"Nggih Gusti, siap"
"Meskipun kamu, budi, amir, ipan, bukan saudara satu darah, sampeyan-sampeyan ini kan ya tetep saudara dong. Sama-sama manusia. Apa yang buatmu baik buat kamu ya lakukan buat orang lain. Kalau Saya sih selo, gur tempel-tempel tangan trus ucap selamat kok repot" Jawab Gusti lagi
"Who ya siap Gusti" kata saya
"Kamu hidup ya bukan kamu tok. Ada keluargamu, tetanggamu, temenmu, orang lain. Hidup tu cari yang nyaman, tenang dan damai buat kamu sama semuanya. Kalau bisa merasakan surga saat hidup,Â
kenapa repot-repot, nunggu mati?"
Pungkas Gusti.
Itu hanya bayang-bayang saya apabila saya menyambut Tuhan di rumah saya. Meskipun bayang-bayang, saya tahu Tuhan saya itu orangnya sederhana, enak diajak ngobrol, tertawa lepas, selo. Sosok bapak sekaligus sahabat, untuk saya. Â