Mohon tunggu...
Ramadhan Angga Notonegoro
Ramadhan Angga Notonegoro Mohon Tunggu... Human Resources - Sejatine urip iku gawe urup

Pelajar di Sekolah Kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Board Game" Indonesia Mendunia, Bagaimana Sikap Kita, Milenial?

12 November 2018   06:26 Diperbarui: 14 November 2018   19:57 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: thewirecutter.com

Beberapa halang rintang saya tambahkan pada game papan tersebut. Salah satunya penjara, siapa yang masuk penjara harus menunggu sampai dadu mengeluarkan angka enam. 

Ada ular yang panjangnya dari angka 99 menuju angka 2, untuk rintangan yang satu ini memang misuh-able sekali. Berikutnya ada orang tua yang mengajak ke rumah, terinspirasi dari orang tua yang memarahi anaknya ketika jam 6 sore harus pulang maka ketika salah seorang player dapat angka enam 3 kali berturut-turut dari putaran dadunya maka otomatis dia harus masuk ke dalam sebuah rumah yang sudah saya gambar dengan sosok ibu di dalamnya. Untuk keluar harus mengeluarkan angka yang menghasilkan kombinasi 7 yang berarti jam masuk sekolah.

Belum lagi karangtaruna di desa saya yang dulu menjadi karangtaruna yang sangat saya kagumi kreativitasnya sampai semua anggotanya pergi merantau demi menjadi buruh pabrik dan PNS tanpa memikirkan regenerasi pemuda karangtaruna desa.

Saya tidak sedang show off betapa kreatifnya saya atau karangtaruna desa saya di Banyumas sana, saya hanya ingin menyampaikan bahwa negara kita sangat kaya akan anak-anak yang memiliki imajinasi dan kreativitas tinggi. 

Namun, entah nenek moyang siapa yang memulai duluan bahwa hidup harus kaya, untuk kaya harus jadi PNS atau kerja kantoran, kantor apapun pokoknya kantoran, motor harus bagus, rumah harus tinggi, istri harus bening dan segala derajat material lainnya. Dan sekarang, semua itu hanya menjadi nostalgia belaka generasi milenial.

Saya ada ide, bagaimana jika semua substansi nostalgia kita di masa lalu kita kemas dalam teknologi kekinian yang memajukan industri kreatif kita. Kita komersialisasi untuk menyumbang pendapatan negara dan memberikan kesejahteraan pada masyarakat kita. 

Tidak mustahil, tentu jika kita mau duduk bersama membicarakan ini semua alih-alih berdebat itu bendera tauhid atau bendera HTI, yang genderuwo sebenarnya paslon satu atau paslon dua dan tetek bengek lainnya.

Generasi milenial yang banyak disindir di meme kalau kita sudah saatnya berkeluarga itu saya yakin memiliki kekuatan yang besar tidak hanya dalam suara di pilpres dan pileg nanti, tapi punya kreativitas yang maha dahsyat untuk menanam fondasi industri kreatif kita semakin maju dan diakui dunia dengan memanfaatkan semua momen nostalgia kita di masa lalu atau budaya di daerah kita masing-masing.

Jika orang-orang barat bisa mendunia dengan teknologi yang mereka buat, bagaimana jika kita tunggangi teknologi mereka dengan budaya bangsa kita yang luhur? Jangan demo saja yang kita tunggani. Eh, bagaimana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun