Mohon tunggu...
Rakhmasari Kurnianingtyas
Rakhmasari Kurnianingtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba melukis cerita lewat aksara

belajar dari mendengarkan dan melihat

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Kita dan Anak Kita Apakah Sama?

3 April 2022   21:11 Diperbarui: 3 April 2022   21:39 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Suasana Ramadan (Foto: pixabay.com/halitakdeniz)

Mengingat kembali suasana Ramadan saat saya masih kecil di kampung masih sering meninggalkan gerimis di hati. Sebuah kenangan yang melibatkan emosi beragam dengan beberapa orang yang sekarang sudah tiada.

Saya tidak ingat kapan tepatnya mulai berpuasa penuh. Mungkin sekitar kelas 2 atau 3 SD. Tapi suasana batin yang melingkupi semangat saya untuk berpuasa masih tergambar jelas.

Saya tidak perlu iming-iming uang sebagai hadiah untuk berpuasa. Faktor ekonomi keluarga mungkin menjadi pertimbangan orang tua saya tidak menjanjikan nominal sebagai pancingan. Tapi saya selalu mendapatkan baju baru untuk Lebaran. Itu sudah cukup menjadi penyemangat.

Atmosfer bulan Ramadan yang sangat berbeda dari bulan lainnya di kampung sudah menjadi magnet yang kuat buat anak-anak seperti saya saat itu. Dua puluh empat jam sehari rasanya kurang untuk menjalankan agenda yang sangat padat.

Setiap bulan puasa anak sekolah diliburkan selama dua minggu. Satu minggu di awal dan satu minggu di akhir bulan puasa menjelang Lebaran. Jadi selama bulan puasa banyak sekali waktu yang dihabiskan di rumah dan di masjid.

Sehabis sahur semua akan bersemangat ke masjid yang di hari biasa sepi. Sholat subuh berjamaah dan dilanjutkan dengan mendengarkan kuliah subuh. Sepertinya rasa kantuk itu cuma sebentar menggoda,  panggilan dari teman sebaya lebih menarik untuk dituruti.

Selepas asar masjid juga sudah ramai dengan anak-anak yang mengaji sampai menjelang buka puasa. Semua akan buka puasa di masjid dengan takjil yang disediakan bergiliran oleh warga. Selesai sholat magrib baru mereka pulang ke rumah masing-masing untuk makan besar dan bersiap sholat tarawih.

Suasana sholat tarawih adalah yang paling dirindukan. Masjid menjadi rumah bermain anak-anak di bulan Ramadan. Polusi suara dari gurauan yang tidak berhenti di saat sholat sudah dimulai, hanya sedikit memancing ketidaknyamanan orang dewasa. Selebihnya adalah rasa bangga karena anak mereka sudah mencicil rasa cinta kepada masjid.

Selesai sholat tarawih semua mendengarkan khotbah. Dan anak-anak akan menunggu dengan sabar. Terkadang tidak menyimak isinya, tetapi menunggu untuk minta tandatangan khatibnya. Rata-rata semua sekolah sama, mewajibkan semua siswanya untuk mengisi buku kegiatan selama Ramadan. Jadi penceramah adalah selebriti di bulan Ramadan yang selalu dikerubuti anak-anak dengan setumpuk buku untuk ditandatangani selesai berkhotbah.

Serangkaian kegiatan di siang hari yang padat membuat lelah dan susah bangun di saat sahur. Bapak adalah orang yang paling sabar membangunkan anak-anaknya. Tidak cukup sekali. Untuk bisa benar-benar melek, kami kadang berpindah tempat dalam keadaan setengah tidur. Dari kamar pindah ke ruang tengah, tidur lagi di kursi. Begitu terus sampai teriakan ibu lah yang paling ampuh membuat semua bergegas.

Semua aktivitas Ramadan itu dijalani dengan penuh suka cita. Semua anak menyambutnya seperti karnaval 17 Agustus. Hanya yang indah-indah yang dibayangkan. Kami tidak perlu diiming-imingi hadiah atau ditakuti-takuti tidak masuk surga kalau tidak berpuasa. Pikiran sederhana kami adalah bisa lebih banyak bermain di luar bertemu teman-teman. Walaupun bermainnya kami di masjid adalah saat mengaji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun