Jaman sudah bergerak jauh. Baru2 ini penulis dikirimi link video pesta kelulusan SMUN 2 Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Japri melalui medsos, dan video siap didonload.
Agar berimbang dan tidak hoax, penulis cek di Youtube dan link berita lain. Ternyata betul, untuk di kanal Youtube penulis temui pencaria kata kunci Pesta Dugem SMUN 2 Tana Toraja ada beberapa video yang mulai viral.
Bahkan, ternyata tradisi pesta dugem di sekolah tersebut sudah ada tahun sebelumnya dengan bukti pesta dugem sejenis sudah terupload dari tahun 2018. Artinya memang sudah berulang kali dilaksanakan.
Dan dahsyatnya pula, guru beserta kepala sekolah nyaman2 saja pada kondisi tersebut atau bisa dibilang ikut heboh dan bergembira ria. Mungkin sebagai rasa yang luar biasa bahagia atas kelulusan siswa siswi didiknya.
Hm.. gimana ya meresponnya? Pengen sih nulis tentang kritikan terhadap kondisi moral kaum milenial generasi penerus bangsa. Namun apakah ada faedahnya? Kemana umpatan dan kritikan mesti penulis sampaikan?
Ada yang lebih penting dari sekedar kritik. Apa itu? Penulis uraikan ya..
Apa yang aneh pada laku pelajar2 tersebut? Ada ratusan komentar dan kritikan bahwa pesta dugem dengan campur baur siswa siswi joged erotis ala dugem lalu music nya ala discotic pula.
Ingat, kita sebenarnya sudah tidak memperdulikan bahwa di tayangan media televisi pergaulan remaja hampir pasti yang ditonjolkan adalah remaja versi gaul. Remaja SMP SMU yang gaul digambarkan memakai baju seragam ketat (press body) rok dengan ketat dan pendek. Belum lagi asmara percintaan remaja ditayangkan dengan vulgar.
Music dugem pun tak aneh untuk sekarang. Tayangan FTV remaja lekat dengan dunia hiburan malam. Gaya hidup remaja kekinian itu identik dengan DJ, Clubing, club motor dan mobil. Semua itu dalam 1 nafas, ya kan?
Pesta pernikahan atau pesta 17'Agustus'an pun tak luput dari joged dugem warga pria wanita dalam balutan music remix, ya music dugem pula itu kan?
Jadi bagaimana baiknya bro, bingung kan?