oleh Descartes "Kita ada, karena kita berfikir". saya begitu heran kepada sebagian orang yang merasa terbebani ketika dirinya terus berifkir "males ah, males mikir" atau "aku tipikal orang yang gak mau ambil pusing" padahal menurut saya, berfikir itu merupakan sebuah otak yang sedang bekerja mencerna suatu informasi yang masuk yang menjadikan otak kita lebih encer karena sering bekerja. Layaknya sebuah pedang apabila terus ditempa maka akan berubah menjadi tajam. 

Dari pernyataan tersebut dapat di ambil pelajaran bahwa sudah selayaknya kita sebagai manusia untuk terus berfikir, menanyakan segala hal, begitulah naluri manusia yang selalu penasaran terhadap sesuatu. Supaya kita mendapatkan informasi-informasi baru, pemahaman dan wawasan baru yang berguna dimasa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun