Beberapa hari lalu, saya berdialog dengan Rachael, salah satu teman sekelas saya. Lewat percakapan itu, ia menceritakan novel dan film kesukaannya.
"Aku suka film Laskar Pelangi sama novel Sang Pemimpi." katanya.
Laskar Pelangi adalah sebuah film yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata dengan judul yang sama. Film ini mengangkat tema tentang ketertinggalan dunia pendidikan di pelosok Indonesia, tepatnya Pulau Belitung.
Dalam film ini, diceritakan kehidupan anak-anak yang bersekolah di sekolah tertua di pulau tersebut, yaitu SD Muhammadiyah. Namun, sekolah ini terancam di tutup karena hanya memiliki sepuluh orang siswa diantaranya, Ikal dan Lintang.
Ikal, tokoh utama di film ini merupakan seorang siswa yang memiliki ketertarikan di bidang sastra. Ia senang membacakan puisi dihadapan guru dan teman-temannya. Sedangkan Lintang adalah siswi berprestasi yang berasal dari keluarga nelayan yang kurang mampu.
Film ini secara garis besar mengisahkan perjuangan siswa-siswi yang berasal dari keluarga yang kurang mampu untuk tetap bersekolah. Mereka membuktikan eksistensinya setelah berhasil meraih prestasi dalam beberapa perlombaan, salah satunya adalah perlombaan cerdas cermat.
Kala itu, Ikal, Lintang, dan Sahara mewakili sekolahnya untuk mengikuti perlombaan cerdas cermat. Mereka berhasil mengalahkan Drs. Zulfikar yang merupakan seorang guru SD PN, sekolah elit di Belitung pada saat itu. Mereka berhasil membuktikan bahwa keterbatasan yang ada tidak mampu menghalangi mimpi mereka.
Kisah Ikal ternyata tidak berhenti dikisahkan hanya dalam film Laskar Pelangi. Ia kembali dikisahkan dan menjadi tokoh utama dalam buku kedua dari tetralogi "Laskar Pelangi" yang berjudul Sang Pemimpi. Buku ini menceritakan kisah seputar kehidupan tiga tokoh yaitu, Ikal, Arai dan Jimbron yang berlatar di Belitong Timur.
Andrea Hirata menggambarkan ketiga tokoh utamanya memiliki latar belakang yang menyedihkan. Ikal adalah anak dari seorang pekerja PN Timah yang terancam PHK.
Arai merupakan seorang yatim piatu sejak kelas tiga SD, ibunya meninggal dunia ketika ia masih kelas satu SD. Dan dua tahun kemudian, ayahnya juga dipanggil Yang Maha Kuasa. Setelah kematian kedua orangtuanya, Arai diadopsi oleh keluarga Ikal yang merupakan sepupu jauhnya.
Sedangkan Jimbron, memiliki kisah pilu dibalik kegagapannya. Ibunya wafat ketika ia kelas empat SD. Namun siapa yang menyangka, empat puluh hari setelah kepergian sang ibu, ayahnya ikut meninggalkannya.
