Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 101 x Prestasi Digital Competition (68 writing competition, 23 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Minke 'Monyet', Blogger "Zaman Old" yang Berani Melawan Ketidakadilan

23 Agustus 2019   23:16 Diperbarui: 23 Agustus 2019   23:32 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Minke bersama Annelis I Sumber Foto : Falcon Pictures

"Kita semua harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang. Karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka 'kemajuan' sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus umat manusia." ---Pram---

Film Bumi Manusia yang diadaptasi dari buku karya Pramoedya Ananta Toer mengingatkan kita pada masa Penjajahan bahwa ketidakadilan, ketidaksetaraan itu nyata. Apakah film ini akan menyentil dan mengingatkan kita kembali pada masa-masa dimana Pribumi di cap sebagai warga kelas 3 !!! .... mungkin karena ketidakadilan dan ketidaksetaraan juga masih tetap ada di jaman ini, banyak contohnya.

Makin modern peradaban sebuah bangsa maka kesetaraan dari berbagai segi kehidupan makin nyata. Lihat bagaimana wanita di era modern ini mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam berbagai profesi. Seorang wanita saat ini sudah bisa menjadi seorang pimpinan, beda 360 derajat dibandingkan dimasa Minke 'Monyet' blogger zaman old hidup (Hindia Belanda).

Bahkan saat ini seorang lulusan SMP bisa menjadi seorang menteri, sebut saja Ibu Menteri Susi Pudjiastuti. Seseorang yang tidak memiliki titel kesarjanaan dapat menjadi founder social media ternama (facebook).  Masih banyak contoh lainnya tetapi hal tersebut tidak bisa digeneralisir.

Tapi patut pula sadari bahwa dalam beberapa industri tertentu, apabila seseorang yang tidak memiliki profesi tertentu tidak akan berkesempatan memiliki karir sampai top level. Padahal banyak profesi lainnya yang berkerja di industri tersebut. Salah-satu halnya karena dibuat aturan  yang timpang dan amat jelas mengandung unsur ketidaksetaraan. Film Bumi Manusia memunculkan ini dalam isu seorang Pribumi tidak memiliki hak yang sama dengan bangsa Eropa. 

Tidak hanya itu saja, Film ini kita juga disadarkan bahwa seorang pemimpin tidak perlu disembah atau dijilat-jilat. Kita patut mengingat bagaimana dahulu seorang raja disembah dengan posisi duduk dengan kepala menunduk, setelah era kemerdekaan bertemu Presiden berdiri dengan jabat tangan dan saat foto bersikap tegak, namun saat ini seorang Presiden bisa diajak foto selfie. Ternyata jaman telah berubah guy's.

Minke sang blogger jaman old mengingatkan daku bahwa untuk menghasilkan perubahan memang harus diperjuangkan. Bila Minke hidup di zaman sekarang bisa jadi dirinya merupakan seorang blogger. Ia membuat sebuah catatan harian, menuliskan apa yang dia lihat dan rasa bagaikan seorang blogger zaman now.

Tulisan-tulisan Minke menjadi sarana memperjuangkan perubahan dan propaganda melawan ketidakadilan yang juga telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa era kebangkitan nasional. Pramoedya Ananta Toer membentuk sosok Minke sepertinya terinspirasi dari seorang tokoh pers dan tokoh Kebangkitan Nasional Indonesia,  RM Tirto Adi Suryo (TAS), yang merupakan salah-satu pendiri Serikat Dagang Islam. 

-----

FIlm yang berdurasi 3 jam hampir selama film Avangers Endgame ini, bisa daku bilang film yang sangat bagus dari sisi alur cerita dan pesan-pesan yang disisispkan. Walaupun ada beberapa scene yang daku rasa kurang cocok di hati.

Daku belum pernah membaca Buku "Bumi Manusia" namun ini yang membuat ku dapat menikmati film ini tanpa harus menyamakan dengan buku nya. Itu pun sama yang daku lakukan saat menonton Film Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Dilan, Kambing Jantan, dan beberapa film lainnya. Walaupun berujung membeli buku/novel dari film yang daku tonton. 

Bagi daku Film Bumi Manusia bisa terasa berat bagi sebagian generasi, apalagi generasi millenial dan post millenial. Mereka harus mampu mencerna isu-isu zaman old di era Hindia Belanda yang relevan dengan situasi saat ini. Hanung Bramantyo terlihat menggunakan trik dalam membuat film ini agar dapat dinikmati oleh generasi era saat ini.

Isu pribumi yang dipersamakan dengan hewan (monyet), sehingga tak boleh masuk ke rumah makan khusus bangsa Eropa. Adapula bagaimana sebuah bangsa yang jadi babu di tanah sendiri, Eropa dijadikan kiblat kemajuan namun hukumnya timpang, pria pribumi tidak etis menikahi perempuan eropa / keturunan eropa (indo), para perempuan pribumi diperistri bangsa eropa tanpa payung hukum yang jelas (gundik), hingga pandangan negatif kepada para gundik.

Banyaknya isu yang nggak banget di era ini, dikemas dengan lebih kekinian namun untuk budaya timur  dan muslim terbilang kebablasan. Bagaimana seorang perempuan dicium oleh seorang pria didepan ibu nya, sex bebas, tidur sekamar satu rumah belum berstatus menikah, hal ini bisa daku bilang bukan pelajaran yang baik bila ini menyasar para penonton ABG.

Pembuat film ini berusaha menaruh ruh film Dilan dalam rayuan Minke (Iqbaal). Bisa dibilang Dilan di era Hindia Belanda, muncul dalam sosok Minke. Film Bumi Manusia patut diapresiasi, meski dengan sejumlah catatan. Salman Aristo sebagai penulis naskah pun cukup lengkap menghadirkan alur cerita serta karakter-karakter. 

Cerita Romansa dalam film drama diperkuat saat momen pertemuan Annelies (Mawar Eva de Jongh) dan Minke (Iqbaal Ramadhan). Yang membuat film ini bisa meraih Piala Citra bagaimana kharakter Nyai Ontosoroh yang diperankan secara baik oleh Ine Febriyanti. Ia merupakanGundik / Nyai di era Hindia Belanda melawan diskriminasi terhadap pribumi, hingga perlawanan nya di pengadilan kulit putih. 

--------------------

Bagi pecinta film Indonesia sebaiknya menonton film ini. Buat daku layak diberi rating 8,5. Walaupun daku sangat tidak srek dengan beberapa adegan.

Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto

Instagram I Twitter I web I Email : mastiyan@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun