Mengapa penulis sampai berani mempertaruhkan akun? Penulis adalah menantu orang Minangkabau/Sumbar. Kami hampir tiap tahun pulang kampung dan sangat paham adat istiadat orang Sumatra Barat.
Selain pulang kampung, penulis juga sering berekreasi dan berkunjung ke tempat sanak famili di kota/kab lain di Sumbar. Karena itulah ada satu hal lagi yang penulis pahami bahwa keislaman masyarakat Sumbar adalah paham yang dekat dengan ke'muhammadiah'an.
Menyoal ketaatan pada Ulama, Ada Ijtima' Ulama yang digagas tokoh GNPF Ulama-PA 212 dan Amien Rais ex Ketum Muhammadiah beserta tokoh Muhammadiah. Ada versi Ittifaq Ulama yang digagas Ulama barisan Ma'ruf Amin/jajaran yang duduk sebagai pengurus PBNU.
Anda pasti tahu Sumbar yang basis Muhammadiah pasti patuh pada Ijtima' Ulama atau Ittifaq Ulama? Jawabnya Ijtima Ulama, benar bukan?
Penulis menyaksikan saat lebaran yang bila, Muhammadiah beda 1 hari (lebih dulu) dibandingkan penetapan Pemerintah melalui sidang isbat Kementerian Agama RI. Mayoritas masyarakat Sumbar takbiran lebih dulu 1 hari alias ikut Muhammadiah.
Ada juga alasan lain, yang membuat Sumbar beda dengan Aceh dan Madura juga daerah lain dalam 'menghukum' Jokowi. Dengan kampanye andalan "sudah 4,5 tahun membangun insfratuktur juga menyalurkan ratusan triliun dana ADD, apa yang membuat Sumbar 'emoh' milih Jokowi?.Â
Jawabnya ialah bila anda  tahu orang minang adalah pedagang dan pengusaha, maka aktifitas pulang basamo para perantau dari seluruh indonesia akan mencerminkan keadaan ekonomi dan turun naiknya sektor UMKM yang banyak digeluti orang minang di perantauan.
Dilihat dari segi jumlah perantauan yang pulang kampung turun drastis, ini menjelaskan kepada masyarakat di kampung (daerah asal) tentang keadaan sanak famili mereka dalam kemudahan mencari reski di perantauan. Mereka jadi paham apakah ekonomi 4,5 tahun ini sebaik jaman SBY yang 2 periode juga semaju yang dicitrakan di televisi? Mestinya anda tahu jawabannya.
Jangan lagi sebut minangkabau daerah garis keras. Apakah salah bila mereka taat pada agama? Bukankah itu sesuai dengan Pancasila sila pertama? Walaupun agamis, masyarakat Sumbar bukan penganut paham garis keras ('narasi halus' untuk framing 'radikal').
Coba saja anda berpenampilan ciri khas umat agama lain, lalu anda makan di RM Padang. Penulis pastikan anda baik2 saja, kenyang, dan dilayani dengan ramah. Ratusan ribu sudah turis asing selama puluhan tahun telah pulang ke negara asalnya dalam keaadaan selamat dan bahagia pasca liburan ke negeri minangkabau.
Sampai disini paham kan?
Jangan extreme dengan perbedaan karena beda itu takdir.
#Minangkabau wonderful of indonesia. From R. Hady Syahputra Tambunan special for minangkabau land