Setelah membeli dua botol air mineral dingin dari sebuah kedai kecil, aku segera menghampirinya.
"Terima kasih.", katanya setelah kuberikan satu botol untuknya.
"Apa Mbak masih ingin kembali ke sana?", tanyaku.
Aku tadi spontan saja meraih tangannya, lantas menuntunnya pergi mencari tempat aman begitu mengetahui kondisi sedang tak kondusif di sekitar tempat terjadinya keributan.
Aku sendiri juga merasa heran. Kenapa mendadak aku menjadi sok pahlawan begini. Menarik tangannya kemudian membawanya pergi begitu saja tanpa aku harus bertanya kepadanya terlebih dahulu. Apakah dia setuju dengan keputusanku. Lagipula, di tiap konser manapun, hal-hal seperti ini sering juga terjadi dan sulit dihindari.
Selain itu juga, yang bikin aku tambah heran, setelah ia kuamati, sepertinya aku meremehkan perempuan ini. Bagaimana tidak? Tampaknya ia biasa-biasa saja, bahkan tampak begitu tenang ketika menghadapi situasi apapun di sekelilingnya.
Tapi, apa boleh buat. Kutawari ia untuk kembali ke tempat semula kami berdiri menonton konser.
Sesaat ia menatap kerumunan di sana. Menggigit bibirnya, "Kalau nanti ada ribut lagi, Masnya pasti bakal ngajak saya balik lagi ke sini.", katanya dengan tersenyum.
Padahal, jika ia tak menolak tawaranku, tentu pasti aku tak akan keberatan untuk mengantarnya kembali ke sana. Tapi, setelah kudengar ia menolak tawaranku, itu membuatku jadi merasa bersalah.
Tak seberapa jauh dari panggung konser, akhirnya kami berdua memutuskan duduk-duduk di sebuah kedai minuman sembari menikmati penampilan dari band terakhir yang tampil.