Mohon tunggu...
rajulfuzari
rajulfuzari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Melestarikan Tradisi Keagamaan Malikussaleh di Tengah Arus Modernisasi Lhokseumawe

8 Desember 2024   23:50 Diperbarui: 9 Desember 2024   11:41 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daftar Manuskrip Peninggalan Kesultanan Malikussaleh (sumber: Foto by Rajul Fuzari di Museum Islam Samudera Pasai) 

Sejarah Singkat Kesultanan Malikussaleh

Kesultanan Malikussaleh adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara, didirikan pada abad ke-13 di wilayah yang sekarang menjadi Aceh Utara. Kerajaan ini bermula dari Kerajaan Samudera Pasai yang dipimpin oleh Sultan Malikussaleh, seorang tokoh besar yang memeluk Islam setelah sebelumnya dikenal sebagai Meurah Silu. Kesultanan ini menjadi pusat penyebaran agama Islam di Asia Tenggara dan memainkan peran penting dalam perdagangan internasional, menghubungkan Nusantara dengan Timur Tengah, India, dan Cina.

Replika Nisan Marmer Siti Rahiman (sumber: Foto by Rajul Fuzari di Museum Islam Samudera Pasai) 
Replika Nisan Marmer Siti Rahiman (sumber: Foto by Rajul Fuzari di Museum Islam Samudera Pasai) 

Studi kasus

Artikel ini akan mengupas bagaimana tradisi keagamaan lokal berfungsi sebagai media penguatan nilai religius, serta tantangan yang dihadapi dalam melestarikannya di tengah gempuran modernisasi dan minimnya kesadaran akan syariat, seperti menjaga aurat.

Analisis Implementasi Pilar Kemalikussalehan Pada Studi Kasus

Melestarikan Tradisi Keagamaan Malikussaleh di Tengah Arus Modernisasi Lhokseumawe

Lhokseumawe, kota yang kini menjadi pusat ekonomi dan pendidikan di Aceh, menyimpan jejak sejarah Islam yang mendalam. Salah satu warisan tak ternilai adalah tradisi keagamaan yang berakar dari Kesultanan Malikussaleh, kerajaan Islam pertama di Nusantara. Tradisi seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW atau zikir bersama di masjid-masjid tidak hanya menjadi bagian dari ritual keagamaan, tetapi juga simbol identitas religius masyarakat setempat.

Namun, di tengah arus modernisasi dan globalisasi, tradisi-tradisi ini menghadapi tantangan besar. Generasi muda cenderung kurang memahami makna mendalam di balik tradisi tersebut, sementara pengaruh budaya luar semakin mengikis kesadaran akan nilai-nilai budaya lokal. Salah satu aspek yang semakin memudar adalah penerapan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam menjaga aurat, yang kini mulai diabaikan oleh sebagian masyarakat.

Tradisi Sebagai Perekat Komunitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun