Mohon tunggu...
Ramadhan Nugroho
Ramadhan Nugroho Mohon Tunggu... Guru - Sangat menyukai sejarah, karena dari sejarah kita bisa belajar dan membangun masa depan.

I Like History, Football, Liverpool, Roma, Batistuta. Twitter : @eko13ramadhan Instagram : eko13ramadhan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Runtuhnya Perusahaan Dagang Milik Belanda di Nusantara

7 Maret 2021   05:30 Diperbarui: 7 Maret 2021   06:57 1471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
VOC runtuh pada tahun 1799 setelah mengalami kebangkrutan akibat banyak pegawainya yang korupsi/forgeofempiressite.wordpress.com

Selain melakukan monopoli perdagangan di Maluku, VOC juga mencampuri urusan intern Kerajaan. Pada tahun 1680, VOC berhasil menjadikan Tidore sebagai salah satu Vassal  atau daerah bawahan. Di Tidore ini VOC ikut campur dalam suksesi atau pergantian sultan di Tidore, dimana VOC secara sepihak mengangkat Putra Alam sebagai Sultan. Ini membuat reaksi Sultan Nuku yang seharusnya secara tradisi kerajaan, menjadi Sultan Tidore. Turut campurnya VOC ini menimbulkan perlawanan antara Sultan Nuku melawan VOC.

Perjuangan Sultan Nuku mendapat bantuan dan dukungan dari Sultan Ternate, Pimpinan Raja Ampat, Serta orang-orang Gamrange dari Halmahera. Serangan dengan kekuatan besar dan bertubi-tubi dari Pasukan Sultan Nuku (yang juga mendapat dukungan dari Inggris) akhirnya berhasil mengembalikan kekuasaan Tidore. Keberhasilan ini membuat Sultan Nuku kembali menduduki Takhta kerajaan dan melepaskan Tidore sebagai daerah bawahan (Vassal) VOC.

Perlawanan Sultan Agung Terhadap VOC

Sultan Agung adalah sultan terbesar Kesultanan Mataram Islam. Pada masa Sultan Agung, Mataram Islam berhasil mendominasi sebagian besar wilayah pulau Jawa, kecuali Batavia. Batavia sendiri saat itu posisinya dikuasai oleh VOC. Sultan Agung menganggap keberadaan VOC di Batavia akan mengancam dominasi Mataram. Sultan Agung khawatir tentang keberadaan VOC yang mengakibatkan penderitaan bagi para pedagang pribumi karena VOC melakukan monopoli perdagangan. Selain itu seringkali VOC juga mengganggu kapal dagang Mataram yang akan berlayar menuju Malaka. Permasalahan-permasalahan tersebut yang nantinya membuat Sultan Agung merencanakan mengusir VOC dari Batavia.

Serangkaian perang dengan kesultanan-kesultanan Nusantara ini yang membuat beban kas VOC semakin besar dan membuat VOC kesulitan keuangan.

Proses Peralihan dan Runtuhnya VOC

Pasca penandatangan Perjanjian Paris 1783 yang mengakhiri  Perang antara Inggris dengan Amerika Serikat dan sekutunya, salah satunya Belanda. Belanda melanjutkan penandatangan perjanjian damai dengan Inggris di tahun 1784 dimana Inggris dan Belanda yang memiliki banyak daerah Koloni di Eropa melakukan perdamaian khususnya untuk tidak saling merebut wilayah koloni yang telah dikuasainya. Sebagai dampak dari perjanjian damai tersebut, Perancis memandang Belanda sebagai daerah yang membahayakan. Karena bisa terjadi Inggris akan memanfaatkan wilayah Belanda untuk menyerang Perancis. Apalagi Raja Willem V dari dinasti oranye terkenal sangat dekat dengan Inggris.

Melihat hal itu, tindakan yang diambil Perancis untuk mencegah kemungkinan terburuk Inggris menggunakan daerah Belanda untuk menyerang Perancis adalah dengan menyerang terlebih dahulu Belanda dan memanfaatkan kaum patriot yang tidak suka dengan dinasti Oranye berkuasa di Belanda. Penyerangan Perancis berhasil menekan dan menguasai wilayah Belanda sehingga pada tahun 1794, Willem V berusaha mengajak berunding Perancis namun menemui jalan buntu dan gagal. Kemudian setelah itu Perancis mendirikan pemerintahan Boneka di Belanda yakni Republik Bataaf.

Selain kondisi negara Belanda yang terjadi di Eropa mempengaruhi kondisi VOC, kondisi internal VOC sendiri juga sangat berpengaruh atas runtuhnya VOC. Sejak pada tanggal 27 Maret 1749, parlemen Belanda mengeluarkan Undang-undang yang menetapkan bahwa Raja Willem V adalah penguasa tertinggi VOC. Dengan demikian, VOC berada di bawah wewenang Raja dan raja menjadi komandan tentara VOC. Kemudian anggota pengurus yang dikenal sebagai "Dewan Tujuh Belas" yang semula dipilih oleh parlemen dan provinsi pemegang saham menjadi tanggung jawab raja. Dengan raja menjadi penguasa tertinggi ini membuat kepentingan pemegang saham menjadi terabaikan. Para pengurus VOC tidak lagi berpikir untuk memajukan perdagangan VOC lagi, melainkan sudah berpikiran untuk memperkaya diri sendiri.

Selain itu juga kondisi para pegawai VOC mulai menunjukkan sikap gila hormat yang memperkuat sikap-sikap feodalisme. Posisi jabatan dan symbol-simbol kehormatan dilengkapi dengan hadiah dan pemberian upeti. System upeti ini terjadi dikalangan pejabat VOC dari pejabat bawahan ke pejabat atasnya. Apalagi semua upeti sering berkaitan dengan pergantian jabatan di tubuh VOC. Semua hal ini menimbulkan korupsi di tubuh VOC. Kehidupan para pegawai yang bermewah-mewahan, gila hormat, dan melakukan korupsi membuat kas VOC mengalami kemerosotan yang berakibat beban hutang semakin tinggi, sehingga akhirnya VOC gulung tikar dan Bangkrut pada tanggal 31 Desember 1799. Setelah VOC bangkrut, kekuasaan atas Hindia Belanda diambil alih oleh pemerintah Belanda yang pada tahun 1905 dikuasai oleh pendudukan Perancis dan dibentuklah Republik Bataaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun