Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 101 x Prestasi Digital Competition (68 writing competition, 23 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Alutsista Karya Anak Bangsa, Kemandirian di Bidang Militer

16 Juni 2019   17:03 Diperbarui: 18 Juni 2019   17:51 2697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Tank Harimau Produksi Pindad I Sumber Foto: Pindad

Indonesia patut berbangga saat ini banyak produksi karya anak bangsa berupa Alutsista sudah banyak yang digunakan oleh negara lain. Bahkan senapan serbu menjadi pesaing kuat senapan serbu negara adidaya dalam lomba menembak.

Namun bila kita mengingat sejarah netizen pecinta dunia militer pasti pernah mendengar bagaimana di era akhir 60-an dan 90-an militer Indonesia mengalami periode yang kurang baik dalam pengadaan dan perawatan alutsista.

Ini terjadi ketika Indonesia sangat bergantung dengan Rusia (era 60-an) dan USA (era 70 s/d 2000-an) dalam pengadaan alutsista baik matra darat, laut dan udara. Mungkin itu kenapa mulai diproduksi alutsista karya anak bangsa sejak periode 90-an.

Pada era 60-an Indonesia menjadi Macan Asia di belahan bumi selatan, bahkan ditakuti dunia. Kehadiran militer Indonesia mampu membuat gentar negara-negara dunia bahkan Amerika, Inggris, Belanda dan Australia. Tepatnya 1960-an, Era Presiden Sukarno, kekuatan militer Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan terkuat di Asia. 

Kekuatan utama Indonesia era 60-an salah-satu nya kapal perang buatan Soviet dari kelas Sverdlov, dengan 12 meriam raksasa kaliber 6 inchi. Itu adalah KRI Irian, dengan bobot raksasa 16.640 ton dengan awak sebesar 1270 orang termasuk 60 perwira. Saat itu baru Indonesia yang bisa membeli kapal perang jenis ini dari Rusia.

Deskripsi : pengebom jarak jauh Tu-16 yg dimiliki Indonesia era 60-an I Sumber Foto : Ditkasau/Angkasa
Deskripsi : pengebom jarak jauh Tu-16 yg dimiliki Indonesia era 60-an I Sumber Foto : Ditkasau/Angkasa

Angkatan udara Indonesia juga menjadi salah-satu armada udara paling kuat di Asia. Terdapat lebih dari 100 pesawat tercanggih era 60-an. 100 pesawat tempur itu terdiri dari ; 20 pesawat pemburu supersonic MiG-21 Fishbed, 30 pesawat MiG-15, 49 pesawat tempur high-subsonic MiG-17, 10 pesawat supersonic MiG-19 dan 26 pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev (Badger A dan B).

Bahkan yang membuat geger, sebagai negara yang baru bebas dari penjajahan akhir 50-an, Indonesia memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan kapal tempur kelas Corvette, 9 helikopter terbesar di dunia MI-6, 41 helikopter MI-4, berbagai pesawat pengangkut termasuk pesawat pengangkut berat Antonov An-12B. Total, Indonesia mempunyai 104 unit kapal tempur. 

Belum lagi puluhan ranpur dan tank serta ribuan senapan serbu terbaik saat itu dan masih menjadi legendaris sampai saat ini, AK-47. Kelengkapan persenjataan ini begitu besar di era-nya. Memang saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Belanda menyangkut pembebasan Irian Barat dan juga Malaysia.

Namun kejayaan Militer di era 60-an mengalami kemunduran ketika terjadi peristiwa G-30 s/PKI. Peristiwa tersebut secara langsung berdampak kepada alutsista akibat masalah pengadaan suku cadang dari Rusia. Bahkan beberapa alutsista akhirnya menjadi besi tua dan banyak pula yang dikabarkan dijual ke negara lain.

Peristiwa itu terjadi kembali di era 90-an ketika Indonesia sulit dalam pengadaan suku cadang alutsista dari USA karena di embargo, sehingga membuat kekuatan militer kita melemah menjelang krisis moneter 1998. 

Baca juga : Mesin Perang Baru TNI AU yang Terlambat Datang

Untuk itu sepertinya Indonesia mulai merintis produksi alutsista karya anak bangsa. Salah-satunya dalam proses pengadaan alutsista militer dengan persyaratan ToT (Transfer of Technologi) dan sebagian pembuatan nya di Indonesia. Ada beberapa Alutsista Karya Anak Bangsa wujud kemandirian di bidang militer yang patut dibanggakan:

Kendaraan Lapis Baja Buatan Pindad

Pindad saat ini tidak hanya memproduksi peluru dan senjata api saja tetapi sudah memproduksi kendaraan lapis baja. Kendaraan tempur (ranpur) tersebut diantaranya: Kendaraan Taktis 4x4 komodo dan Panser 6x6 APC Anoa.

Dilansir dari situs Resmi PINDAD, keduanya telah diproduksi lebih dari 300 unit dengan berbagai varian serta ikut dalam misi perdamaian dunia PBB di berbagai Negara seperti Lebanon, Afrika Tengah, dan Sudan.  

Alutsista karya anak bangsa saat ini yang begitu membanggakan ialah Panser Anoa 6x6. Sebanyak 350 panser anoa sudah digunakan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB. Anoa sudah sangat teruji di medan perang mengawal pasukan perdamaian PBB. Saat ini ranpur Anoa sudah memiliki versi amphibi.

Kendaraan ini dipergunakan untuk mengangkut personel atau dikenal dengan nama panser atau pengangkut personel lapis baja atau Armoured personnel carrier (APC). Nama Anoa diambil dari nama hewan Anoa yaitu hewan sejenis kerbau yang merupakan hewan khas Sulawesi. 

Anoa menggunakan badan berdesain monocoque berlapis baja. Sistem suspensi batang torsi baru dikembangkan untuk panser ini. Perlindungan yang diberikan oleh lapisan baja dan rangka Anoa memiliki tingkat STANAG 3 level 3, yang berarti bisa menahan peluru kinetis hingga 7.62x51 mm Armor Piercing standar NATO dari jarak 30 meter dengan kecepatan 930 m/s serta bisa menahan ledakan ranjau hingga massa 8 kg di bagian roda gardan dan di tengah-tengah badan.

Persenjataan Anoa adalah senapan mesin berat kaliber 12,7 mm dan 7,62 mm, senapan Remote Weapon System berkaliber 7,62mm dan pelontar granat berkaliber 40 mm. 

Untuk pertahanan diri Anoa dilengkapi dengan pelontar tabir asap 2x3 66 mm. Pada masa datang, varian-varian lain Anoa akan menggunakan meriam 20 mm dengan tambahan senapan mesin 7,62 mm diatasnya untuk Anoa IFV dan meriam 90 mm CSE Cockerill MKII buatan Belgia untuk Anoa Kanon. 

Sumber penggerak dari Anoa ialah Mesin dan Transmisi Renault, tetapi opsi lokal sedang dikembangkan lebih lanjut. Mesin Renault yang dimaksud ialah mesin disel turbocharged MIDR 062045 yang berkekuatan 320 tenaga kuda. Anoa juga memiliki sistem peniupan ban yang disentralisasi. Untuk versi Amphibi spesifikasinya, seperti ranpur ini memiliki konfigurasi 6X6 dengan panjang 6 meter, lebar 2,5 meter, dan tinggi 2,63 meter. 

Pindad saat ini telah bekerja sama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri dalam upaya untuk mengembangkan teknologi fungsi kendaraan khususnya kendaraan tempur untuk memenuhi kebutuhan pertahanan dan keamanan nasional.

Produk penelitian dan pengembangan terbaru yang dilakukan oleh Pindad menghadirkan produk Medium Tank "HARIMAU" yang bekerjasama dengan FNSS (Turki) serta didukung oleh Kementerian Pertahanan RI. Sistem ini dilengkapi senjata Turret 105 mm serta mampu melewati berbagai medan pertempuran. 

Deskripsi : Ranpur yang diproduksi PT.Pindad I Sumber Foto : Pindad
Deskripsi : Ranpur yang diproduksi PT.Pindad I Sumber Foto : Pindad

Adapun beberapa produksi Pindad bila kits membaca di Situs resmi Pindad dari lini ranpur yaitu ; Anoa 6x6 Mortar, Anoa 6x6 Command, Kommodo 4x4 Missile Launcher, Komodo 4x4 Battering Ram, Police Water Cannon, Harimau Medium Tank, Badak 6x6, Anoa 6x6 Amphibios, Mine Resistence Sanca 4x4, Anoa 6x6 Recovery, Komodo 4x4 APC Police, Anoa 6x6 APC, Komodo 4x4 Recon, Anoa 6x6 Ambulance, dan Anoa 6x6 logistic. 

Kapal Perang Produksi PT.PAL

Indonesia merupakan yang secara alamiah merupakan negara kepualauan dan maritim. Keamanan perbatasan laut dan patroli pencurian ikan kini menjadi salah-satu concern pemerintah. Untuk itu hadirnya alutsista laut amat dibutuhkan, apalagi bila buatan karya anak bangsa.

PT PAL menjadi pioner produk dalam negeri dalam pemasok alutsista air dan laut. Beberapa produksi Pt.PAL pun sudah digunakan oleh TNI AL seperti Kapal jenis Kapal Cepat Rudal (PKR) diantaranya KRI Kujang, KRI Beladau, KRI Alamang, KRI Parang, KRI Clurit. Bahkan Indonesia telah mampu membuat kapal trimaran yaitu KRI Klewang.

Adapun kapal patroli laut yang telah berlayar ialah KRI Layang, KRI Anakonda, KRI Taliwangsa, KRI Hiu, KRI Barakuda, dan masih banyak lainnya. Bahkan sudah ada yang di ekspor ke Filipina adalah kapal jenis Landing Platform Dock (LPD). Beberapa kapal TNI jenis ini yang diproduksi PT PAL adalah KRI Banda Aceh dan KRI Banjaramasin.

Memang saat ini Indonesia belum mampu memproduksi kapal perang jenis distroyer, cruiser maupun kapal induk. Tapi bisa jadi dalam beberapa tahun kedepan Indonesia akan mampu membuatnya.

Deskripsi : Indonesia saat ini sudah mampu memproduksi Kapal Selam walaupun masih berkerjasama dengan Korea I Sumber Foto : detknews
Deskripsi : Indonesia saat ini sudah mampu memproduksi Kapal Selam walaupun masih berkerjasama dengan Korea I Sumber Foto : detknews

Optimis itu bisa terwujud bagaimana kita mampu membuat Kapal Selam walaupun masih berkerjasama dengan Korea. Kapal selam pertama yang bernama KRI Nagapasa-403 yang diresmikan pada 2 Agustus 2017 dan  kapal selam kedua KRI Ardadedali 404 juga telah diresmikan di Galangan Daewoo, Korea, serta Kapal selam KRI Alugoro 405.

Alutsista Udara Produksi PT.Dirgantara Indonesia

Pernah mendengar N.250 Gatot Kaca yang disiarkan secara nasional saat penerbangan perdananya ? yaks begitu membanggakan Indonesia sudah mampu membuat pesawat terbang sendiri.

Beberapa pesawat di Indonesia produk PT Dirgantara Indonesia ialah CN235, CN295 dan NC212. Bahkan ketiga pesawat tersebut menjadi beberapa produk yang kini menjadi andalan TNI AU. Sejumlah negara Afrika bahkan tertarik dengan pesawat CN 235 dan N 219 produksi PT Dirgantara Indonesia ( PT DI).  CN 235 bahkan sudah dipakai oleh beberapa negara.

Dilansir dari kompas.com (DI SINI) Tahun 2019-2020 empat pesawat sudah dipesan oleh Senegal, Nepal. dan Thailand. dengan rincian Senegal memesan pesawat CN 235 seharga 25 juta dollar AS, Nepal memesan pesawat CN 235 dengan konfigurasi pesawat maritime patrol seharga 30 juta dollar AS sedangkan Thailand memesan dua pesawat N 219 seharga 13 juta dollar AS.

Sampai saat ini PT DI mampu memproduksi 431 pesawat, 48 di antaranya sudah diekspor ke Korea, Malaysia, Thailand, Turki, Brunei Darusalam, Filipina, vietnam dan lain-lain.

Ternyata selain pesawat terbang itu juga ada beberapa jenis helikopter produksi PT DI yang bekerjasama dengan produsen helikopter beberapa negara, seperti Super Puma Familly dan BELL 412 EP. 

Kementerian Pertahanan dan PT Dirgantara Indonesia menandatangani kontrak pengadaan pembelian helikopter. Mesin terbang yang dipesan adalah jenis H225M Cougar sebanyak 8 unit dengan nilai US$ 330 juta. Selain itu 9 unit helikopter serbu jenis BELL-412EPI dengan nilai US$ 183 juta. Cougar ini adalah heli angkut berat yang bekerjasama antara PT DI dengan Airbus. 

Deskripsi : Program pengembangan pesawat tempur KFX/IFX generasi 4.5 bersama Korea I Sumber Foto : seberr
Deskripsi : Program pengembangan pesawat tempur KFX/IFX generasi 4.5 bersama Korea I Sumber Foto : seberr

Indonesia selalu mencari cara mendekat ke sumber teknologi dirgantara canggih dengan tujuan mencapai kemandirian industri pertahanan seperti kemampuan membuat pesawat bermesin baling-baling dan helikopter. Saat ini Indonesia dan Korea berkolaborasi sedang melaksanakan proyek pesawat tempur KFX/IFX yang merupakan pesawat tempur generasi 4++ (generasi 4.5) sekelas Typoon, F.16 Viper dan Su-35.

____________________________________

Semoga dalam tahun berjalan, program alih tekhnologi dapat mengantarkan kita menjadi produsen alutsista baik matra darat, laut dan udara bagi negara kita sendiri.

Salam Hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto

Web I Blog I Twitter I Instagram I Email : mastiyan@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun