Mohon tunggu...
Ramadhan Angga Notonegoro
Ramadhan Angga Notonegoro Mohon Tunggu... Human Resources - Sejatine urip iku gawe urup

Pelajar di Sekolah Kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bersabar dalam Berdakwah - Mengambil Hikmah dari Aktivitas Bercocok Tanam

8 November 2018   15:46 Diperbarui: 8 November 2018   16:14 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image: benihpertiwi.co.id
image: benihpertiwi.co.id

Dalam pertanian, menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir akan membuat pertanian berjalan lebih efisien dan hasil panen lebih melimpah. Jika dulu panen padi hanya dua kali dalam setahun, dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini padi bisa dipanen tiga hingga lima kali dalam setahun.

Begitu juga dalam dakwah, jika dahulu untuk mengumumkan pengadaan majelis harus lewat surat edaran atau mendatangi satu per satu rumah mad'u, saat ini dengan aplikasi-aplikasi chating yang ada di komputer maupun ponsel bisa membuat undangan sebuah majelis semakin mudah.

Dahulu untuk mengerti bagaimana pikiran dan perasaan objek dakwah kita harus benar-benar mengenal cukup lama dan banyak belajar dari kegagalan-kegagalan, saat ini dengan teori psikologi kita bisa mengerti bagaimana kondisi pikiran dan perasaan anak didik kita yang akan memudahkan kita untuk memberikan nilai-nilai yang baik pada mereka yang disesuaikan dengan karakter mereka dan meminimalisir kegagalan dalam dakwah.

Bersabar dalam Berdakwah

blackandwhitestreet.com
blackandwhitestreet.com

Dalam bercocok tanam, tidak mungkin benih yang kita tanam akan langsung tumbuh, membesar, berdaun dan berbuah begitu saja. Perlu proses yang lama, kadang dalam menjalani proses ini kita senantiasa mengalami kebosanan, kita dihadapkan pada tantangan hama dari luar, cuaca yang tidak menentu. Untuk menghadapi itu semua seorang petani harus memiliki kesabaran dan kegigihan sehingga bisa memetik hasilnya esok hari. Bayangkan jika seorang petani tidak sabar, dia akan begitu saja meninggalkan ladangnya dan sia-sialah semua usahanya sejauh ini.

Begitu juga dalam dakwah, ada beberapa hal yang bisa kita prediksi dan antisipasi namun ada beberapa hal yang cukup sulit kita perkirakan. Kadang bukan anak didik kita yang mendatangi lingkungan yang buruk, namun lingkungan yang buruk itu yang mendatangi dan menggoda anak-anak didik kita dan membuat anak didik kita susah untuk menerima dakwah kita atau bahkan kita ditinggalkan tanpa permisi.

Seperti petani, mungkin satu saat kita ingin tanaman cepat tumbuh sehingga menyirami air dan memberi pupuk berlebih yang membuat tanaman layu. Dalam dakwah kita juga bisa melakukan kesalahan serupa, misalnya karena keinginan untuk perubahan yang instan pada anak didik kita sehingga kita memaksakan kehendak kita pada mereka, berkata dengan kasar atau klaim yang menjatuhkan harga diri mereka, maka tak pelak hal itu juga akan membuat mereka lari dari dakwah kita.

Maka bersabar dan gigih adalah solusinya. Nikmati prosesnya, amati setiap perubahan mereka, berikan mereka bekal-bekal untuk mengatasi hama lingkungan dan cuaca yang akan terus menyerang mereka tanpa henti maka kita siap untuk memanen hasilnya satu saat nanti.

Masa Panen

image: world-street.photography
image: world-street.photography

Seperti menanam sebuah pohon, kadang bukan kita yang memanen hasilnya namun anak cucu kita. Katakanlah kita mendakwahi seorang pelajar SMA saat ini, maka saat kita tua nanti baru kita rasakan hasil karya mereka. Yakni saat mereka berperan membangun sektor-sektor masyarakat dengan kariernya dengan semua bekal yang sudah kita berikan. Maka saat itu, pohon yang kita tanam telah tumbuh, mereka sudah memenuhi ladang yang dulu kosong bahkan gersang. Saat dewasa nanti ladang-ladang itu telah memberikan manfaat yang amat besar bagi masyarakat dan kita bisa menghadapi Tuhan kita dengan hati yang lapang dan penuh kebanggaan. Inshaa Allah.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun