Mohon tunggu...
Ramaditya DH
Ramaditya DH Mohon Tunggu... -

Pemuda yang sedang belajar membaca dan menulis | Saya tidak kekinian, hanya aktif di Twitter | Silahkan main ke @ramaditya_20 jika ingin mengenal lebih dekat :)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Regulasi Liga yang Penuh Tanda Tanya

13 April 2017   08:46 Diperbarui: 13 April 2017   16:30 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum saya ngelanturjauh, alangkah baiknya jika kita mengucapkan terimakasih terlebih dahulu kepada PSSI yang berhasil menghadirkan beribu tanda tanya atas regulasi yang baru saja dicetuskan.

Dari situ, lantas otak kita terangsang untuk berpikir. Berpikir untuk selalu memikirkan atas langkah eksentrik yang diambil PSSI demi memuluskan penyelenggaraan Liga. Tepatnya, berterimakasih karena telah membuat otak kita masih terus berfungsi.

Jika dilihat dari beberapa langkahnya, terlihat sekali bahwa PSSI dibawah komando Letjen TNI Eddy Rahmayadi nampaknya sedang dalam upaya merevitalisasi citra dan reputasi pasca terpuruknya nama federasi yang menaungi sepakbola Indonesia tersebut lantaran beberapa oknum yang kerap mewarnai pemberitaan dengan bad stories-nya.

Disisi lain, kali ini PSSI juga mencoba memainkan proyek jangka panjang. Ya, proyek membangun pesepakbolaan Indonesia yang lebih baik. Menjadikan Indonesia kembali berstatus “Macan Asia”, hingga menjadi kontestan Piala Dunia suatu saat kelak. Tujuan yang sangat mulia, memang. Tapi tentunya butuh pengorbanan yang keras. Tidak bisa instan.

Lucunya, sampai-sampai getol mendatangkan bibit muda Indonesia yang sedang berkiprah dan moncer di luar negeri. Sebut saja salah satu contohnya yakni Ezra Willam. Pemain Ajax Amsterdam berdarah Manado yang akhirnya menjadi salah satu juru gedor striker di Timnas U-22 pasca melewati proses naturalisasi yang (sangat) rumit.

Kembali pada regulasi yang saya anggap kontroversial. Disini saya mencoba menyoroti beberapa saja. Pembatasan usia, misalnya. Tentunya, bagi saya, ini adalah penistaan pada pemain senior. Ketika menilik jauh lebih dalam mengenai maksudnya, tentu begitu syahdu. Yakni mengasah potensi anak muda dengan menambah jam terbang guna melancarkan regenerasi dalam sepakbola Indonesia.

Lantas, bukankah itu akan lebih baik jika dioptimalkan pada kompetisi U-19 atau U-21, misalnya. Sebab, pemain sepakbola akan mengarungi golden age ketika usia 26-31 tahun. Jika menggunakan system yang seperti ini, lalu akan dikemanakan para pemain yang sedang menikmati usia emasnya ?

Konyolnya lagi pada perturan untuk mereka yang berusia 35 tahun keatas. Jika kalian adalah pemain sepakbola professional yang sudah menginjak usia 35 tahun dan masih merasa layak untuk merumput, apakah kalian rela untuk (dipaksa) berhenti dari profesi dan hobi yang sudah kalian gandrungi sejak kecil ? Tentu, saya kira, dengan lantang, jawabannya adalah tidak.

Dan andai saja anggota PSSI bertukar profesi dengan pemain sepakbola dengan keadaan seperti yang saya gambarkan diatas, lalu merasakan hal serupa, apakah mereka terima dengan keputusan federasi yang saya rasa adalah diskriminatif ? Lagi-lagi, saya kira, dengan lantang, jawabannya adalah tidak.

Seperti yang diumumkan PSSI melalui promotor liga, PT LIB, bahwa aturan untuk liga 1 adalah mendaftarkan maksimal 2 pemain diatas 35 tahun. Dan untuk liga 2, awalnya tidak diperkenankan memakai jasa pemain yang berusia 35 tahun keatas. Namun, setelah mendapatkan pressuretinggi dari segala sisi, akhirnya kelabilan pun terjadi. Dengan seenaknya regulasi dirubah. Hingga untuk liga 2 diperbolehkan menggunakan 2 pemain diatas 35 tahun. Inikah liga yang katanya professional ? Entahlah.

Bisa kita bayangkan bagaimana kekhawatiran yang saat ini melanda para pemain berusia 33 tahun atau 34 tahun seandainya regulasi ini masih diberlakukan untuk musim depan. Lebih baik mereka bersiaga menjadi korban selanjutnya, lalu segera menyiapkan farewell party dengan klubnya, dan mencari mata pencaharian lain demi menyambung hidup, agar dapur tetap mengebul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun