Daku pun menceritakan kenapa daku mulai menulis terlebih dahulu, yakni berawal karena daku suka membaca, maka daku harus mengalirkan hasil bacaan itu dalam sebuah tulisan. Selain itu, daku menjelaskan bila daku sedang tidak berkerja, otak daku selalu berfikir maka butuh untuk disalurkan dalam sebuah tulisan.
Pada tahun 2009 daku sering traveling tapi memiliki keinginan mendokumentasikan agar bisa dikenang di hari tua, salah-satu jalannya dituangkan dalam tulisan. Pendokumentasian ini daku sebut sebagai salah-satu keuntungan dari menulis.
Menulis merupakan bagian dari amalan menyebarkan ilmu yang bermanfaat. Daku pun jujur bahwa daku bukan merupakan ahli ibadah, hanya baru bisa menjalankan sholat rutin belum menjalankan sholat Tahajud dan Dhuha.Â
Selanjutnya, daku ingin seperti teman-teman Perawat yang hadir yang bermuka surga. Sebagai seorang yang berpenampilan anti mainstream di RSKO Jakarta ini juga ingin masuk surga, untuk itu daku menggunakan tulisan yang bermanfaat agar dapat kesempatan masuk surga.
Yang terakhir hal yang mungkin memberi semangat menulis, daku sampaikan contoh keuntungan lainnya bahwa Alhamdulillah sampai saat ini sejak 2015 mendapatkan rezeki dari lomba blog 43 kali, 17 instagram competition, 8 live tweet competition dan 1 kali Vlog Competition. Selain itu puluhan kali mendapatkan sambilan job review dari agensi, komunitas dan executif writer Kompasiana.
Daku menyemangati bahwa rezeki dari menulis di blog juga bisa didapatkan oleh teman-teman Perawat RSKO Jakarta asalkan mau serius dan rutin menulis. Ada beberapa jenis tulisan saat ngeblog yang dapat dipakai Straight News, Feature, dan Opini.
_______________________
Pada saat talkshow dengan tema "Menulis di Era Digital" ini, daku menyampaikan sesuai pesan Ketua Komite Keperawatan, Arief Hidayat, bagaimana menanamkan semangat menulis terlebih dahulu. Belum menyampaikan teknis menulis karena bagi orang yang baru disemangati perlunya pemicu semangat menulis.
Menurut daku seseorang yang pintar tetapi tidak menulis akan tertelan zaman. Kartini merupakan sosok penulis, dari surat-surat yang dikirimkan kepada temannya di Belanda setelah dirinya meninggal dunia dijadikan buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku tersebut bila masih ada yang membaca menurut daku pahala nya akan mengalir ke Ibu Kita Kartini.